**✿❀ ❀✿**
Ji Ran menatap lurus ke arah guci kecil yang tersusun rapi di antara guci-guci lainnya yang ada di tempat penyimpanan abu. Seutas senyuman tipis terpatri di bibirnya kala menatap sebuah foto USG yang dipajang di depan guci tersebut. Dengan lembut Ji Ran mengusap guci dan foto tersebut kemudian ia meletakkan sebuah kotak berisi cincin pernikahannya dengan Namjoon.
“Maaf mama baru mengunjungimu lagi. Akhir-akhir ini mama cukup sibuk. . . Bagaimana kabarmu sayang?” tanya Ji Ran seolah-olah ada seseorang di depannya.
“Tidak terasa sudah 5 tahun kau pergi meninggalkan mama, meskipun sebenarnya mama tidak pernah melihat rupamu.”
Ji Ran menghela napasnya sejenak lalu menyambung lagi, “Mama janji akan lebih sering mengunjungimu agar kita bisa sering-sering bertemu.”
Ji Ran kembali mengusap guci dan foto tersebut kemudian setelah itu ia pun pergi dari sana. Saat ia hendak berbalik ia malah berpapas dengan Namjoon yang juga baru saja datang dengan setangkai bunga di tangannya. Untuk sepersekian detik keduanya saling bertatapan sampai akhirnya Namjoon yang berjalan mendekati Ji Ran, “Kau habis berkunjung?” tanya Namjoon.
“Hem.”
Namjoon mengangguk sesaat lalu menyahut lagi, “Mau pulang bersama?”
“H-ha?”
“Tunggu sebentar.” Lantas Namjoon bergegas pergi ke guci yang berisi abu anaknya dan Ji Ran—ia berbincang selama beberapa menit di sana, setelah itu dia kembali menghampiri Ji Ran yang menunggunya di depan gedung.
“Sudah?” tanya Ji Ran seraya menyampirkan tali tasnya di pundak.
“Hm.” jawab Namjoon disertai anggukkan kepala, “Kau sudah makan siang?” tanya Namjoon lagi.
“Belum.” jawab Ji Ran
“Mau makan siang bersama?” tawar Namjoon.
“Memangnya kau tidak sibuk?” tanya Ji Ran balik.
“Tidak.” jawab Namjoon.
“Baiklah.” Setelah itu mereka berdua pun masuk ke dalam mobil Namjoon yang terparkir di dekat situ.
“Kau menaruh cincinnya di sana?” tanya Namjoon sambil fokus mengemudi.
“Hem. Aku lebih percaya dia bisa menjaga cincin itu daripada diriku sendiri.” sahut Ji Ran. Namjoon mengangguk paham lalu balas menyahuti, “Aku juga menaruhnya di sana.”
Sontak Ji Ran menoleh padanya dengan raut terkejut, “Kenapa?”
“Cincin itu dibuat berpasangan. Tidak baik jika dipisahkan. . Biarkan anak kita yang menjaganya.” jawab Namjoon.
Ji Ran spontan melipat bibirnya ke dalam usai mendengar jawaban Namjoon. Mendengar kata ‘anak kita’ justru membuat Ji Ran berdebar. Lantas Ji Ran mengalihkan pandangannya ke depan sembari menahan semburat merah di pipinya.
“Kau mau makan apa?” tanya Namjoon setelah terjadi keheningan di antara mereka.
“Aku rindu makanan Jepang. Bagaimana kalau Sushi?”
“Baiklah. . . tapi sebelum itu—selamat untuk kelulusanmu. Maaf baru bisa mengucapkannya sekarang.” ujar Namjoon.
“It’s okay. . . terima kasih untuk ucapannya.”
“Sama-sama.”
*
Beberapa menit kemudian Ji Ran dan Namjoon sampai di restoran Jepang favorit mereka. Keduanya tidak langsung turun dari mobil—mereka masih memantau keadaan dari dalam mobil karena tempat parkir cukup padat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, My Love ✔️
Fanfic"The deepest pain is unseen by eyes. The Deepest sadness is unsaid by words." - Unknown Awalnya semua begitu manis tapi akhirnya menjadi pahit - Choi Ji Ran **Story about RM BTS & Choi Ji Ran (Y/N)**