17. Gara-gara Susu

1.2K 210 43
                                    

Hai, Deers, maaf baru nongol? Keknya nggak ada yang nungguin ya? Buat kalian yang mau baca sampai tamat, silakan mampir ke KK. Makasih buat dukungannya. Jangan lupa vote n komen

💕💕💕

"Enak aja! Kamu kira aku emak kamu? Dasar Tuyul! Nyusu aja sama sapi!" Suaraku meninggi, berlomba dengan teriakan Lingga.

"Mama! Susu!"

Aku mengerang frustasi. Kujambak rambutku yang kusut hingga menjadi semakin berantakan untuk meredam rasa jengkel yang sudah di ubun-ubun.

"Dhes, dia mau susu."

"Susu? Enak aja! Emang aku emaknya! Cari aja ibu susu! Lagian udah empat tahun gini masih nenen." Aku masih menyilangkan tangan di dada.

"Bukan susu itu." Alis Mas Elang bergerak ke arah dadaku. "tapi susu formula. Siapa tahu dia mau minum susu kalau kamu yang bikinin. Dibuatin susu sama Mbok Mi, juga nggak mau dijamah."

Wah, rasanya emosiku ingin meledak seperti bom atom. Aku menggeram memandang sengit Mas Elang yang matanya sudah merah. "Nggak, Mas! Kenapa aku jadi yang kena getahnya?"

"Mbak, seperti kata Mas Elang, coba bikinin susu, trus habis itu kelonin bentar aja. Kasihan Mas Lingga. Udah ngantuk itu," ujar Mbok Mi prihatin.

"Ya Tuhan! Kenapa hidupku nggak pernah tenang setelah tuyul ini datang?" Aku mendesah. Kalau saja, bukan karena Mbok Mi, aku pasti akan menolak habis-habisan.

"Denger! Nggak boleh nangis! Berisik tauk! Nggak ada acara teriak-teriak! Kamu udah besar. Sekarang mimik susu yang udah dibuat papamu, habis itu bobok. Ngerti?"

Lingga mengangguk. Entah paham atau tidak, aku juga tidak peduli. Yang jelas, kepala anak kecil itu hanya mendongak, melihatku yang mencak-mencak.

"Mana susunya?" sergahku kesal.

Mas Elang bergegas menghampiri kami. "Ini susunya." 

Lingga mengambil botol susunya, tanpa melepas pegangannya di ujung bajuku. Setelah menghisap, dia menyodorkan botol itu ke depanku.

"Susu ndak enyak."

Aku bersedekap sambil memalingkan wajah. Maksudnya apa Tuyul kecil ini? 

"Mama, buat …." 

"Nggak enak?" Kedua alis Mas Elang terangkat. Dia buru-buru mengambil botol susu itu dan menghisapnya seperti balita. 

Aku melirik ke arah laki-laki dewasa yang menyusu itu. Sungguh pemandangan yang aneh. Aku tidak terbiasa dengan sikap Mas Elang yang terlihat lembut dan hangat itu. Sayangnya, perhatian itu bukan untukku.

"Papa bikinin lagi, ya?" 

"Emoh. Mama …."

Suaraku sudah terdengar seperti herder habis beranak yang kelaparan. Badan yang lelah dan nyeri serta mata yang sudah lima watt membuat emosiku mudah terpancing. 

"Mas, please. Anakmu bisa-bisa bikin aku gila." Aku menatap Mas Elang dengan ekspresi memelas.

"Sori." Mas Elang berjongkok di depan anaknya. Dia mengelus rambut yang lurus seperti ibunya. "Jagoan, biar Papa ganti susunya, ya? Mama Dhes capek."

Lingga mengangguk pelan.

Mas Elang mendongak. Niat hati supaya susu itu tidak terbuang, rupanya tidak berhasil. "Dhes, sejak kemarin dia nggak mau minum susu buatanku. Selalu bilangnya nggak enak. Padahal udah aku pakai takaran pabrik. Please, coba buatin, ya?"

Aku memijat pelipis dengan jempol dan jari tengahku. Kepalaku sontak berdenyut melihat mimik tak berdaya Mas Elang. Aku hanya bisa menghela napas panjang, untuk mengumpulkan udara agar bisa memadamkan kemarahanku yang membara. Kalau tidak membantunya, bisa-bisa drama akan berlanjut sampai pagi. Ya, anggap saja, sekarang aku sedang mengikuti stase anak seperti zaman co-ass, dan harus menghadapi pasien rewel.

My Husband's ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang