Prolog : I'm Sorry, My Love

1.1K 73 3
                                    

Pernikahan.

Satu kata sakral yang mengikat dua insan berbeda—pria dan wanita.

Dulu, kata itu menjadi dambaan dan harapan tersendiri bagiku, si gadis remaja yang telah beranjak dewasa.

Saat itu aku bermimpi bahwa membangun rumah tangga, hidup bersama seseorang yang kita cintai, berbagai dalam suka dan duka bersamanya adalah puncak dari kebahagiaan.

Tadinya memang seperti itu. Kami mengawali bahtera rumah tangga kami dengan penuh kebahagiaan. Meskipun ada banyak perbedaan di antara kami, namun semua dapat kami lewati dengan baik.

Kian hari kian dalam hubungan kami. Rasanya seperti dia hidup di dalam ragaku dan aku di dalam raganya. Kami menjadi satu!

Hari-hari kami dipenuhi dengan kebahagiaan. Rasanya seakan semua masalah dapat kami atasi dengan baik. Begitulah yang kami alami—waktu itu!

.

.

.

Sampai bencana itu tiba. . .

Kebahagiaan yang bertahun-tahun kami rasakan, seketika runtuh tak tersisa, hancur berkeping-keping bersama hati dan perasaan kami yang melebur di dalamnya.

Dia hancur.

Aku lebih hancur.

Semua pun ikut berubah.

Rumah tangga, keluarga, perasaan, relasi dengan orang lain—semuanya. . . berubah!

Rumah yang tadinya begitu hangat seketika menjadi tempat terdingin yang pernah ku tinggali.

Dia yang tadinya begitu manis seketika menjadi orang yang paling jahat menyakitiku.

Entah bagaimana memperbaiki semua ini—yang pasti tidak ada yang tersisa.

Bersama akan saling menyakiti
Berpisah juga pilihan menyakitkan.

Apa yang harus dilakukan?

Berpisah atau lanjut?

Berpisah atau lanjut?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'm Sorry, My Love  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang