Hai teman-teman.. ini cerita pertamaku, semoga kalian suka yaa..
Ditunggu vote dan comment nya😉
Happy reading all...
~~~
Symphony Lee, anak perempuan delapan tahun itu masih sukar untuk sekedar menoleh pada sosok anak laki-laki yang satu tahun lebih tua darinya, yang kini ikut berjongkok di sebelahnya.
Anak laki-laki itu tampak bingung harus membuka percakapan, raut wajahnya menunjukkan bahwa ia ingin mengatakan sesuatu, namun terlalu sulit diucapkan lantaran rasa bersalah yang teramat mengganjal dalam dirinya. Namun ia sadar, ia adalah anak laki-laki, anak laki-laki yang kelak akan menjadi seorang pria dewasa. Dan pria dewasa sejati, tidak akan seperti ini, hanya diam lantaran merasa terpenjara dengan kesalahannya sendiri.
Anak laki-laki itu lantas menarik napas dalam-dalam, berniat memecah keheningan yang dari tadi menyelimuti keduanya yang masih sama-sama diam, berjongkok di tepi danau yang terletak di pekarangan rumah mewah yang berdiri kokoh di belakang punggung keduanya.
"Maafkan aku, aku akan membelikannya lagi untukmu. Kau mau berapa? Akan ku belikan. Dua? Tiga? Seratus? Atau seribu?" suara bocah sembilan tahun itu mengalun ke rungu Symphony. Namun anak perempuan itu tidak menjawab, ia mengabaikannya karena terlalu sebal dengan anak laki-laki itu.
"Yak! Cepat katakanlah...." Sebut saja John Jungkook. Tangan kecilnya kini menarik-narik sutra yang membalut lengan Symphony, berharap Symphony mengatakan sesuatu setidaknya sepatah kata saja.
Namun, Symphony benar-benar sudah kesal. John Jungkook selalu mengikutinya sampai terkadang Symphony merasa bosan, itu saja tidak jarang membuat hari-hari Symphony yang sudah ditata sebaik mungkin dengan daftar kegiatan menjadi berantakan.
Seperti halnya ia membuat jadwal bermain boneka dengan Minju, jadwal kegiatan itu seketika gagal saat tiba-tiba Jungkook datang ke rumahnya, dan mengajaknya bermain ke taman. Symphony tidak bisa menolaknya. Karena walaupun Jungkook satu tahun lebih tua, sifat lucu dan kekanak-kanakannya lebih dari apapun dibanding Symphony. Jungkook terlalu menyebalkan, dan menggemaskan secara bersamaan. Itulah kenapa Symphony tidak bisa menolaknya. Begitupun dengan Eomma yang selalu meminta Symphony untuk mengalah, karena kalau tidak, Jungkook akan berakhir merengek lantaran tidak mempunyai teman bermain.
Iya, Symphony adalah satu-satunya teman yang dimiliki Jungkook.
Dan lima belas menit yang lalu, Jungkook sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan. Ia tidak sengaja telah melempar dirinya sendiri dalam masalah besar.
Jungkook melempar permen cokelat karamel milik Symphony.Bagaimana Jungkook harus menyebutnya? Disengaja, atau tidak?
Jika dibilang sengaja, Jungkook memang sengaja membuat gerakan seolah-olah akan melempar permen itu. Namun, ia juga tidak sengaja, Jungkook benar-benar tidak sengaja melempar sungguhan permen itu hingga berakhir masuk ke dalam danau di depan mereka.
Itu adalah cokelat karamel satu-satunya yang dimiliki Symphony. Dan yang membuat Jungkook dihunjam perasaan bersalah adalah saat Symphony sama sekali tidak menangis atau mengatakan apapun setelahnya.
Kedua anak yang sebelumnya masih tertawa-tawa itu seketika diam saat itu. Jungkook tahu, Symphony tidak menangis bukan berarti ia tidak masalah dengan keusilan Jungkook, namun karena ia terlalu marah, sampai tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Itu memang hanya sebuah permen, namun bagi Symphony itu adalah permen satu-satunya yang lebih dari kata biasa. Dan Symphony tidak pernah mengira, bahwa masalah permen itu, kini mendadak menjadi masalah berkali-kali lipat lebih besar di luar dugaannya, saat sebuah suara keras dari debur air tiba-tiba menggema.
Jungkook jatuh ke dalam danau.
Symphony panik bukan main, air muka yang sebelumnya datar dan enggan merespon Jungkook, kini berubah sebaliknya. Symphony tidak bisa berbuat apa-apa selain berteriak, terus berteriak hingga orang-orang dewasa di dalam rumah menghampirinya.
Selang beberapa waktu, semuanya menjadi kacau. Symphony hancur, bukan karena ia mendorong Jungkook yang terus menarik bajunya karena Symphony tidak merespon permintaan maafnya. Bukan karena itu, karena Symphony tidak mendorongnya, Jungkook terpeleset sendiri.
Symphony benar-benar merasa hancur bukan karena hal itu. Melainkan dengan pernyataan dari orang tuanya, bahwa Jungkook telah kehilangan sebagian ingatannya.
Dokter mengatakan kalau Jungkook terlalu syok saat itu. Kondisi Jungkook yang saat itu tengah dihunjam perasaan bersalah juga kemudian mengakibatkan anak laki-laki itu berakhir demikian.
Ini adalah hari terakhir Symphony di Seoul, hari terakhir juga baginya menghabiskan waktu dengan Jungkook. Tapi ia tidak pernah mengira, bahwa hari terakhirnya dengan Jungkook justru harus diakhiri dengan cara seperti ini.
Andai Symphony bisa bersikap lebih dewasa seperti biasanya dan memaafkan Jungkook atas kejadian cokelat karamel itu. Andai Symphony setidaknya bisa mengatakan 'tidak apa-apa'. Bahkan, andai saja Symphony tidak menemui Jungkook hari ini hanya untuk mengucapkan selamat tinggal, semua pasti akan baik-baik saja, seberapa lama pun Symphony pergi, pasti Jungkook akan tetap mengingatnya.
Symphony sadar, Jungkook adalah satu-satunya suara terindah yang ia miliki, meskipun suara itu terkadang terasa seperti akan memecahkan gendang telinganya karena lebih didominasi dengan rengekan. Tapi sekarang, Symphony tidak masalah dengan itu. Symphony hanya ingin Jungkook kembali. Bukan seperti ini.
Symphony tidak menginginkan hal ini terjadi.
Sungguh, bukan kenangan seperti ini yang ingin ia tinggalkan untuk Jungkook.
~~
KAMU SEDANG MEMBACA
While With You [COMPLETE]
RomanceSymphony tidak pernah tahu, ia akan berakhir seperti ini dengan seorang John Jungkook. Lantas, apakah keduanya akan baik-baik saja setelah ini? ~John Jungkook ~Symphony Lee