Symphony akhirnya berdeham untuk memecah kecanggungan antara dirinya dengan Jimin.
Ruangan di dalam flat itu mendadak terasa begitu dingin, sunyi, dan senyap–walaupun biasanya juga seperti itu. Tapi kali ini benar-benar berbeda, dan jujur, Symphony membenci situasi kikuk seperti sekarang ini.
"A–"
"A–"
Keduanya kompak membuka mulut.
"Ah... hahahaa...." Dan kompak tertawa. Terdengar begitu canggung.
Symphony berdeham lagi, "Ah, kau saja dulu, Jimin-ssi."
"A–ah, ani ani. Aku tadi hanya penasaran kenapa kau sampai membanting pintu." Jimin berusaha untuk menahan tawanya.
Symphony jadi memalingkan wajahnya ke samping sembari memejamkan mata sejenak–baru merasa kalau hal itu memalukan.
Ya Tuhan.. apa dia sudah kehilangan akal? Bisa-bisanya, bukannya membukakan pintu secara sopan, Symphony malah membantingnya begitu keras sampai Jimin terperanjat tadi.
"Ah, maafkan aku, sungguh. Aku hanya begitu terkejut tadi, dan aku sadar penampilanku tadi tidak sopan untuk menyambut tamu. Apalagi aku sedang kelelahan dan mengantuk, jadi maafkan aku." Symphony menundukkan kepalanya sesaat.
"Oh. Kalau begitu aku mengganggumu,"
"Ah, aniyoo. Bukan begitu maksudku. Aku hanya...."
Kedua sudut bibir Jimin tertarik ke atas, ia pikir wajah polos Symphony sekarang benar-benar lucu.
"Sudah, lupakan saja. Ku harap kau belum makan malam, aku membawakan ini untukmu. Aku sudah melibatkanmu dalam lagu baruku, dan aku merasa tidak enak karena belum sempat mentraktir." Jimin meletakkan kantong plastik berisi box makanan itu ke atas meja.
"Padahal kau tak perlu repot-repot, karena ... itu sudah jadi pekerjaan tambahan ku," ucap Symphony berhati-hati.
Jimin hanya terkekeh menundukkan kepalanya.
Bukannya apa-apa, tapi jujur, Symphony benar-benar merasa aneh. Ini pertama kalinya Jimin melakukan hal seperti ini padanya setelah dua tahun Symphony bekerja.
Ah, tapi bukan berarti Symphony merasa kecewa karena Jimin baru melakukannya sekarang. Bukan, sungguh. Symphony justru merasa ini sungguh tidak wajar. Bagaimana mungkin artisnya tiba-tiba muncul ke tempat tinggalnya untuk mengucapkan terima kasih seperti ini? Yah... meskipun Symphony adalah staf di agensi itu. Tapi sungguh, Symphony sudah harap-harap cemas, semoga tidak ada paparazi yang membuntuti Jimin sekarang. Ditengah-tengah pemikiran itu, ponsel
Drttt... Drttt...
"A–ah, Jimin-ssi, aku permisi angkat telepon dulu," ucap Symphony yang dibalas anggukan oleh lelaki di depannya itu.
Gadis itu meraih ponselnya yang tergeletak di sebelahnya, namun ....
Bodoh! Kenapa Symphony langsung menarik tombol angkat itu tanpa pergi ke belakang terlebih dulu?
Seolah-olah ia lupa kalau neneknya selalu menghubunginya lewat panggilan video call, dan tanpa aba-aba, suaranya langsung menggema begitu saja,
"EOH, APA ITU JUNGKOOK?!"
Baik Symphony maupun Jimin, keduanya langsung terdiam seolah detik itu berhenti begitu saja, dan mendadak sunyi.
Seolah terpaku, Symphony masih mengangkat ponsel itu. Seandainya ia tidak menggunakan kamera belakang waktu sang nenek menelepon sebelumnya, pasti ini tidak akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
While With You [COMPLETE]
RomanceSymphony tidak pernah tahu, ia akan berakhir seperti ini dengan seorang John Jungkook. Lantas, apakah keduanya akan baik-baik saja setelah ini? ~John Jungkook ~Symphony Lee