Dari balik meja kerja yang sudah resmi menjadi miliknya itu, Symphony membuka halaman berikutnya dari sebuah dokumen perusahaan yang sejak satu jam yang lalu masih setia ia pelajari isinya. Ada beberapa yang kemudian ia bubuhi tanda tangan, dan ada yang akhirnya ia kembalikan juga karena merasa dokumen pengajuan itu belum cukup memenuhi persyaratan untuk ia setujui. Sesekali ia juga meminum air putih yang memang selalu disediakan oleh sang sekretaris di meja kerjanya itu.
Gadis itu melirik benda di pergelangan tangannya, lalu lanjut berkutat lagi dengan kertas-kertas itu, memilih menyelesaikan semuanya sebelum akhirnya ia bisa membuang napas panjang saat dokumen-dokumen di hadapannya itu benar-benar tuntas ia kerjakan.
Symphony menutup dokumen terakhir, dan meletakkan lagi ke dalam map. Gadis itu lalu melempar punggungnya pada sandaran kursi putar itu. Symphony menghela napasnya panjang sembari memejam.
Hari ini terlalu melelahkan.
Symphony membuka matanya lagi, diam sesaat. Kalau dipikir-pikir, bagaimana bisa ia bertahan dengan kehidupannya yang terkesan sangat baru ini? Symphony sendiri masih sulit mempercayai semua ini. Menjadi wakil Presdir? Ini sungguh terkesan tiba-tiba, memang.
Tapi, tidak juga.
Karena sebenarnya, sedikit banyak ia sudah mencium aroma bisnis dari kecil karena orang tua, terutama sang nenek yang dulu, satu keluarga besar pebisnis itu memang tinggal satu rumah. Jadi, mau tidak mau, Symphony mengenal dunia keluarganya yang seperti sekarang ini akhirnya ia jalankan.
Menepis semua pemikiran itu, Symphony menegakkan tubuhnya kembali dari sandaran kursi dan mulai membereskan semuanya.
Merapikan rambut panjangnya yang tergerai rapi dan tampak dewasa jika dibandingkan dengan sebulan sebelumnya. Gadis itu lalu beranjak meraih coat tebal berwarna hitam yang tersampir di gantungan khusus miliknya, karena memang di Korea sedang musim gugur bulan ini. Iya, sebuah musim sudah berubah, digantikan dengan musim yang baru.
Lalu, apa Jungkook seperti musim itu?
Apa dia juga mengalaminya?
Symphony menarik napasnya dalam-dalam, berusaha memasok oksigen sebanyak-banyaknya saat ingatan tentang Jungkook mendadak membuat dadanya terasa sesak.
Entahlah apa yang salah, tapi selama sebulan ini, Symphony tidak pernah bisa melepaskan semua itu. Ini memang sudah satu bulan ia tidak berhubungan dengan Jungkook.
Bahkan ribuan pesan yang Jungkook kirimkan selama ini tidak ada satupun yang Symphony balas. Bukan karena sudah, atau sedang berusaha melupakannya, namun Symphony hanya tidak ingin, karena dia, sesuatu menimpa Jungkook lagi untuk yang kedua kalinya .
Alih-alih mengingatnya, apa Jungkook juga masih mengingat Symphony, sesering Symphony mengingat, dan memikirkan keadaannya?
Symphony menghela napas, lalu memilih membuang pikiran itu saat ponsel di meja kerjanya berbunyi.
"Iya, Daewon-ah?" ucapnya setelah menggeser tombol hijau, dan mendekatkan benda itu di telinga.
"Aku sudah di depan. Kau belum keluar, kan?"
"Mm, aku keluar sekarang." jawab Symphony, lalu mematikan sambungan itu, dan menjauhkan ponselnya dari telinga tepat saat sebuah notifikasi berita harian muncul di pop-up mengambang.
Melalui situs resmi High-tech Entertainment, agensi akhirnya mengkonfirmasi hubungan antara John Jungkook, dan Kim Sora.
Entah karena apa, tapi Symphony sendiri bingung harus bereaksi seperti apa. Yang terlintas di benaknya kini hanya satu, mungkin, akan lebih baik jika ia benar-benar pergi meninggalkan Seoul, tanpa membawa ingatan apapun dari kota ini.
***
"Hey! Kau sudah lama?" ucap Symphony yang kini berjalan mendekat ke arah Daewon yang tengah bersandar pada mobil sembari melipat kedua tangan di depan dada.
Lelaki berbalut beige coat panjang itu lalu menegakkan tubuhnya, melemparkan senyum manis khas miliknya pada Symphony.
"Sangat lama. Dasar, kau lama sekali." balas Daewon mengacak rambut Symphony gemas.
"Yak! Aku tidak suka kau mengacak rambutku seperti ini!" gerutu Symphony merapikan lagi helaian hitam di kepalanya itu.
Sementara Daewon hanya tertawa.
"Silakan masuk, tuan putri."
Symphony hanya membalasnya dengan gestur mengangkat bahunya samar. Entahlah, ia hanya tidak ingin mengeluarkan kalimat apapun sekarang, bahkan sepatah katapun sampai mobil yang sudah ia tumpangi itu berjalan cukup lama.
Symphony bahkan tidak tahu sudah berapa judul lagu yang berhasil terputar oleh speaker di desk mobil itu. Sepanjang perjalanan, ia hanya memandangi keluar jendela mobil, tampak melamun. Bahkan, Symphony juga sepertinya sama sekali tidak sadar sudah berapa kali Daewon meliriknya dari kursi kemudi.
"Kau baik-baik saja?" tanya Daewon akhirnya.
Symphony yang sadar dari lamunan itu langsung menoleh ke samping kiri dimana Daewon sedang fokus pada jalan di depan.
"Hm? Aku?" balasnya justru balik bertanya.
Gadis itu lalu bergerak sesaat membenarkan posisi duduknya, kemudian berdeham.
"Tentu saja." lanjutnya tertawa hambar.
Baiklah, itu mungkin yang keluar dari mulut Symphony. Tapi, tentu saja bukan itu yang Daewon maksud. Jadi, lelaki itu langsung pada tebakannya saja.
"Kau sudah melihat beritanya hari ini?" tanya Daewon kembali, masih fokus pada kemudinya.
Sementara dari sudut mata Daewon, ekspresi gadis di sebelahnya itu tampak langsung berubah. Sedikit banyak, ia mungkin tahu berita apa yang dimaksudkan oleh Daewon sampai laki-laki itu terlihat ragu untuk mengatakannya.
"Soal dia ... Jungkook." sambungnya yang menoleh pada Symphony sebentar, lalu fokus lagi ke depan, dan memutar roda kemudi saat mereka sampai di persimpangan jalan.
Symphony menghela napas.
"Entahlah, aku tidak membacanya. Dan tidak berniat untuk melakukannya juga. Kau tahu sendiri kan kalau aku tidak suka membaca artikel gosip." jelas Symphony.
"Baiklah. Aku harap kau memang begitu." Daewon mengangguk-angguk, meskipun ia tahu betul, di dalam hatinya, Symphony hanya sedang berusaha.
Mobil akhirnya berhenti tepat di depan pagar besi besar milik kediaman keluarga Lee. Jika dari luar pagar, hunian itu hanya kelihatan sedikit atapnya saja, karena memang halamannya luas, ada kolam, dan pepohonan juga. Membayangkan neneknya banyak menghabiskan waktu sendirian di rumah sebesar ini membuat Symphony juga tak jarang merasa bersalah.
Dan hari ini, ia sengaja ingin pulang ke sini. Melihat dari depan pagarnya saja, entah kenapa Symphony merasa sedikit sedih. Pasalnya, ia tidak pernah mengunjungi kediama ini lagi. Sejak sebulan yang lalu ia pindah dari flat rumahnya yang dulu, alih-alih menempati rumah ini sesuai permintaan sang nenek, Symphony justru lebih memilih membeli apartemen sendiri di kawasan distrik Itaewon.
Bukan tanpa alasan, tapi Symphony hanya menuruti kata hatinya, menenggelamkan diri sebisa mungkin agar tidak bertemu Jungkook.
~~
KAMU SEDANG MEMBACA
While With You [COMPLETE]
RomanceSymphony tidak pernah tahu, ia akan berakhir seperti ini dengan seorang John Jungkook. Lantas, apakah keduanya akan baik-baik saja setelah ini? ~John Jungkook ~Symphony Lee