Dance Studio

47 23 5
                                    

Bersama Jimin, Symphony sedang berjalan keluar dari gedung High-tech. Jika kalian bertanya, apa di depan gedung itu aman?
Tentu saja, karena melewati area khusus VIP yang sudah pasti aman dari sorot kamera atau paparazi yang suka menguntit.

"Symphony-ssi?"

"Nde?" Symphony menoleh ke asal suara seorang pria berusia 30-an dari depan pintu elevator yang sedang menutup itu.

Pria itu kini berjalan cepat mendekat.

"Apa ada sesuatu, Mr.Mansik?" Symphony mengulas senyum akrab pada pria yang menjadi seniornya itu.

"Ini materi untuk presentasi dengan perusahaan rekaman USA bulan depan." Mansik mengulurkan flashdisk putih yang kemudian diterima oleh Symphony.

Mendengar itu, Jimin kini mengalihkan perhatiannya pada gadis yang berdiri di dekatnya, "Jadi... Symphony, kau akan pergi ke sana?"

Gadis itu menoleh pada pribadi berambut hitam pekat itu sebelum akhirnya mengangguk dengan sudut bibir yang saling tertarik ke atas, menunjukkan bagaimana ia begitu terlihat antusias dengan pekerjaannya bulan depan.
Sedangkan Jimin, lelaki itu tampak membalas dengan ulasan senyum seadanya.

"Ngomong-ngomong ... apa kalian selesai rekaman?" Mansik menunjuk Symphony dan Jimin bergantian, dibalas anggukan serempak oleh keduanya.

"Kalau begitu, kita bisa makan siang bersama," usul Mansik dengan kedua alis yang terangkat. Matanya kini beralih menatap lelaki di sebelah Symphony. "Jimin-ssi, apa kau tidak ada jadwal makan siang dengan member? Kalau tidak, ayo kita makan siang."

"Ah.. maaf sekali, Mr. Semua member memang sedang sibuk masing-masing, aku pun begitu. Aku janji akan ikut denganmu kapan-kapan." Jimin mengulas senyum ramah yang menjadi khas-nya.

"Ya sudah, kita berdua saja, Symphony." Mansik menatap dengan raut penuh kekecewaan yang dibuat-buat jadi terlalu lucu, apalagi mengingat wajah senior itu yang memiliki pipi sedikit berisi, hampir mirip dengan produser High-tech entertainment–Park Young Joon.

"Ah, maaf sekali, Mr. Tapi aku juga sudah ada janji. Mungkin sama seperti Jimin, aku juga akan ikut denganmu dilain waktu."

Mansik lantas hanya mengulas senyum kekecewaan di bibirnya, "Baiklah, ku tunggu janji kalian."

Pria bertubuh sedikit gemuk itu lantas berlalu meninggalkan Symphony dan juga Jimin yang menatapnya menjauh dan kemudian lenyap bersama mobilnya.

Symphony masih berdiri dengan sebuah sling bag yang ditenteng oleh kedua tangannya di depan kaki, memandangi mobil Mansik  yang baru saja melaju, masih seperti itu sampai beberapa detik permukaan pahanya merasakan getar dari ponsel yang ia simpan di saku celana. Gadis itu merogohkan tangan mengeluarkan benda pipih tersebut.

Rupanya sebuah pesan dari nomor Jungkook–yang sampai sekarang belum ia simpan.

Unknown Number:
Apa kau akan tetap berdiri di sana bersama Jimin Hyung sedangkan aku di sini sedang menunggu janjimu?

Symphony lantas melebarkan mata. Apa dia sudah di atas dan sedang memata-matainya?

Dengan ponsel yang masih ia pegang oleh keuda tangannya, gadis itu lantas mendongak, menengok ke kanan dan kiri, bahkan diam-diam sampai mendongakkan kepalanya lagi, melirik ke lantai atas gedung di belakangnya.

Bodoh Symphony, sekalipun lelaki itu sedang memperhatikannya dari atas, kemungkinan sangat kecil jika ia bisa melihatnya dari bawah.

"Apa kau mencari sesuatu?" tanya Jimin tiba-tiba.

Symphony mengerjap, tersadar Jimin masih berada di sebelahnya.

"Ah, bukan apa-apa." balas gadis itu seraya mengulas senyum. "Kalau begitu, aku permisi Jimin-ssi, kau juga ada kesibukan bukan?"

While With You [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang