21. Bergerak

149 32 10
                                    

Yohan masuk ke dalam minimarket yang saat ini cukup ramai. Dengan langkah yang dia buat sewajarnya, dia pergi menuju ke rak tempat pembalut berada. Namun saat tiba di depannya dia hanya bisa terdiam sambil membuka mulutnya.

Baiklah, Yohan tidak tahu kalau pembalut ternyata memiliki banyak sekali jenis. Bagaimana ini? Semuanya terlihat sama, Yohan tidak bisa membedakannya.

"Apa-apaan ini?" Gumam Yohan.

Tiba-tiba di samping Yohan muncul seorang gadis dengan seragam SMA mengambil satu buah pembalut dengan santainya. Oke, sekarang sebuah ide terpikirkan di kepala Yohan.

"Hei, tunggu sebentar cegah Yohan agar dia tidak langsung pergi," panggil Yohan menghentikan anak SMA itu.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Belikan satu untukku," ucap Yohan sambil menunjuk rak pembalut.

Gadis SMA itu menatap Yohan dengan tatapan aneh. Dari matanya seakan mengatakan sesuatu seperti, apa pria ini memiliki kelainan? Atau dia hanya orang mesum?. Menyadari tatapan itu Yohan langsung menggeleng.

"Jangan berpikir macam-macam, aku membelinya untuk istriku, lihat ini," Yohan mengangkat satu tangannya untuk menunjukkan sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya.

"Ohh... ," Gadis itu mengangguk, "tapi aku tidak mau," tambahnya.

"Ya? Hei, ayolah bantu aku," kata Yohan.

"Aku tidak mengenalmu, jadi tidak ada untungnya untukku," kata gadis itu lalu berbalik.

"Ish! Dasar perhitungan! Berhenti," cegah Yohan dari belakang sehingga gadis itu berhenti sungguhan, "aku akan memberimu uang," kata Yohan sambil mengeluarkan satu lembar uang 50.000 won.

Gadis itu berbalik, kali ini dia menunjukkan wajah yang lebih ramah.

"Oke, sebaiknya aku pilihkan yang mana ya?" Ucap gadis itu sambil mengambil uang dari Yohan.

"Waaah, anak ini benar-benar," kata Yohan pada dirinya sendiri.

***

Yena telah membersihkan dirinya, kini dia keluar dari kamar untuk mencari keberadaan Yohan. Setidaknya dia harus berterima kasih dan meminta maaf pada Yohan karena telah membuat pria itu melakukan sesuatu yang mungkin menurut Yohan memalukan.

Baru saja Yena menutup pintu kamar, ternyata sosok Yohan sudah duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya dan memberikan tatapan tajam pada Yena. Perempuan itu membeku di tempat, karena sepertinya Yohan akan memarahinya sekarang. Baiklah Yena harus menyiapkan mentalnya terlebih dahulu.

"Kenapa diam di situ?" Tanya Yohan.

"Umm, kau... , Masih ingin makan?" Seketika Yena menyesali pertanyaannya.

Kenapa dia malah bertanya seperti itu? Seharusnya dia meminta maaf. Yena benar-benar bodoh.

"Menurutmu disaat seperti ini aku masih memiliki nafsu makan?" Tanya Yohan balik.

"Ahh," Yena mengangguk paham.

"Duduk," kata Yohan.

Dengan langkah perlahan Yena menghampiri sofa tempat Yohan duduk. Untuk kali ini Yena akan menuruti semua ucapan Yohan, setidaknya sampai pria itu merasa lebih baik.

Yena memposisikan dirinya agak jauh dari Yohan.

"Ck!" Yohan berdecak lalu menggeser tubuhnya sehingga mereka kini tidak memiliki jarak.

"Bagaimana perutmu?" Tanya Yohan dengan nada canggung tapi terdengar seperti sebuah perhatian untuk Yena.

"Huh?"

My Crazy Husband || Kim YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang