Ana membuka mata, keretanya telah berhenti menumpahkan banyak penumpang. Semua orang hanya menatap Ana dan membuat kehebohan. Ana bisa mendengar teriakkan histeris dari sebagian penumpang.
Ana menatap tubuhnya sendiri. Masih utuh. Meskipun tangan Ana yang sedikit berdarah serta punggung Ana yang mungkin menghantam tiang.
"Kamu tidak apa-apa?"
Ana menoleh ke samping, seorang Pria mengenakan setelan kaos, dan masker tengah berdiri menatap Ana khawatir.
"Apa yang kamu lakukan disana? Apa kamu mencoba untuk bunuh diri hah?"
Ana hanya diam mematung tak menjawab pertanyaan pria tersebut.
Pria itu berjalan mendekat, kemudian membawa Ana jauh dari lokasi tersebut agar tidak menarik banyak perhatian orang.Pria itu melihat kearah tangan Ana. Ia bisa melihat tangan Ana yang berdarah.
Pria itu mengeluarkan sebuah sapu tangan didalam celananya. Lantas mulai membersihkan luka Ana. Setelah lukanya dibersihkan, pria itu mengobati tangan Ana, dan mengompres bagian yang memar dengan es batu.
"Apa kamu sudah gila? Apa kamu pikir dengan bunuh diri bisa menyelesaikan masalah?" pria itu kembali bertanya.
Ana hanya diam tidak menjawab."Lo gak ngerti,"
Setelah selesai mengobati luka di tangan Ana, pria itu bangkit dan berjalan. Tetapi baru lima pria itu berjalan, dia kembali meluncurkan kalimat yang berhasil membuat Ana merasa tertampar dan tangis nya kembali pecah.
"Seberat apapun masalah kamu, jangan akhiri hidup dengan hal yang konyol. Setidaknya kamu hidup untuk orang yang menyayangi kamu. Jangan egois, diluar sana banyak orang yang berjuang untuk tetap hidup."
Ana sangat merasa menyesal,merutuki dirinya sendiri. bagaimana bisa ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Bagaimana dengan keadaan ibunya yang sangat membutuhkan Ana dimasa sakitnya.
Sepeninggalan pria itu, Ana memutuskan untuk kembali pulang kerumahnya. Ia lupa mengucapkan terimakasih pada pria yang baru saja menolongnya. Bagaimana ia mengucapkan terimakasih, sementara wajahnya yang ditutupi masker membuat Ana tidak mengenalinya.
🌟🌟🌟
Secangkir susu coklat masih berada dalam genggaman Ana. Cairan yang manis itu bahkan tidak menggambarkan perasaannya saat ini.
Sudah 2 jam yang lalu Ana duduk dimeja makan dengan tatapan yang tertuju pada cangkir tersebut. Hatinya bertanya, apa ia harus menuruti permintaan ibunya itu?Disisi lain, ibunya Ana Ross, terus menerus mengomel karena Ana yang datang saat keluarga calon suaminya datang.
"Gabisa yah, sekali aja, kamu turutin permintaan Mama yang satu ini Ana." Ross terus mengelus dadanya, kesal karena Ana tidak hadir.
"Tapi Ma, Ana gamau, nikah sama orang yang sama sekali Ana gak cinta sama dia. Lagipula masa depan Ana masih panjang." Ana mengungkapkan isi hatinya.
"Baik, yasudah. Kalau kamu masih saja bersikap kayak gini, itu sama saja dengan kamu mau Mama cepat mati perlahan." ucap Ross yang masih bersikeras dengan keputusannya.
"Ma ... Yaudah gini aja deh Ma. Ana setuju tentang rencana mama, tapi sebelumnya Ana juga pengen tau, cowok model kayak gimana yang mau Mama jodohin. Nah, kalau Ana udah aga sreg dikit, baru deh," ujar Ana.
"Baik, besok dia datang ke rumah. Jangan coba-coba menghindar lagi Ana."
Ana pasrah ia memilih diam daripada ibunya kembali menceramahi nya lagi habis nanti dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Terakhir
Teen FictionKisah seorang gadis bernama Ariana, anak yatim yang hidup dengan ibunya Ross. Ia dipaksa Menikah dengan lelaki yang seharusnya menjadi kakak tirinya. Permintaan terakhir disisa hidup ibunya lah yang membuat Ariana menurutinya. Di sisi lain, ia juga...