Sebuah mobil hitam memasuki kawasan parkiran sekolahnya. Seorang pria yakni Dalvino yang keluar dari mobil untuk menemui seseorang.
Ana bisa melihat dari kejauhan, pria itu berlari kecil arahnya. Vino sudah berada didepan mata Ana. Ia tersenyum menyambut baik Ana.
"Ayo, saya antar kamu pulang!"
Vino berjalan menuju mobilnya, diikuti Ana dibelakangnya. Vino mengendarai mobilnya sedikit kencang. Jalanan yang terlihat lebih senggang dari biasanya.
"Hari ini saya mau melamar kamu."
"Terus, gue harus ngapain? Salto? Bukannya itu mau lo kan?"
Vino tidak menanggapi dan memilih diam dan menyembunyikan senyum samarnya.
Saat sudah sampai dirumah, Ana di kejutkan dengan kedatangan Om Rendra dan beberapa orang yang tidak ia kenal didalam rumahnya.
"Eh, maaf. Ini ada apa yah, kok rame rame kayak gini." ucap Ana melihat kearah Ross.
"Kamu belum menceritakan semuanya Ross?" tanya om Rendra.
"A-aku lupa mas."
"Baik, jadi begini Ana. Dalvino ini, anak Om, maksud kedatangan Om kesini, Vino ingin melamar kamu Ana."
Ternyata si vino ini anaknya Om Rendra. Jadi maksudnya, gue mau nikah sama calon kakak tiri gue?
"Bukannya Om, mencintai Mama saya?"tanya Ross.
Setahu Ana, om Rendra ini bukannya akan menikahi Mamanya. Tapi malah menikahkan anaknya dengan Ana.
Om Rendra tidak menjawabnya, hanya menjelaskan pada intinya.
"Om mengerti, semua ini mendadak. Kamu pasti masih terkejut."
"Om, dan ibu Mama kamu sudah mengatur semuanya. Sekarang, pilihannya ditangan kamu Ana. Kamu menerima lamaran ini, atau sebaliknya."
Ana menatap kearah Ross. "Mama mohon, Ana."
Ana menarik napasnya panjang situasi yang tegang, membuat Ana takut.
Ana mengingat ucapan Tika, ibunya pasti ingin yang terbaik. dengan berat Ana mengatakan.
"A-anaa menerima lamarannya."
Ana memikirkan bagaimana dengan pernikahan yang tidak dilandasi dengan cinta. Ia takut tiba-tiba ditalak suaminya, dan akan menjadi janda muda.
"Untuk tanggal udah mama tentuin, dan persiapan acaranya sudah Mama dan Om Rendra urus.
"Minggu depan, kalian harus sudah siap." ucap Ross ibunya.
"Apa Ma? Minggu depan?"
"Mama sudah obrolkan semua ini sayang. Semuanya sudah setuju." Ana hanya diam pasrah.
Karena hari terasa mulai larut, keluarga Om Rendra berpamitan untuk pulang.
"Om dan sekeluarga pamit pulang yah Ma, Terimakasih, sudah menerima lamaran Vino." ucap Om Rendra berpamitan.
"Gue terpaksa kali Nerima lamarannya. Kalau bukan karena Mama, ogah banget gue" ucap Ana dalam hati.
Om Rendra dan Vino serta beberapa keluarganya pulang. Sementara Ana hanya membaringkan tubuhnya di sofa.
"Makasih yah Ana." Ross terlihat bahagia.
Ana juga tidak tega melihat ibunya harus sedih kalau ia menolak Lamarannya tadi.
"Iya Mah. Tapi Mama harus janji, kalau Mama harus cepat sembuh! Ana kan udah nurutin permintaan Mama." Ana memeluk Rani dengan hangat.
Ros hanya mengangguk menahan air mata harunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Terakhir
Teen FictionKisah seorang gadis bernama Ariana, anak yatim yang hidup dengan ibunya Ross. Ia dipaksa Menikah dengan lelaki yang seharusnya menjadi kakak tirinya. Permintaan terakhir disisa hidup ibunya lah yang membuat Ariana menurutinya. Di sisi lain, ia juga...