Chapter 11

88 0 0
                                    

Hari yang tidak Ana harapkan tiba. Hari Dimana pernikahan Ana. Ana mematut dirinya didepan cermin. Dengan gaun pengantin putih tulang yang menjuntai kebelakang. Wajahnya terlihat sangat cantik dan menawan.

Ana terlarut dalam pesonanya sendiri. Masih tidak percaya bahwa ini dirinya.  Diluar sana, sosok Vino bersama keluarga besarnya telah datang.

Tiba-tiba seseorang membukakan pintu, sontak membuat Ana melihat kearah pintu. Ross melangkahkan kakinya disisi ranjangnya kemudian duduk. Ross memandangi putrinya kemudian menggenggam tangan kecil Ana.

"Ariana, Anak mama."

"Mama berterimakasih sama kamu Ana, karena dengan melihat kamu menikah dengan Vino sedikit membuat Mama tidak takut lagi," ucap Ross ibunya.

Kenangan bersama ayahnya terlintas dipikiran Ana. Andai saja ayahnya masih ada bersamanya saat ini. Ia pasti akan mendampinginya saat menikah.

Yah, meskipun dengan pria yang sama sekali tidak Ana cintai.

Pelupuk Mata Ana terasa penuh, Ana mengeluarkan air matanya yang berlinang.

"Ayok, Ana." Ross mendampingi Ana keluar menuju ke tempat ijab Kabul.

"Saudara Dalvino, apakah anda sudah siap?" tanya pak penghulu sembari mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan Vino.

Ana menunduk kepalanya, jika ia mempunyai pilihan lain, ia mungkin akan kabur saat ini. Tapi apa boleh buat, kali ini Ana sudah pasrah.

"Saudara Dalvino, Saya nikahkan engkau dengan Arianna Safitri binti Arlan Wijayanto dengan maskawin uang seratus juta dibayar tunai!"

"Saya terima nikahnya Kirana-" ucap Vino terpotong tanpa sadar menyebut nama wanita lain.

Seluruh tamu undangan menatap kearah Vino yang baru saja mengucapkan janji sakral dengan menyebut wanita lain, menjadi pertanyaan. Termasuk Ana dengan tatapan tajamnya.
Vino hanya diam dengan menatap Ana.

"Vino, tenang. Papa yakin kamu bisa," bisik papanya Vino.

"Maaf bisa kita ulangi lagi saudara Vino." ucap penghulu.

"Saya nikahkan engkau dengan Arianna Safitri binti Arlan Wijayanto dengan maskawin uang seratus juta dibayar tunai!"

"Bismillahirrahmanirrahim, saya terima nikahnya Arianna Safitri binti Arlan Wijayanto dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" ucap Vino lancang tanpa kesalahan.

"SAH!" Ana mendengar dengan jelas kalimat itu.

Ana kali ini sudah sah menjadi milik Vino.
Ana mengambil tisu, tak kuasa menahan air matanya. Jantung Ana berdegup kencang melebihi batas normal dengan jaraknya yang dekat dengan Vino.

Vino dengan jarak dekat mulai memajukan diri.

Cup

Vino memberikan satu kecupan di keningnya Ana.

Tak terasa waktu sudah memasuki malam hari. Ana dan Vino kini sedang berada di acara resepsi. Tidak banyak orang yang menghadiri acara pernikahan tersebut. Pernikahan Ana dan Vino diadakan disebut gedung.

Ana terlihat sangat cantik, dan Vino yang terlihat sangat tampan dan gagah dengan setelan jas. Tampak seperti pasangan yang serasi.

"Ana!" panggil kedua sahabatnya Tika dan Rani dengan melambaikan tangannya, menuju kearah Ana.

"Selamat ya Ana!" ucap Rani dan Tika bersamaan.

"Gak sabar gue, pengen liat hasil bibit pencampuran antara kalian." ujar Rani asal jeplak.

"Suami lo ganteng!" ucap Tika memundurkan wajahnya dan tersenyum.

"Yudah yuk Tik, gue laper nih." Rani merengek.

"Makan Mulu lo, dari tadi, gue perhatiin lu makan terus."

"Kapan lagi makan gratis bestii" balas Rani

"Kuy lah, paket komplit Tik, Ayok!" RAni menarik tangan Tika menuju prasmanan yang membuat Rani ngiler sedari tadi.

Tak berselang lama, terlihat seorang perempuan yang menghampiri Vino. "Selamat ya Vin."
"Akhirnya kamu nikah juga yah," perempuan tersebut mengalihkan pandangannya, kearah Ana." Mba, selamat yah." Ana membalasnya dengan tersenyum.

Ana bisa melihat tatapan sendu dari Vino ketika melihat wanita yang tadi. Tapi masa bodo amat Ana tidak peduli. Toh ia juga tidak mencintai Vino.

Tak terasa, para tamu undangan berangsur pergi meninggalkan lokasi acara pernikahan tersebut, sampai para tamu undangan benar benar sudah pulang.

Kecanggungan begitu terasa diantara mereka berdua. Tidak ada yang memulai pembicaraan.

"Ayok pulang." Vino dengan cepat menggenggam tangan Ana.

"Lepasin, gausah pegang-pegang tangan." Ana menghempaskan tangan Vino.

Vino yang tidak mau kalah kembali mengambil tangan Ana dan menggenggamnya layaknya Ana kecil.

"Diem, atau saya berbuat lebih?"

Ana membuang mukanya. Mungkin ia harus banyak bersabar menghadapi Vino yang menurutnya menyebalkan dan pemaksa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lembar Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang