Hukum Kecil
I'm comeback....
Happy reading
Jangan lupa vote Dan comment ok...Jessica mencuri pandang pada pria di
sampingnya yang sedang sibuk memeriksa
berkas. Dia berpikir keras agar Alex
tidak perlu terus mengikutinya, namun ide
itu tidak juga muncul sampai mereka tiba
di sebuah kantor penerbit kecil."Kau bilang ini kantor?" tanya Alex dengan senyum mengejek.
"Ya. Memangnya kenapa?" tanyanya sinis.
"Lain kali aku akan mengajakmu melihat kantor yang sebenarnya. Ini sih lebih mirip kandang," ejeknya.
Jessica mendengus kesal, dia tidak suka jika ada orang lain yang merendahkan tempat di mana dia memulai pekerjaan yang disukainya.
"Kalau anda keberatan, Tuan ... diam saja di sini dan biarkan saya pergi."
Alex menatap tajam Jessica, tangannya langsung meraih wajah gadis itu mendekat. "Sudah ku bilang, jangan panggil aku Tuan!" desisnya.
"Kau tidak mungkin memintaku untuk memanggilmu dengan sebutan sayang, bukan? Ini tempat umum."
"Why Not?"
Jessica berdecak sebal. "Tolong berkompromi sedikit, kita ada di tempat umum."
"Baik. Lalu, aku dapat apa sebagai balasannya?"
"Apakah seorang Adiwijaya masih membutuhkan sesuatu dari orang kecil yang bekerja dalam sebuah kandang?"
Alex tersenyum kecut. Baru kali ini ada wanita yang berani menjawab segala ucapannya dengan berani, hanya Jessica yang bisa melakukan itu. Anehnya, dia tidak marah dan malah lebih terobsesi untuk mempermainkan wanita di hadapannya itu.
"Kau yang merendahkan dirimu sendiri, bukan aku yang bilang."
"Bukannya kau sendiri yang bilang kantorku seperti kandang?!"
Alex melepas cengkeramannya, lalu membuang muka. "Cih! Cepat turun, aku tak ada waktu untuk meladenimu."
Jessica meraih tas miliknya, berjalan keluar dari dalam mobil mewah Alex. Beberapa pasang mata terkesima melihat tampilannya yang baru, seolah bukan Jessica yang mereka kenal selama ini.
Namun, saat Alex dan beberapa ajudannya mengekor di belakang, semua mata itu langsung mengalihkan pandangan, seolah ingin melarikan diri.
Sia-sia saja bicara, pria berkepala batu seperti Alex bukan jenis orang yang bisa diajak berkompromi―batin Jessica.
Mereka sampai di depan ruangan direksi. Jessica berusaha mengatur napasnya, sebisa mungkin dia akan menghadapi omelan dari sang atasan karena sudah tidak masuk dan tidak membalas pesan akhir-akhir ini.
"Tunggu apa lagi? Cepat masuk!"
"Tak bisakah kau diam saja?!"
"Apa perlu aku mengantarmu masuk?"
"Tidak perlu! Diam saja di sini, aku hanya sebentar."
Jessica masuk setelah dipersilakan. Di dalam, tampak sang atasan sedang berkutat dengan laptop miliknya.
"Selamat siang, Bu," sapanya.
Wanita itu langsung menghentikan aktivitasnya, lalu menatap Jessica dengan tajam.
"Kau pikir ini perusahaan nenek moyangmu, ha?!" sentaknya tanpa menunggu Jessica bicara.
"Maaf, Bu... saya juga sulit menjelaskannya lewat pesan, makanya saya tidak merespons pesan Ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEXICA ✓ (HIATUS)
Random[SEBELUM DI BACA DI FOLLOW DULU YA!!!] HIATUS!!! WARNING 21+!! "Tanda tangani kontrak ini, lalu jangan pernah berpikir untuk melarikan diri lagi dariku," ucap Alex sambil menyodorkan selembar kertas berisi kontrak yang Jessica minta sebelumnya. Gadi...