Sebuah Larangan

620 134 2
                                    

Waktu saat ini menunjukkan pukul satu siang hari. Meski pun begitu, udara nya tidak terlalu panas seperti di kota, disini masih asri.

(Y/n) keluar dari rumah kakek untuk mencari udara, terlebih menjauhkan diri dari membuka tas. Pikiran-pikiran itu terkadang muncul mendorong nya terus menerus, tangan nya gatal membuka tas dan menulis kembali di buku.

(Y/n) menggeleng kan kepala, ia tidak mau berurusan dengan hal-hal supranatural, siapa yang akan bertanggung jawab nanti.

Setelah meminta ijin untuk berjalan-jalan sebentar, (y/n) memakai sepatu nya, jalan nya becek jadi ia tidak mau kaki nya kotor dengan mudah. Terlebih, ia tidak mau terkena ulat bulu dan berakhir menghabiskan liburan dengan gatal-gatal.

Menaruh ponsel, penanda, dan barang barang yang dibutuhkan ke dalam tas selempang. (Y/n) mulai berjalan menjauhi rumah kakek. Tangannya ia taruh di saku celana panjang hitam ia yang kenakan.

Semakin jauh ia dari rumah kakek, dorongan itu seolah semakin memudar. Sang gadis menghela nafas lega sembari melihat sekitar. Burung-burung berkicau dan berterbangan. Di banding dengan deskripsi seram seperti di novel-novel, ini lebih menggambarkan keindahan dan ketenangan.

Tangan nya tertarik memetik bunga. Sebuah bunga kumis kucing. Warna ungu Lilac nya sangat manis, ia mendapati itu imut.

Meneruskan perjalanan nya, ia mendapati dirinya di pertigaan jalan. Di mana ia ingat, jalur kanan itu di tutup.

Ia jarang pergi ke rumah kakek, hanya baru saat ia masih lima tahun dan saat ini. ia ingat saat masih lima tahun, ia tidur sepanjang perjalanan. Tapi ia tau jalur itu selalu di tutup dan orang orang tidak pernah ada yang melintas disana.

(Y/n) tau ini terkesan bodoh dan bisa saja berakhir seperti di film horror, tapi rasa penasaran nya bisa membunuh nya. larangan adalah perintah. Ia melompat dari pagar besi yang berkarat. Matanya tertuju ke arah papan larangan yang tertulis.

ROAD CLOSED
FORBIDDEN TO PASS

Ia tidak menghiraukan nya, ia berjalan menyusuri jalanan sambil memberi tanda kecil, jaga jaga jika ia tersesat. Terlebih ia mudah lupa kalau panik.

Ini sejenis dengan petualangan, jika orang orang pembuat konten melihat nya. Tapi bagi (y/n), ia hanya ingin ketenangan. Ia hanya akan berjalan lurus, ia tidak mau mengambil resiko tersesat.

Jalan panjang itu membawa nya menuju sebuah bangunan tua, seperti rumah namun lebih besar. Ini juga bukan mansion. Rumah itu terlihat mewah dengan cat putih kusam. Sangat menarik untuk di jelajahi.
Meski begitu, (y/n) tidak tertarik memasuki nya.

Gadis itu berjalan di sekitar bangunan tua. Dindingnya penuh tanaman menjalar, retak dan tidak terawat. Ia pikir akan ada coretan anak anak muda, tapi tidak. Itu bersih.

Tanaman di sekitar hanya rumput, ilalang, pohon-pohom besar dan... tanaman kumis kucing. Tanaman kumis kucing tumbuh subur disini, Pikir (y/n).

Ia melihat lihat sekitar, sepi dan tidak berpenghuni. Mungkin ini milik orang kaya yang ingin hidup tenang, namun pemilik nya mati dan tidak ada yang mewarisi. Atau anak-anak nya tidak mau kesini karna terlalu sepi. Pikir gadis itu.

Puas melihat-lihat, ia membalikkan badan. Sebelum pergi, mata nya kembali tertuju pada jendela rumah itu. Kosong dan gelap. Akhirnya kaki nya beranjak dari sana. Tidak menyadari bahwa ada predator yang siap menerkam mangsa.

~~~

Keluar dari jalur kanan, ia berniat kembali ke rumah kakek nya. Ia melirik jam tangan hitam yang ia kenakan. Sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore.

Saat (y/n) bersenandung kecil untuk menghilangkan sunyi, ia merasa seseorang atau sesuatu berlari dengan cepat di belakang nya. membuat nya segera menoleh ke belakang.

This Story (Yandere x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang