Teman Bermain

472 118 7
                                    

Jangan lengah

Jangan memejamkan mata

Jangan bersuara

Jangan hentikan langkah mu

Jangan di temukan oleh nya

Bersembunyi lah,

Karna dia yang seharusnya tidak ada mencari 'teman bermain'

Chapter
-Teman Bermain-

Keluarga besar sedang berkumpul di ruang keluarga, menonton siaran TV. Keempat orang dewasa itu tertawa canda sambil mengobrol, berbeda dengan sang pria yang lebih tua dari mereka semua.

Sang kakek menatap terus menerus keluar jendela. "Kenapa yah? Ada yang ngeganjel di pikiran?", Sang bibi menaruh kue dan cemilan lain di meja. Sang kakek hanya membalas gelengan.

"Nak (Y/n) sama nak Dane kemana...??", Sang nenek duduk di samping sang kakek mengambil satu kue bolu dan memakan nya perlahan, "Mereka jalan-jalan, mungkin bosen di rumah terus", sang bibi dan nenek tertawa kecil, berbeda dengan reaksi sang kakek dan orang tua sang gadis.

Wajah mereka terlihat masam, terlebih ibu (y/n). "Cewek itu harusnya bantu bantu di rumah, di rumah kakek nya malah main terus", sang ibu terlihat kesal dengan (y/n), kesal tanpa alasan. "Biarin kak, lagian anggap aja liburan, kasian dia", sang bibi berusaha membela ponakan nya.

Balasan yang ia dapatkan hanya decakan sang ibu, "Anak kayak dia kalau ga di disiplin kan itu ga bakal berguna",

Helaan nafas keluar dari bibir sang bibi, kakak nya itu memang tidak suka dengan anak perempuan nya, entah atas alasan apa.

"Kak",

"Ya?",

"Jangan benci anak mu sendiri",

Sang kakak menatap tajam adik nya, "kamu ga ada urusan buat ngurusin hal semacam ini",

"Tentu ada, dia ponakan ku"

"Tapi dia ANAK ku", seolah menekan kan di bagian situ, sang kakak mulai kehilangan kesabaran nya. Sang adik hanya terdiam melihat nya, sebelum mengeluarkan bom, "Apa anak laki laki segitu nya mengubah mu, kak? Membenci anak perempuan, padahal kamu sendiri perempuan"

Sang kakak berdiri dan hendak menampar adik nya, namun di hentikan oleh oleh suami nya. Sang nenek di sana hanya terdiam dan tak dapat berkata apa apa, namun dari raut wajah nya ia setuju dengan sang adik. Anak nya yang tertua itu memang di kenal tidak menyukai anak perempuan nya, sudah berkali kali sang nenek memberi tau bahwa (y/n) tak pantas di diskriminasi.

Tapi sang sulung tak mau mendengarkan, mungkin sang bungsu sudah tidak tahan dengan semua diskriminasi itu lalu memutuskan untuk melempar granat tepat di depan wajah sang sulung.

Kemarahan masih terlihat di wajah sang ibu, dengan segera ia menepis tangan suami nya dan bangun, pergi dari sana.

Atmosfer disana terasa berat dan tidak enak, sang suami mengejar istri nya untuk menenangkan nya. Tangan sang istri bisa saja khilaf dan menghancurkan semua benda di rumah. Sang bibi hanya diam menatap bagaimana keluarga nya ini begitu hancur karena urusan anak laki-laki.

This Story (Yandere x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang