What Lies Beneath

455 113 10
                                    

[Warning: chapter ini mengandung unsur kekerasan, darah, pembunuhan dan sesuatu yang dapat memunculkan fobia! Sebagai readers Harap bijaksana]

.
.

[Disarankan gunakan mode Gelap]

***

[Mohon membaca petunjuk berikut]

Petunjuk:

.

.

Jangan melihat ke belakang

Chapter
- What Lies Beneath -

(Y/n) benci situasi ini.

Sangat membenci nya.

Ia tak membuka mulut nya sedikit pun, ia ragu mengatakan nya. Alih alih menjawab, ia meremas ujung baju. Apa tidak ada jalan lain untuk selamat? Bagaimana jika ia gagal? Bagaimana jika ia berakhir mati disini? Bagaimana dengan Dane?

Semua pertanyaan itu terlintas di pikiran (y/n) yang ramai. Bisikan bisikan di kepala nya juga membuat nya tak dapat berfikir jernih, ia merasa buku itu hanya lah beban untuk saat ini.

Dalam kegelapan di depan nya, sang pria memiringkan kepala ke kanan dan ke kiri, seperti orang yang mendengarkan musik melalui headset.

Orang ini mungkin pasien rumah sakit jiwa yang lepas, batin (y/n). Tapi untuk ukuran orang gila, dia cukup cerdas.

Sang gadis menggigit bibir ranum nya, sebelum akhirnya.. "bisa.. bisakah beri aku waktu untuk berfikir..?", Xavier berhenti menggerakan kepala nya. Senyuman masih terukir di wajah nya yang pucat.  "Tentu.. ku beri waktu lima menit", ia menjawab nya dengan riang.

Yang ia pikirkan adalah, ia tidak tau sedalam apa terowongan itu. Apakah di dalam ada barang-barang yang bisa ia gunakan? Dari ruangan ia bersembunyi tadi, ia tidak menemukan barang berguna. Ia setidaknya membutuhkan sepotong kayu atau linggis. Sesuatu yang berat dan bisa membuat lumpuh.

(Y/n) juga ragu, apakah ia bisa menulis kan sesuatu di buku itu. Di dalam sana terlalu gelap dan ia sadar baterai senter nya mungkin saja tidak akan bertahan lama. Jika pun menggunakan ponsel, itu tidak seterang senter.

Sang gadis berfikir mungkin saja ia bisa membujuk pria di depan nya untuk memberi waktu sepuluh menit untuk bersembunyi. Yang ia takutkan adalah kekuatan Xavier tidak seperti manusia pada umumnya. Setelah ia melihat bagaimana nasib pintu besi tebal yang di tendang, ia langsung memahami bahwa kekuatan pria di depan nya tidak dapat di remehkan.

Atau setidaknya, sang pria ingin mengungkapkan bahwa ia tidak mau di remehkan.

Netra (e/c) beralih dari lantai tangga ke arah Xavier. Sang pria tengah menatap nya sedari tadi, tanpa berkedip. Tatapan tajam itu seolah di arahkan ke dalam jiwa nya. (Y/n) bergidik ngeri, hawa menjadi lebih dingin daripada biasanya.

(Y/n) mengalihkan pandangan nya dari Xavier. Sang pria terkekeh, seperti nya ia bisa menebak bahwa (y/n) takut pada nya.  Xavier tampak nya dapat menebak bahwa (y/n) memikirkan segala kemungkinan yang bisa ia lakukan dan tidak bisa ia lakukan.

This Story (Yandere x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang