Underneath the Illusion

477 101 5
                                    

[gunakan mode Gelap]

[WARNING: kalian tau apa isi dari peringatan ini bukan?]

***

Petunjuk:

...


.
.
.

Chapter:
[Underneath the Illusion]

Rembulan bersinar terang, menyapa dari kejauhan dengan bentuk sempurna nya. Kota begitu sepi saat ini, hanya ada beberapa kendaraan lalu lalang di jalan besar.

Seorang pria muda bersurai merah berjalan di trotoar, tangan nya di masukkan ke dalam saku mantel hitam. Perlu di ingat, hasil dari rampasan. Sudah sekian lama dia tidak merasakan yang namanya berjalan. Ia sudah lama terjebak, udara di luar tidak sesegar dulu, tapi dirinya sangat bersyukur. Sang pria ingat, malam seperti ini lah yang biasa ia habiskan bersama rekan satu tim nya. Dapat Meminum wiski atau segelas wine bisa menenangkan nya dari trauma perang.

Bittersweet, semua itu sudah berakhir.

Satu tangan nya keluar dari kehangangatan saku mantel, terdapat secarik kertas di lipat, serta sebuah gambar menunjukkan arah.

Sang pria melihat sekitar, bertanya-tanya apakah ia sudah dekat dengan tujuan nya.

Mata Crimson nya tidak menangkap tempat yang di maksud. Tangan nya kembali masuk ke saku mantel. Tapi setidaknya ada kabar baik.... Mungkin. Ada sekumpulan remaja yang tengah merokok dan minum di gang kecil, ia dapat bertanya kepada mereka.

Senyuman tertarik di wajah porselain sang pria, dengan segera kaki nya mempercepat langkah menuju mereka.

"Permisi", sapaan lugu sang pria muda membuat perhatian sekumpulan remaja teralih ke pada nya, "saya baru di kota ini, boleh tunjukkan jalan menuju kantor polisi, seperti nya... di jalan heldenweiss?", Tangan sang pria muda keluar dan membenarkan topi yang ia kenakan. Satu tangan nya menarik dompet gemuk yang ia bawa di saku lain, membuat beberapa para remaja menengok ke arah benda menggiurkan itu.

"Di dunia ini tidak ada yang gratis tuan, berikan kami dompet mu jika kau ingin kami menunjukkan jalan nya", salah satu remaja  maju dengan wajah menantang. Sang pria muda tampak tetap tenang, "dompet? Tentu saja, ini", tangan sang pria mengambil dompet itu. Ia membuka dompet nya untuk melihat sekilas, lalu menutup dan menyerahkan dompet coklat nya, "Bisa tolong tunjukkan jalan nya sekarang?",

Sang remaja melirik satu sama lain, senyuman mereka tarik sebelum kaki mereka tancap gas dengan cepat meninggalkan sang pria disana berdiri diam. Mereka tertawa terbahak-bahak sambil menyerukan 'orang bodoh'.

Sang pria tak bergeming sedikitpun, tak ada ekspresi di wajah nya, marah? Kesal? Sedih? Tidak ada. Ia menurunkan topi agar menutup setengah wajah. Tangan nya masuk ke saku nya kembali, tampak bergerak di dalam sana. Ia lalu pergi meninggalkan mereka.

Remaja yang berlari sambil tertawa membuka isi dompet itu dan ada secarik kertas dan sebuah benda pipih dengan cahaya berkedip-kedip

Ucapkan hai kepada 'small angel' :)
- V.S.

Sang remaja melihat kedipan di benda itu semakin cepat dan cepat. Tak lama suara teriakan terdengar sekejap. suara itu terpotong dengan suara ledakan. Ledakan itu tidak besar, namun cukup membuat asap tebal yang mengundang perhatian.

Sang pria muda bertopi berjalan santai menjauhi tempat kejadian di belakang nya, Surai merah panjang nya melambai terkena hembusan ledakan. Ia menghela nafas, sang pria muda melihat beberapa mobil polisi keluar dari sebuah gedung perkantoran. Ia menarik senyum tipis, pertanda dia sudah dekat.

This Story (Yandere x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang