06. The Irene 2.0

354 71 1
                                    

"Rene..."

Wendy langsung datang memeluk Irene yang sudah tak jelas bagaimana rupanya. Wendy memang baru sampai di Korea setelah melakukan perjalanan panjang dari Kanada.

Setelah lulus, Wendy memutuskan untuk kuliah bisnis di Kanada; kampung halamannya, Seulgi kuliah fashion dan model di Paris, dan Irene, ia tak melanjutkan pendidikannya dan fokus untuk mengurus adiknya.

Sebelumnya, Wendy sempat mengunjungi rumah Seulgi untuk menemui Irene dan Jennie karena ia tau Seulgi masih di Paris. Namun, saat ia baru keluar dari mobil, terlihat mobil yang ditumpangi oleh Bi Minah parkir di samping mobilnya.

Wendy sedikit terkejut saat Bi Minah keluar, wajahnya terlihat sembab. Saat ia bertanya mengapa, Bi Minah pun menjelaskan semuanya, tentang apa yang dialami oleh Irene dan kondisi Jennie selama ini. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengemudi ke rumah sakit seperti orang kesetanan. Ia menyesal, selama di Kanada ia jarang berkomunikasi dengan Irene karena perbedaan waktu yang cukup panjang.

Dan disinilah Wendy sekarang, memeluk Irene guna memberikan ketenangan. Tak ada kata yang terucap, hanya tangisan lirih Irene dan usapan lembut yang diberikan oleh Wendy.

Setelah dirasa Irene mulai tenang, Wendy pun melepas pelukannya dan memulai pembicaraan.

"Ada gue disini, ada gue yang bisa bantu lo." kata Wendy menenangkan sambil mengusap air mata Irene.

"Wen..." sungguh Irene tak bisa menahan tangisnya lagi. Seolah-olah semua air mata yang sudah ia tabung selama hidupnya, ia keluarkan semua untuk meratapi nasibnya.

"Gue udah banyak ngerepotin lo..." lirih Irene pelan.

"Dan gue juga banyak ngerepotin lo dulu. Dulu, gue gapunya temen karena gue anak pindahan dan bahkan gue aja gabisa bahasa Korea. Tapi, lo datengin gue, ngajak gue kenalan, ngajak ke kantin bareng, dan dengan sabarnya mau bantuin gue belajar bahasa Korea, dan jangan lupa juga lo mau minjemin semua catetan pelajaran ke gue.

Lo dulu baik banget sama gue, kehidupan yang gue kira bakal sulit, semua jadi mudah setelah gue kenal lo. Jadi, biarin gue balas semua kebaikan lo dulu. Karena semua kebaikan patut dibalas dengan hal baik juga, kan?" kata Wendy tenang sambil memegang kedua bahu Irene.

Setelah sesi tangis itu selesai, Irene menceritakan kondisi Jennie yang masih kritis. Ia belum sadar sejak 3 hari yang lalu. Tubuh tinggal tulang itu tertidur dengan tenang di dinginnya ruang ICU, membawa semua peralatan medis seolah hidupnya hanya bergantung dengan alat itu.

"Gue takut Wen, gue takut kalo dia ninggalin gue, tapi,  gue lebih takut kalo dia bangun dan udah dibolehin pulang, kita mau pulang kemana? Rumah aja ga punya." kekeh Irene setelah mengucapkan kalimat terakhirnya.

Rumah mendiang papanya entah bagaimana sudah beralih nama menjadi milik Minho. Yang berarti Irene dan Jennie sudah tidak punya hak lagi atas rumah mewah itu.

"Emm, sebentar, gue angkat telfon dulu ya?" kata Wendy setelah melihat kontak sang papa menelponnya.

Setelah cukup lama berbincang di telepon, Wendy kembali lagi. Tadi, ia sudah bercerita pada papanya tentang kondisi Irene dan Jennie. Papa Wendy; Siwon, yang memang merasa punya hutang budi pada Jiyong pun tanpa pikir panjang mau membantu Irene dan Jennie.

"Untuk sementara, lo bisa tinggal di rumah gue. Tadi gue udah cerita sama papa dan papa setuju. Kita sahabat dan orang tua kita juga sama. Biarin keluarga gue balas semua kebaikan yang udah keluarga lo lakuin, ya?" tanya Wendy pelan dengan menggenggam erat kedua tangan Irene.

"Makasih, makasih banyak banget, makasih..." Irene terus menggumamkan kata terimakasih di pelukan Wendy.

Sungguh, Irene bersyukur bukan main. Tuhan memang sudah mempersiapkan ini untuknya. Bukankah setiap masalah pasti ada solusinya?

happier than ever | jennie x ireneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang