09. The Tragedy

420 69 37
                                    






































TW // pelecehan seksual, trauma, rape, kinda 18+.

Kebijakan pembaca sangat diperlukan, sifat tokoh yang terlibat di cerita ini tidak ada hubungannya dengan sifat asli tokoh di real life. Cerita ini hanya fiksi dan mohon untuk bijak dalam membaca cerita ini, terimakasih.
























































Seulgi sudah sampai di kontrakan sederhana yang sesuai dengan alamat yang diberikan Wendy tadi. Tapi, rumah ini terlihat kosong dan tidak berpenghuni. Setelah memastikan bahwa itu memang kontrakan Irene dan Jennie, Seulgi memutuskan untuk menunggu saja. Mungkin Irene masih ada keperluan di luar hingga tak langsung pulang setelah tadi berpamitan.

Selama menunggu, Seulgi merenungkan perbuatan orang tuanya dulu. Benar-benar definisi habis manis sepah dibuang. Sudah gitu, nasibnya sama pula dengan Irene. Bedanya, Seulgi punya aset yang masih bisa diselamatkan. Juga, ia tak punya tanggungan selain hidupnya sendiri.

Entah karena terlalu lama menunggu atau memang Seulgi yang sudah lelah, ia tertidur dengan bersandar pada dinding disamping pintu.

Sampai akhirnya Irene datang dengan barang belanjaannya dan tak lupa dengan mata sembabnya. Tadi, setelah berpamitan dengan Wendy, Irene memutuskan untuk ke makam orang tuanya, berbagi cerita dengan raga yang tak lagi ada. Setelahnya ia memutuskan untuk ke supermarket karena bahan dapur sudah menipis.

Dan betapa terkejutnya Irene ketika mendapati Seulgi tidur dilantai bersandar pada dinding masih dengan pakaian kotornya tadi. Beruntung jalan sini memang sepi karena memang masuk ke dalam gang sempit. Bagaimana kalau ada orang jahat yang akan melukai Seulgi? Lagi, ia masih menggunakan dress selutut yang sedikit tersingkap tertiup angin.

Karena melihat tidurnya yang sangat pulas, Irene jadi tak tega untuk membangunkannya. Jadilah ia memutuskan untuk menggendongnya saja dan membawanya ke kamar.

Jangan kalian kira mentalnya saja yang kuat, nyatanya meskipun badannya kecil Irene kuat untuk menggendong orang yang lebih besar darinya. Mantan atlet taekwondo jangan dilawan, slur.

Tenang, Irene sudah sangat hapal dengan kebiasaan tidur Seulgi. Seulgi itu sangat kebo alias sangat susah untuk dibangunkan dan akan marah jika dibangunkan dengan paksa.

Setelah memastikan Seulgi tidak terbangun lagi, ia segera ke dapur untuk menyiapkan makan siang, untuk dirinya dan Seulgi, mungkin sekalian untuk Jennie jika memang ia pulang nanti.

Berbicara tentang Jennie, Irene jadi teringat penyebab ia kena marah tadi. Ya, perasaannya sangat tidak tenang. Takut akan terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan. Ingin menelpon juga ragu, takutnya adik kesayangnnya itu sedang latihan dan tidak bisa diganggu.

Apakah Jennie punya ponsel? Punya, tapi hanya ponsel jadul yang hanya bisa untuk menelpon. Kontaknya pun hanya ada dua, Irene dan Rosé. Ponsel itu sudah diatur oleh Irene agar hanya sekali pencet saja sudah bisa tersambung ke telepon.

Kembali ke kegiatan memasaknya, Irene sempat melamun karena memikirkan adiknya. Sampai akhirnya ia dikejutkan dengan suara pelan yang memanggilnya.

"Rene..."

Irene langsung menoleh ke belakang dan mendapati Seulgi di seberangnya hanya menunduk dengan tangan yang saling bertaut.

"Rene-tolong maafin gue, maafin orang tua gue, maafin semua kesalahan keluarga gue Rene, gue tau gue lebih gatau diri-tapi tolong, gue mohon banget sama lo Rene, maafin kesalahan mereka, gue siap nanggung semua kerugian lo, tapi please-tolong maafin mereka Rene...." Seulgi langsung berlutut dan memeluk kaki Irene sambil menangis tersedu-sedu.

happier than ever | jennie x ireneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang