2

4.1K 216 1
                                    

"nan gimana udah ada perkembangan kah,sama mas mu?"tanya ibu mertuaku yang ada di depan ku.

Ketika ibu mertuaku bertanya pada ku seperti itu,aku tidak tau harus menjawab apa,aku tidak mau ibu mertuaku tau apa yang sebenarnya terjadi,aku takut jika aku bicara yang sebenarnya,ibu akan memikirkan nya dan itu akan berpengaruh pada kesehatan nya.

"Sudah lebih baik, bu"jawabku dengan mencoba memberikan senyuman terbaikku,"maafkan nanta ibu,nanta berbohong padamu"dalam hati aku minta maaf padanya karna sudah berbohong padanya,padahal yang sebenarnya terjadi adalah suamiku,tidak melihat bahkan melirik sedikitpun kepadaku.

"Syukurlah kalo gitu,ibu ikut seneng dengernya"ucap ibu mertuaku sambil tersenyum juga ,aku sangat senang ketika melihatnya tersenyum, maka dari itu aku berusaha tidak ingin melunturkan senyumannya,hanya karna aku mengucapkan semua fakta yang terjadi antara aku dan putranya.

"Hehehe iya bu,"

"Yasudah kalo gitu ibu,kekamar duluan ya ini udah malem"pamit ibu

"Iya ibu nan juga mau kekamar"

Setelah sampai dikamar aku langsung, bergegas membersihkan diri ,dan mengganti baju dengan piama,sambil menunggu suamiku pulang,aku duduk di atas ranjang dan membaca novel.

Klek

Saat dengar pintu terbuka aku langsung turun dari ranjang untuk menyambutnya,

"M,mas sini tasnya jasnya biar nan yang taroin"mintaku padanya,dan dia memberikan jas dan tasnya kepadaku,tanpa satupun kalimat yang keluar dari mulut nya,setelah itu dia duduk di sofa yang tersedia di kamar,dengan menyandarkan kepalanya ke kepala sofa sembari memejamkan matanya, sepertinya dia sangat kelelahan,

Aku langsung menuju ke tempat untuk menggantungkan tasnya dan kranjang baju kotor untuk menaruh jasnya,setelah itu aku langsung menyiapkan handuk,alat mandi lainnya dan air hangat untuknya mandi,selesai dengan itu semua,akupun keluar kamar mandi.

"Mas kalo mau mandi,airnya udah nan siapin"ucapku kepadanya

"Hm"dan dibalas dengan singkat.

Saat dia mandi,aku pun menyiapkan pakaian yang nyaman untuk nya,dan ku taruh di tepi ranjang,dan aku pun keluar untuk menyiapkan makan malam untuknya,karna dia pasti belum makan sejak dari kantornya.

Selang beberapa menit

aku masuk ke dalam kamar dengan nampan berisi makanan untuknya,ternyata dia sudah selesai mandi,dan sekarang dia fokus dengan i pad nya di sofa.

Perlahan aku taruh makanan di meja depannya,

"mas ini makan dulu,sudah nan siapin"

"Hm."seperti biasanya ucapanku di balas hanya dengan dua huruf,yaitu H dan M.

Aku kmbali duduk di atas ranjang sembari melanjutkan membaca novel.

Setelah selesai membaca novel,aku pun turun dari ranjang mengembalikan novelku ke rak buku,dan di lanjutkan dengan mengambil piring kosong dengan perlahan agar tidak mengganggu dia yang sedang sibuk dan membawanya kedapur.

Saat aku kembali kekamar,aku melihat suamiku yang sedang asik telfonan dengan seseorang yang aku pun tidak tau dia siapa,tapi sepertinya itu adalah vio karena terlihat dari cara dia berbicara dengan nada yang lembut ,penuh perhatian dan kasih sayang.

Aku berjalan perlahan menuju ranjang dan lansung menidurkan badanku dengan posisi membelakangi nya,perlahan tapi pasti airmata ku merembes keluar dari tempatnya,akupun langsung menghapus nya dengan kasar.

Melihat bagaimana cara suamiku berbicara lembut dan tertawa renyah bersama perempuan itu.membuat hatiku terasa sakit,aku harus berjuang bagaimana lagi tuhan agar aku bisa mendengar suamiku berbicara lembut denganku,hanya denganku bukan orang lain,sungguh aku sangat iri dengan perempuan itu,yg bisa mendengar suamiku berkata lembut padanya,tapi aku bisa apa?

Aku,arkanzha,"arkanzha aznantama"aku hanya seorang laki laki istimewa dimata keluarga ku tapi tidak dimata suamiku,dimatanya aku sangat aneh dan memjijikan oleh karna itu dia sangat membenciku bahkan untuk melirik pun dia enggan,karna apa,karna aku mempunyai rahim seperti perempuan pada umumnya.

Saat pertama kali aku mendengar bahwa aku mempunyai rahim,aku tidak percaya ,saat itu aku langsung lari kerumah sakit untuk memeriksa apakah benar ada rahim di perutku atau tidak,aku terus berdoa dan berharap kepada tuhan,agar tuhan mengatakan bahwa ini semua tidak benar,tapi tuhan berkata lain,saat aku melihat hasil lab dari rumah sakit,aku benar² dibuat tidak percaya,hasilnya mengatakan bahwa aku benar-benar mempunyai rahim,dan sel telur yang bisa dibuahi.

Sejak saat itu lah,aku harus menerima kenyataan bahwa aku harus menikah dengan seorang pria,bukan wanita,aku yang menjadi istri,bukan suami,aku yang di nafkahi,bukan yang menafkahi.

Dan tentang perjodohan ini, semenjak keluarga ku dan keluarga suami ku tau aku punya rahim,kedua keluarga langsung sepakat untuk menikahkan kami,tidak peduli soal masalah gender,sebenarnya keluargaku fan keluarga mas Zyan sudah tau aku memiliki rahim sejak aku masih bayi,tapi mereka baru memberitahuku saat aku lulus kuliah,dan langsung menikahkan ku dengan mas zyan.

Pernikahan ku dengan mas Zyan ,dilaksanakan dengan paksaan dari orang tua.

Aku masih ingat kalimat yang pertama kali dia ucapkan kepadaku saat malam pertama,

"Jangan pernah berharap saya mau menyentuhmu, ingat bukan bahwa saya menikah denganmu itu karna ibu,dan kamu pasti tau bahwa saya tidak akan pernah menolak atau melanggar perkataan ibu saya,jadi jangan pernah sekalipun kamu berharap saya bisa menyentuhmu ingat itu."pada saat kalimat itu terucap aku hanya bisa menunduk dengan sedikit gemetar menahan tangis,walupun dia melontarkan kalimat itu dengan nada biasa,tapi kalimat itu membuat rasa sakit hati,dan sesak di dada yang ter amat sakit .

Malam pertama yang seharusnya dipenuhi dengan hasrat,dan kehangatan, justru menjadi saksi bisu,dimana aku menangis untuk pertama kalinya karna mengetahui suamiku sangatlah membenciku dan menganggapku layaknya orang asing yang menumpang hidup dengannya.
hiasan² kamar dan taburan kelopak bunga mawar merah diatas ranjang yang seharusnya menambah kesan romantis,justru menjadi sia².

Pernikahan ku dengannya sudah berjalan 10 bulan lamanya,tapi tidak ada satupun yang berubah dalam dirinya,padahal aku sudah sekeras mungkin berjuang,untuk mendapatkan hatinya,tapi perjuangan ku sia² karna tempat di hatinya sudah di tempati sepenuhnya oleh orang lain,maka tidak ada tempat sedikitpun untuku.

Tuhan bisakah engkau membiarkan suamiku,memberiku sedikit ruang di hatinya,jika tidak, bolehkah aku menyerah sampai disini saja,
Aku lelah telah berjuang sendiri untuk mendapatkan sedikit ruang dihatinya.

Tuhan apakah rumah tangga ini akan bertahan jika hanya satu org yang berjuang untuk mempertahankan rumah tangga ini,jika tidak bisa maka bolehkah aku menyerah,tapi jika memang bisa tolong berikan aku kesabaran dan kekuatan untuk bertahan yang lebih besar dari pada yng sekarang engkau berikan.

Setiap aku ingin menyerah untuk rumah tangga ini,aku selalu terbayang wajah ibu dan ibu mertuaku,yang selalu tersenyum dan memberiku semangat setiap saat,ibu mertuaku yang sudah menganggap aku sebagai anak kandungnya sendiri,yang selalu menerima kekuranganku, menyayangiku selalu, aku tidak mau mengecewakan semua orang yang ada di keluargaku,terutama ibu,dan ibu mertuaku.

Tuhan berikan aku petunjuk aku harus berjuang bagaimana lagi,agar aku mendapatkan hati dan semua perhatian suamiku untuk diriku sendiri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
ZYNAN


Pemuda IstimewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang