Kali ini aku sengaja bangun sedikit lebih pagi karna nanti mas jevan mau kesini lagi,jadi aku harus membuat beberapa macam masakan.
Pukul 05.40
Aku selesai membersihkan bagian dalam rumah sekaligus memasak,hanya tinggal halaman rumah yang belum aku bersihkan.
Saat aku sedang menyapu halaman rumah,sayup² aku mendengar suara deru mobil yang bercampur dengan kicauan khas burung di pagi hari yang mendung kali ini.
Semakin lama suara deru mobil itu semakin dekat,lalu memelan masuk ke halaman rumah,aku menghentikan kegiatan menyapuku dan terpaku di tempat.
Dapat ku lihat mobil yang sudah sangat aku kenal berhenti di bawah pohon mangga di dekat teras rumah,itu membuatku tertegun,aku bingung harus berbuat apa.
Setelah beberapa saat setelah mobil berhenti aku melihat mas zyan keluar dari mobil itu,dia menggosokan kedua telapak tangannya dan sesekali meniupnya.
Dia berjalan pelan ke arah ku,lagi² aku terpaku di buatnya,aku tak menyangka bahwa dia akan benar-benar menepati ucapnnya untuk datang ke sini,dia juga rela menembus malam hingga pagi hanya untuk menjemputku,sendirian tanpa di temani siapaun.
Langkah besarnya semakin mendekat,dapat ku lihat kondisinya yang sangat jauh dari kata rapih.
Penampilannya sangat berantakan,aku memang sudah berbulan-bulan bersamanya namun baru kali ini aku pergi menjauh dari darinya.
Aku berdebar karna org yang semalaman memenuhi pikiranku,kini muncul Secara langsung di hadapanku.
Aku gemetar bingung antara takut dengan kemarahannya atau rindu dengannya.
"Selsaikan dulu,nan" dia menyapaku dengan lembut,aku hanya diam terpaku melihat kondisinya.
'tuhan..apakah dia tak menjaga dirinya sendiri dengan benar di saat aku pergi' aku membatin.
Lihat dia kantung mata yang mulai mengitam,kumis dan janggut yang sudah mulai tumbuh walau samar,wajahnya pun terlihat sangat lelah,semua itu menjawab pertanyaan yang ada di benakku bahwa dia memang tak mengurus dirinya sendiri dengan benar di saat aku pergi.
Aku semakin menghawatirkan ibu,jika mas zyan saja kondisinya sebegini buruk,lalu bagaimana kondisi ibu sekarang??,dan ayah, bagaimana kondisi ayah sekarang??.
Aku masih berdiam menatap tanah dengan kedua tangan menggenggam erat sapu lidi yang ku pakai untuk menyapu.
Aku memkirkan hal² yang akan terjadi nanti,seperti pasti dia marah karna pesan WA nya yang hanya aku baca bahkan telfon darinya pun tidak ku angkat,dia juga pasti jengkel,gara² aku ibu jadi drop,dan dia mau nggk mau harus nempuh perjalanan jauh untuk sampai kesini.
10 bulan bersamanya mambuatku sangat hafal dengan sifat emosionalnya,hanya dengan melakukan kesalahan sedikit saja,pasti dia akan marah,contohnya seperti waktu itu ketika aku tidak menyambutnya ketika dia pulang dari kantor karna aku sedang buang air besar,dia marah sampai melempar tas kantor dan jasnya ke lantai kamar.
Jika kesalahan kecil seperti itu saja bisa membuatnya marah,bagaimana dengan kesalahan besar yang aku buat sekarang,sungguh aku takut,namun aku hanya bisa pasrah toh itu memang kesalahanku,jadi aku harus brani bertanggung jawab.
"Nan"
"Nanta" panggilan itu membuatku sadar dari lamunanku.
"D-dalem" aku tergagap.
"Selesaikan dulu pekerjaan mu" ucapnya lagi namun kali ini dengan senyum lembut,itu membuatku semakin berdebar gemetar, senyum itu,senyum yang baru kali ini dia perlihatkan untukku.
![](https://img.wattpad.com/cover/313283330-288-k385179.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemuda Istimewa
Fanfiction"Jangan pernah berharap saya mau menyentuhmu, ingat bukan bahwa saya menikah denganmu itu karna ibu,dan kamu pasti tau bahwa saya tidak akan pernah menolak atau melanggar perkataan ibu saya,jadi jangan pernah sekalipun kamu berharap saya bisa menyen...