Hembusan angin yang menerpa wajah dan tubuh ku,sangat menenangkan.
Saat ini aku sedang berada di pinggir danau,tempat ini adalah tempat favorit ku untuk menyendiri,disini aku bisa menangis sepuasnya dan sekeras mungkin, karna jarang sekali orang yang kesini bahkan hampir tidak ada.
Lagi lagi aku menangis,memikirkan bangaimana mas Zyan selalu bersikap dingin ,acuh tak peduli terhadapku,aku selalu bertanya tanya,apakah semenjijikan itu diriku,dan apakah setidak berharga itukah aku dimatanya.
Mengingat bagaimana sorot mata yang seakan sangat terganggu,risih saat dia menatapku,saat aku ada di dekatnya.
Dia membuatku semakin merasa,memang aku tak pantas untuknya,seakan akan aku adalah barang yang tidak ada harganya, memang sepantas itu jika aku dibuang,tidak di hargai,dan dibenci olehnya.
Sakit sangat sakit,aku memang laki laki tapi aku lemah dengan urusan seperti ini,aku disini hanya bisa menangis menangis dan menangis,seakan kekuatan untuk berjuang mendapatkan hatinya sirna begitu saja.
"Ibuuuu hiks..nanta lelah,nanta ingin memelukmu ibuuu,hiks nanta ingin pulang.."sungguh aku lelah aku ingin menyerah,pulang dan mengadu padanya bagaimana suamiku memperlakukanku dan aku ingin masuk kedalam pelukan ibuku yang hangat dan menenangkan, tetapi saat aku mengingat betapa sayangnya ibu mertuaku kepadaku,rasa tidak tega dan tak ingin mengecewakan menyeruak kedalam hatiku.
Drrttt drrttt
Saat sedang asik menangis telfonku berdering,dan langsung saja ku geser tombol hijau untuk mengangkat nya.
"Hallo nan,kamu lagi dimana?"itu suara azka sahabat ku sejak di bangku smp hingga sekarang.
"Azkaa"ucapku dengan suara lirih dan parau
"Nan kamu kenapa,hei nan bilang ke aku kamu dimana aku kesana sekarang"balasnya dengan tergesa gesa,pasti dia sangat khawatir dan panik saat ini.
" Di danau "jawabku masih dengan suara yang parau,dan mendengarnya khawatir padaku aku tidak bisa menahan haru,dia adalah satu²nya sahabat yang kupunya,aku dan azka sedah seperti anak kembar jika sedang berjalan bersama,kita pergi kemanapun selalu berdua,kita berdua sudah seperti perangko yang saling menempel,tapi sekarang kita jarang bertemu,karena aku yang sibuk mengurus suami ku.
"Tunggu aku kesana jangan kemana mana"setelah itu sambungan terputus,sudah dipastikan dia akan datang kesini.
Aku bertrimakasih kepada tuhan telah mengirimkan ku sahabat yang bisa menerimaku apa adanya,seperti azka.
Pukk
Aku merasakan tepukan ringan di pundaku,dan tentu saja itu ulah azka,aku sudah tau itu.
"Kamu kenapa lagi nan,masalah suamimu lagi iya"tanya dia.
Dan ketika dia mengucapkan kata *suamimu* aku langsung mengingat perlakuan nya lagi,dan akhirnya airmataku menetes lagi.
"....."
Aku tidak tau harus bagaimana menjawabnya.
"Arkanzha Aznantama"saat dia memangil nama lengkapku,aku langsung berhambur kepelukannya,dan aku menangis dengan keras di dalam pelukannya.
"Kamu kenapa lagi hm?"seperti dia merasakan sakit yang aku rasakan dia kini ikut meneteskan air matanya,dia tidak bisa tidak ikut menangis saat aku menangis,begitupun sebaliknya.
"Sakit banget ya hm?"dia tanya lagi dengan suara lirih dan sedikit parau,
"Azka hiks disini hiks sakit hiks bngt"jawabku dengan memukul - mukul dadaku , memang benar dadaku rasanya sakit yang teramat sakit sehingga aku merasa jika memukul dadaku dapat menghilangkan sakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemuda Istimewa
Fanfiction"Jangan pernah berharap saya mau menyentuhmu, ingat bukan bahwa saya menikah denganmu itu karna ibu,dan kamu pasti tau bahwa saya tidak akan pernah menolak atau melanggar perkataan ibu saya,jadi jangan pernah sekalipun kamu berharap saya bisa menyen...