"Ahh sial kenapa gua bisa telat gini sih"
Kekesalan itu terdengar dari pemilik kamar yang baru saja bangun dan terkejut ketika melihat waktu dijam weker miliknya, terburu-buru bangkit dari kasur dan beranjak ke kamar mandi untuk melakukan ritual paginya.
"Percuma pasang alarm kalo ujung-ujung telat juga mah"
Kembali lagi dia mengucapkan itu dengan perasan kesal sebelum masuk kedalam kamar mandi.
Hari ini sebenarnya adalah hari pertama Rio masuk ke sekolah, tapi sepertinya dia merusak moment tersebut dan harus telat datang kesekolah karena alarmnya yang tidak berdering, ah mungkin berdering tapi dirinya tidak mendengar sama sekali karena terlalu nyaman dengan mimpinya yang indah.
Setelah menyelesaikan ritual paginya Rio segera memakai seragamnya dengan terburu-buru, memastikan tidak ada yang tertingal, mengunci pintu kamar kostnya dan berlari kedepan gang untuk menunggu angkot.
Kamar kost? Yap, Rio tinggal di kost-kostan 1 petak dipinggiran kota Jakarta, ingat bukan jika dirinya saat ini hidup sebatang kara karena tidak mempunyai keluarga yang memperdulikannya.
Setelah hampir 20 menit diperjalanan akhirnya angkot yang dinaiki Rio sampai di sekolahnya, tapi sepertinya keberuntungan tidak berpihak kepadanya karena pintu gerbang sekolahnya sudah tertutup rapat. Yah bagaimana tidak tertutup, saat ini saja waktu sudah lewat 10 menit dari waktu bel masuk sekolah.
Rio merutuki dirinya karena semalam sehabis kerja dirinya tidak langsung tertidur dan malah memikirkan kerasnya hidup.
Yap benar, Rio memang sudah bekerja. Dia mengambil Job Part Time di salahsatu restoran cepat saji. Dan waktu kerjanya itu sekitar jam 5 sore hingga 10 malam.
Rio mengedarkan pandangan dan menatap sekitar, seketika ada sebuah ide yang membuatnya menampilkan seringai kecil, "Lewat belakang sekolah aja ahh" Ucapnya sambil berjalan cepat memutari sekolah menuju ke halaman belakang. Tersenyum ketika melihat tembok sekolah yang tidak terlalu tinggi dan masih terjangkau dengan tinggi badannya yang memang pendek. Melihat kanan kiri sebelum memanjat dan bersiap untuk melompat.
Bruk
"Huh, untuk sepi" Monolognya ketika dirinya berhasil melompati tembok tersebut dan segera berlalu pergi menuju lapangan untuk mengikuti upacara karena memang sekarang adalah hari senin dan tadi dia memang melihat semua murid sedang berbaris di lapangan.
Setelah mengendap-endap dan memastikan semuanya aman akhirnya Rio meletakkan tasnya dibelakang pot dipinggir lapangan, berdiri dibarisan yang dekat dengannya dan memperhatikan dengan serius amanat Pembina upacara didepan sana.
Upacara telah selesai dilaksanakan dan semua murid kembali ke kelasnya masing-masing kecuali Rio, karena dia harus ke ruangan kepala sekolah terlebih dahulu untuk menanyakan dimana letak kelasnya berada.
Kenapa begitu?, Yah karena Rio merupakan murid pindahan, dia pindah sekolah ke sekolahnya yang sekarang karena dulu dia tidak mampu membayar biaya sekolahnya yang dulu. Dan wali kelasnya yang memang perhatian kepada Rio menyarankan Rio untuk pindah sekolah dan mendaftar beasiswa. Rio menerima saran tersebut, pindah ke sekolah yang sekarang karena memang menyediakan jalur beasiswa, dan beruntungnya Rio mendapatkan beasiswa tersebut, full hingga dirinya lulus sekolah. Dan yang membuatnya semakin senang ternyata sekolahnya yang saat ini jauh lebih bagus daripada sekolah lamanya.
Tok
Tok
Tok"Silahkan masuk" Sahutan itu terdengar dari dalam ketika Rio mengetuk pintu yang bertuliskan 'Kepala Sekolah'
Ceklek
"Pagi pak" Ucap Rio sopan ketika dia sudah masuk ke dalam ruangan tersebut.
Sang kepala sekolah menyambutnya dengan tersenyum, "Kamu murid pindahan yang waktu itu ya?" Rio menganggukan kepala menjawab pertanyaan kepala sekolah.
"Kebetulan saya juga sedang menunggu kamu, ayo kalo begitu saya antarkan kamu ke kelas" Ucap kepala sekolah, berdiri dari bangku kebanggaannya, berjalan menghampiri Rio dan merangkul anak itu sambil berjalan menuju kelas yang dimaksud.
"Sksd banget nih kepala sekolah" Batin rio sambil melirik heran kepala sekolah yang masih setia merangkulnya.
Setelah berjalan menyusuri lorong sekolah akhirnya Rio dan kepala sekolah sampai didepan kelas dengan papan bertuliskan '10 IPA 3'.
Kepala sekolah membuka pintu kelas tersebut yang membuat semua atensi penghuni kelas mengarah ke arah pintu, "Permisi bu Ratna, ini ada murid pindahan" Ucap kepala sekolah kepada guru sekaligus walikelas yang sedang mengajar mapel bahasa Inggris tersebut.
"Oh iya pak, kamu silahkan masuk, terima kasih banyak ya pak" Balas Bu Ratna dengan tersenyum sambil menyuruh Rio masuk, kepala sekolah pun beranjak pergi kembali lagi ke ruangannya setelah berpamitan.
"Kamu silahkan perkenalkan diri" Ucap Bu Ratna mempersilahkan Rio untuk perkenalan.
"Perkenalkan saya Rio Adhlino" Ucap Rio singkat dan diangguki oleh seluruh murid didalam kelas tersebut.
'Sumpah imut banget'
'Pipinya gembul banget'
'Ih pengin gua karungin dan bawa pulang deh'
'Fix dia yang paling imut dikelas ini'
Itulah beberapa suara hati para murid yang gemas saat melihat Rio. Bagaimana tidak gemas coba, tinggi Rio itu hanya berkisar 146 cm, anak itu juga mempunyai mata yang bulat dan pipi yang sedikit gembul seperti bakpau, belum lagi bibirnya yang berwarna merah seperti ceri dan jangan lupa hidungnya yang kecil karena terhimpit oleh kedua pipinya. Pakaian anak itu sedikit berantakan, tapi bukannya terlihat seperti badboy malah anak itu terlihat sangat menggemaskan dan terlihat sangat imut.
"Kalo begitu kamu duduk dibelakang sana ya, yang kosong itu" Ujar bu Ratna sambil menunjuk bangku yang kosong.
Rio yang mendengar itu mengangguk "Terima kasih bu" Ucapnya sebelum beranjak menuju bangku yang dimaksud.
Setelah mengikuti serangkaian pelajaran akhirnya bel istirahat pun berbunyi.
Rio ingin sekali pergi ke kantin karena perutnya yang sudah lapar minta diisi, namun dia tidak tau letak kantinnya berada dimana.
Tadi sebenarnya banyak teman kelasnya terutama perempuan yang menawarkan dirinya pergi ke kantin bersama, namun dia menolaknya karena mereka semua sangatlah heboh yang membuat dirinya menjadi tidak nyaman.
Rio terdiam dan menoleh ke teman sebangkunya, dirinya cukup heran dengan teman sebangkunya ini karena sedari awal pelajaran dimulai hingga bel istrahat berbunyi temannya ini terus menelungkupkan kepalanya tanpa terganggu dengan kebisingan di sekitarnya. Dan yang membuatnya semakin heran adalah kenapa guru yang mengajar sama sekali tidak ada yang menegurnya ataupun memberinya peringatan karena sudah tertidur saat pembelajaran sedang berlangsung.
Apakah sekolah elit memang selalu seperti itu? Dulu saja saat Rio di sekolah lamanya jika dirinya ketahuan menguap saat pembelajaran sedang berlangsung guru yang mengajarnya langsung menyuruhnya untuk keluar agar segera mencuci muka.
Rio menghela nafas kasar, perutnya sudah tidak kuat untuk menahan rasa lapar, dengan mengumpulkan keberaniannya akhirnya Rio memutuskan untuk membangunkan teman sebangkunya itu.
"Hei bangun" Ucap Rio sambil mengguncang pelan lengan temannya itu.
Karena tidak ada respon dan Rio takut jika temannya itu kenapa-napa akhirnya Rio kembali mengguncangkan tubuh temannya itu dengan sedikit lebih kencang.
Brak
----------
Ada yang masih inget alur cerita Rio gak? Kalo masih Comment ya...
Cerita Rio Author Revisi total, tapi tidak semuanya, hanya beberapa yang menurut Nini kurang pas.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIO ADHLINO (Pindah)
RandomHidup sebatang kara bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan, begitu banyak rintangan dan cobaan karena harus terbiasa mandiri. Rio di umur 13 tahun sudah harus merasakan pahitnya kehidupan, dia dituntut untuk hidup mandiri dan bekerja walaupun usia...