Rio berjalan menuju kantin menggandeng kedua tangan abangnya di kanan dan kiri, dan interaksi mereka berhasil menjadi tontonan murid-murid yang memang sedang berlalu lalang karena jam istirahat.
"Gila cil Abang lu cuek abis" Bian berbisik di dekat telinga Rio sambil curi-curi pandang menatap Juan yang hanya menatap lurus kedepan.
"Iya Bang cuek banget, mukanya datar lagi kaya triplek"
"Gua denger" Juan berbicara dengan nada kesal karena mendengar bisikan mereka berdua, dan kini dia menoleh menatap keduanya yang membuat keduanya bergidik ngeri.
"E-h ampun Bang" Sesal Bian sambil menampilkan senyum canggung.
Rio yang melihat wajah Bian yang menurutnya aneh langsung tertawa yang membuat Bian merasa kesal dan langsung melepaskan gandengannya, "Gak usah ketawa cil"
"Eh? Abang jangan marah, sini tangannya" Bujuk Rio sambil menarik tangan Bian agar mereka berdua bergandengan lagi. Sedangkan Juan yang melihat interaksi mereka berdua hanya tersenyum tipis.
"Bang Juan" Panggil Rio mendongak menatap Juan yang hanya dibalas tatapan oleh sang empunya nama.
"Nanti dikantin, traktir Rio sama Bang Bian ya" Ucapnya memelas sambil mengerjapkan mata menatap Juan.
"Iya" Pasrah Juan saat melihat wajah Rio yang menurutnya menggemaskan.
"Yeay" Pekik Rio dan Bian bebarengan sambil merayakannya dengan highfive.
Mereka bertiga sampai dikantin dan langsung memesan makanan yang mereka inginkan, dan saat ini mereka sedang duduk menunggu pesanan datang sambil bercerita, tapi bukan mereka sih, hanya Rio saja dan keduanya hanya mendengarkannya sambil sesekali menimpali.
"Woi Juan" Teriakan itu membuat Juan menoleh dan menatap malas temannya yang baru saja masuk sambil melambaikan tangannya.
"Siapa sih bang?" Tanya Rio penasaran sambil menatap Juan setelah anak itu menatap orang yang baru saja memanggil nama Abangnya yang dia ingat orang tersebut yang tadi ingin mengajaknya ribut dikelasnya sang Abang.
"Temen" Jawab Juan singkat karena dia malas menjawab pertanyan tersebut.
"Juan lu gua panggil bukannya nyaut, lagian tumben-tumbenan banget lu ke kantin Jul?" Ucap Dion menatap Juan saat dia dan Adit sampai dibangku yang saat ini ditempati Juan.
"Emang gak boleh Bang Juan pergi kekantin" Sahut Rio memandang Dion dengan kesal.
"Nih bocil siapa lu si Jul?, ngeselin banget dari tadi" Tanya Dion menatap Juan, namun Juan yang mendengar itu hanya diam tanpa berniat menjawabnya.
"Gua Adeknya, kenapa? Abang gak suka" Kesal Rio dan kini Anak itu sudah berdiri tepat didepan Dion sambil menunjuk sang empu.
Dion yang mendengar itu terdiam dan mencerna ucapan yang dilontarkan Anak dihadapannya ini.
"Serius dia adek lu Jul?" Sahut Adit membuka suara dan menatap Juan yang duduk disebelahnya.
"Iya" Jawaban singkat itu membuat Dion dan juga Adit menatap Juan tidak percaya.
Dion mengalihkan pandangannya menatap Rio dan bergantian menatap Juan, "Tapi kenapa Adek lu pendek banget, beda sama lu Jul"
"Ngomong apa barusan?, Sialan lu ya" Kesal Rio tidak terima sambil menatap Dion dengan bibirnya yang mengerucut beberapa centi.
"Udah makan dulu" Celetuk Bian melerai pertengkaran tersebut karena memang makanan sudah datang tadi saat Adit dan juga Dion datang ke meja mereka, bahkan Bian sudah menghabiskan setengah makanannya sambil melihat pertengkaran yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIO ADHLINO (Pindah)
RandomHidup sebatang kara bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan, begitu banyak rintangan dan cobaan karena harus terbiasa mandiri. Rio di umur 13 tahun sudah harus merasakan pahitnya kehidupan, dia dituntut untuk hidup mandiri dan bekerja walaupun usia...