Brak
Rio tersentak dan langsung menunduk takut ketika melihat respon temannya itu yang tiba-tiba berdiri dan langsung menendang bangku yang temannya itu duduki.
"Maaf" Ucap Rio lirih dan tetap menunduk karena takut.
"Gila dia imut banget" Batin temannya itu ketika melihat tingkah Rio yang menurutnya sangat menggemaskan.
Bian Adiswara, itulah nama yang tertera di tag seragam teman sebangkunya Rio.
"Kenapa?" Tanya Bian pelan sambil membenarkan bangkunya yang tadi sempat dia tendang.
Rio mendongak dan menatap wajah Bian "Mau nemenin ke kantin gak?" Ucapnya sambil menampilkan puppy eyes yang membuat Bian tertegun.
"Gila imut banget, Kalo setiap hari gua liat kaya gini bisa jantungan nih" Batin Bian saat melihat wajah Rio yang memang terlihat sangat imut.
"Hmm, yaudah ayo gua temenin" Balas Bian setelah berhasil mengkontrol dirinya, berjalan keluar kelas terlebih dahulu tanpa berniat menunggu Rio.
Dan Rio yang melihat itu segera menyusulnya, berjalan beriringan menuju kantin dengan santai dan mengedarkan pandangan untuk melihat sekitar untuk mengingat setiap sudut sekolah barunya ini. Setelah berjalan menyusuri koridor akhirnya mereka berdua sampai dikantin, suasana dikantin sangat ramai tak berbeda jauh dari sekolahnya dulu.
"Mau pesen apa?" Tanya Bian sedikit menunduk.
Rio berpikir sambil menepuk-nepuk bibirnya dengan jari telunjuknya dan melihat-lihat sekitar untuk melihat makanan yang tersedia "Uhmm.. bakso aja deh" Jawabnya setelah berpikir.
"ah sumpah gua gak kuat" Batin Bian sambil mengepalkan tangannya untuk mengontrol dirinya agar tidak mencubit pipi anak itu yang saat ini sedang mengembung lucu yang membuatnya menambah kesan semakin imut.
Tak jauh berbeda dengan Bian, semua penghuni kantin yang melihat Rio juga sedang menahan gemas agar tidak menyerang anak itu saat ini juga.
"Yaudah lu duduk disana, nanti makanan lu gua yang bawain" Ujar bian sambil menunjuk meja yang kosong, dan Rio yang mendengar itu pun hanya mengangguk lalu berjalan menuju meja yang dimaksud.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Bian datang sambil membawa nampan berisi makanan pesanan Rio dan anak itu sendiri.
"Ini duitnya, makasih ya" Ucap Rio sambil menyerahkan uang berwarna hijau kepada Bian.
"Pegang aja, anggep aja ini traktiran perkenalan" Balas Bian sambil memberikan mangkok bakso dan minum kepada Rio tanpa menatap anak itu, "Gua Bian" lanjutnya sambil mengulurkan tangan dan menatap Rio.
"Rio" Ucap Rio dan membalas uluran tangan Bian.
"Yaudah ayo makan"
Mereka berdua pun makan dengan tenang tanpa ada obrolan sama sekali.
----
Setelah seharian mengikuti pembelajaran di kelas akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi, Rio segera membereskan semua buku dan alat tulisnya, memasukannya kedalam tas dan memastikan tidak ada yang tertinggal.
"Pulang naik apa?" Tanya bian yang juga sedang membereskan peralatan sekolahnya.
"Naik angkot" Jawab Rio, menyampirkan tasnnya dan kembali memastikan kolong mejanya agar tidak ada barangnya yang tertinggal, "Duluan ya bang" Pamit Rio dan langsung beranjak keluar kelas setelah Bian membalasnya dengan berdeham.
Bian dan Rio menjadi akrab setelah tadi kembali dari kantin, bahkan mereka menghabiskan waktu dengan bercerita dan Bian jadi tau jika Rio ternyata 2 tahun lebih muda darinya, jadi Bian meminta anak itu untuk memanggilnya dengan sebutan abang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIO ADHLINO (Pindah)
RandomHidup sebatang kara bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan, begitu banyak rintangan dan cobaan karena harus terbiasa mandiri. Rio di umur 13 tahun sudah harus merasakan pahitnya kehidupan, dia dituntut untuk hidup mandiri dan bekerja walaupun usia...