Tok
TokRio menggeliat dalam tidurnya ketika mendengar suara pintu kost-nya diketuk oleh seseorang. Perlahan tapi pasti mata anak itu terbuka secara perlahan dan terdiam sambil mengumpulkan nyawanya sebelum membuka pintu kamarnya. Baru saja Rio ingin bangun tapi dia sudah merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
"Ahkk sakit banget" Pekiknya saat berusaha untuk bangkit dan duduk.
Tok
TokKembali pintu kamarnya diketuk oleh seseorang, "Rio, apa kamu ada didalam?" Teriak seseorang dari luar yang dia tau itu adalah suara ibu kost.
"Ada Bu, sebentar ya" Balasnya sedikit berteriak dan berusaha untuk berjalan walaupun harus merasakan sakit yang amat terasa sangat menyiksa.
Ceklek
"Muka kamu kenapa kaya gitu?" Tanya ibu kost sedikit khawatir ketika melihat banyak luka memar di wajah Rio.
"Gak papa kok Bu" Jawab Rio pelan
"Oh iya saya lupa, saya mau nagih uang kos-kosan kamu yang udah nunggak 2 bulan Rio, sekarangkan waktunya kamu untuk bayar sesuai janji yang kamu buat"
Rio yang mendengar itu hanya diam dan melamun, dia tau dirinya pasti akan ditagih karena sudah jatuh tempo dan tepat hari ini dia berjanji akan membayar, tapi dia saat ini juga tidak memiliki uang sama sekali karena tabungannya telah dirampas kamarin oleh om dan tantenya, padahal uang itu sengaja dia simpan untuk membayar sewa kost sampai 3 bulan kedepan.
"Hey Rio, kok kamu ngelamun sih" Ujar ibu kost sambil melambaikan tangannya didepan wajah Rio yang membuat anak itu langsung tersadar, "Ada uangnya tidak? Karena ibu butuh uang itu untuk membayar biaya kuliah anak ibu" Lanjutnya dengan suara yang sedikit tegas dan itu berhasil membuat Rio terdiam.
Rio menelan salivanya gugup sebelum dia menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan ibu kost.
"Aduh Rio gimana dong kalo gini, kamu udah nunggak 2 bulan dan ibu juga butuh uangnya" Keluhan itu berhasil membuat Rio merasa bersalah dan juga bingung harus berbuat apa.
"Kalo gitu Rio boleh gak Bu dikasih kesempatan untuk mencari uang dulu baru langsung bayar ke ibu" Ucap Rio memberi usul dan berharap jika dirinya masih diberikan keringanan.
"Tapi ibu butuh uangnya sekarang juga Rio, karena besok uang itu akan dipake. Lagian ibu juga sudah ngasih kesempatan untuk kamu, tapi mana hasilnya? Tidak ada bukan" Rio yang mendengar itu semakin merasa bersalah dan hanya bisa menunduk.
"Kalo sekarang Rio bener-bener gak ada Bu" Jawab anak itu pelan tapi masih bisa didengar oleh ibu kost yang saat ini sedang berdiri dihadapnnya.
"Kalo gitu Rio keluar aja dari sini deh bu, dan nanti Rio kabarin ke mas Adam, soalnya kamaren temennya mas Adam ada yang lagi nyari kost-kostan. Tapi ibu gak usah khawatir soalnya Rio janji akan bayar lunas utang Rio ke ibu setelah Rio berhasil mengumpulkan uang" Ucap Rio setelah berpikir beberapa saat karena dia juga tidak enak dengen pemilik kost akibat menunggak untuk membayar sewa.
"Tapi Rio, kamu mau tinggal dima-"
"Ibu gak usah khawatir, nanti Rio bisa numpang dulu sama temennya Rio" Ucap Rio yang langsung memotong ucapan ibu kost.
"Yaudah kalo kamu maunya gitu, ibu permisi dulu ya"
Seteleh kepergian ibu kost Rio langsung masuk kedalam kamar setelah menutup pintu, meluruhkan tubuhnya dan memeluk lututnya sendiri sambil memikirkan kemana dia akan pergi setelah ini. Setelah berdiam beberapa saat dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai membersihkan diri Rio langsung memakai baju dengan perlahan, mengambil ransel miliknya yang lumayan besar dan mulai memasukkan semua baju, buku serta barang-barang miliknya yang akan dia dibawa.
Rio termenung setelah membereskan semua barang miliknya, menelisik kamar dan menampilkan senyum terbaiknya. Berusaha untuk bangkit dan berjalan keluar kamar, mengunci kamar tersebut lalu berjalan menuju rumah pemilik kost untuk menyerahkan kunci kamarnya.
Setelah berpamitan akhirnya Rio berjalan meninggalkan area kostan-nya dengan tertatih karena masih merasakan sakit disekujur tubuhnya, tak lupa dia juga meninggalkan pesan dipintu kamarnya Adam, teman kostnya sekaligus orang yang sudah dia anggap sebagai abangnya sendiri.
"Sekarang gua harus kemana ya?" Gumam Rio pelan sambil berjalan menyusuri trotoar, karena dia tidak tau harus pergi kemana setelah ini. Rio juga memutuskan untuk tidak masuk sekolah karena dia juga sudah telat, mungkin dia juga akan berkeliling sekedar untuk mencari tempat tidur untuk malam ini, dan mungkin dia juga akan mencari pekerjaan agar bisa membiayai semua kebutuhan hariannya.
"Cape.. Sakit.. Berat juga tasnya" Rio terus mengeluh disetiap langkahnya sambil terus melihat sekitar.
Setelah berjalan cukup lama tanpa adanya tujuan, akhirnya Rio memutuskan untuk mengistirahatkan diri sejenak disebuah bangku yang berada ditaman.
"Haus.. sakit juga, dan sekarang gua Luntang-lantung gak jelas gini" Ucap Rio kembali mengeluh kepada dirinya sendiri.
"Hiks.. hiks.. Ayah.., Ibu.., Nenek. Ino.. Ino.. kangen sama kalian semua" Tangisan itu keluar dan terdengar sangat pilu.
"Ino gak tau hiks.. harus kemana?" Monolognya pada dirinya sendiri.
"Ino harus kuat, Ino gak boleh nangis" Rio berusaha untuk menyemangati dirinya sendiri dan menghapus jejak air mata yang ada di pelupuk matanya dan pipinya.
Rio menarik nafas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, "Istirahat dulu disini deh, badan Rio juga sakit semua" Ucapnya pelan setelah itu dia mulai merebahkan tubuhnya dibangku taman, dan tasnya pun dia jadikan bantalan agar kepalanya tidak merasa sakit.
Cukup lama Rio tertidur ditaman tersebut, tapi dia mulai merasa terganggu ketika mendengar suara yang sangat berisik disekitarnya, lalu dengan perlahan dia membuka matanya dan melihat jika disekitarnya banyak sekali anak-anak yang sedang bermain bola di lapangan dekat taman itu.
Setelah dia bangun secara perlahan dan duduk, dia pun celingak-celinguk melihat orang-orang disekitarnya yang ternyata sangatlah ramai. Mereka ada yang sedang berolahraga, bermain, piknik ataupun hanya menikmati waktu sore. Dan karena Rio merasa risih jadi perhatian orang-orang disekitarnya akhirnya dia pun memilih beranjak meninggalkan taman itu.
Sudah hampir 2 jam Rio terus berjalan tanpa arah dan tujuan, dia binggung harus pergi kemana lagi, bahkan udara malam semakin dingin dan menusuk.
"Ino laper.. haus.. cape.. sakit.. dan gak tau harus pergi kemana. Ino pengin tidur.. badan Ino sakit semua" Rio meratapi dirinya sendiri dan melamun sepanjang perjalanan sampai dia tersentak ketika mendengar suara klakson mobil yang sangat kencang dengan cahaya yang sangat silau sedang melaju cepat kearahnya, lalu
Brak
----------
Yang mau tau kelanjutannya bisa cek di https://karyakarsa.com/moodshow/posts
Kalo linknya tidak bisa buka, kalian bisa liat di Bio profil aja ya, nanti disana ada link untuk menuju ke karyakarsa...
Author bakal pindah dan update semua cerita Rio disana, dan jangan lupa dukung author ya 🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
RIO ADHLINO (Pindah)
RandomHidup sebatang kara bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan, begitu banyak rintangan dan cobaan karena harus terbiasa mandiri. Rio di umur 13 tahun sudah harus merasakan pahitnya kehidupan, dia dituntut untuk hidup mandiri dan bekerja walaupun usia...