Setelah dua hari dirawat dirumah sakit akhirnya Rio diizinkan untuk pulang setelah kondisi anak itu semakin membaik, dan bahkan anak itu saat ini sudah berangkat kesekolah setelah susah payah meminta izin kepada Gio.
Motor yang dikendarai Juan terparkir apik diparkiran sekolah, Rio dengan perlahan turun dari motor lalu menyerahkan helm yang dia pakai kepada Juan, "Rio duluan" Pamitnya setelah menyalami Juan. Juan sendiri yang melihat kepergian adeknya hanya diam, melepaskan helm yang dia pakai lalu meletakkannya di stang motor.
Rio kini bersenandung disepanjang koridor sambil menghentakkan kakinya dan menari ngasal.
"Oi Bocil" Panggil Bian saat melihat Rio yang baru saja masuk kedalam kelas dan memperhatikan anak itu yang sedang berjalan ke arahnya dan duduk disebelahnya, "Sorry gak bisa jengukin lu dirumah sakit" Lanjutnya sambil menatap Rio.
"Kamu mah parah bang, kamu anggep apa aku ini hah? Aku sakit tapi kamu tidak datang untuk menjengukku" Rio tiba-tiba berucap dengan nada aneh mengikuti sinetron yang ditonton oleh mamanya yang membuat Bian jijik menatap anak itu.
"Sumpah demi apapun, Geli anjir"
"Hahaha, Sumpah bang, komuk lu kocak banget" Rio tertawa sambil menatap wajah Bian yang menurutnya lucu dan aneh.
"Berisik!" Desis Bian, lalu membuang muka karena kesal.
"Bang" Panggil Rio pelan, tapi tidak ada balasan dari sang empu.
"Abang~" Panggilnya lagi dengan nada yang dibuat manja tapi tetap tidak mendapatkan balasan.
"ABANG" Teriak Rio frustasi dan itu berhasil membuat Bian menoleh dan menatapnya malas.
"Apa?" Tanya Bian cuek.
Cup
Rio mencium tepat dipipinya Bian yang membuat sang empu mematung sambil memegang pipinya tidak percaya.
"Maaf" Ucap Rio tanpa rasa bersalah karena sudah berani mencium Bian, "Uwuh, Adek Abang ini emang paling gemesin" Heboh Bian dengan semangat sambil mengunyel pipi gembulnya Rio.
"Sakit Abang!" Kesal Rio, sambil bersusah payah menyingkirkan tangannya Bian dari pipinya itu.
"Hahaha, lagian lucu banget sih" Bian mengentikan aksinya dan tertawa sambil mengusak rambut Rio yang membuatnya semakin kesal.
Bel masuk pun berbunyi dan Bu Tini yang mengajar pelajaran Biologi pun masuk kedalam kelas, "Pagi anak-anak" Sapanya yang disambut antusian murid-muridnya.
"Pagi Buuuu"
"Sekarang buka buku cetaknya dan lihat halaman 46, kalian hafalankan struktur bagian sel hewan dan tumbuhan, waktunya 20 menit. Setelah itu ibu panggil kalian satu-satu buat maju kedepan" Ucap Bu Tini yang membuat sebagian murid mendesah kecewa karena mereka malas jika harus menghafal.
"Kalo gak hafal gimana Bu?" Tanya salah satu murid.
"Ya nilainya juga berkurang" Jawab Bu Tini menatap murid yang bertanya itu.
"Berarti kalo gak hafal semuanya gak papa kan bu?" Tanya Bian setelah mengangkat tangan.
"Iya gak papa, Ibu juga pengin ngetes kemampuan kalian dalam menghafal" Ujar Bu Tini sambil tersenyum.
Seluruh murid pun sibuk menghafal dan seketika kelas manjadi ramai, ada yang menghafa sendiri dan ada juga yang berkelompok, hingga tak terasa waktu 20 menit telah mereka lewatkan, dan kini sudah saatnya Bu Tini mulai memanggil nama murid sesuai urutan absen dari awal hingga akhir.
"Bisa gak bang?" Tanya Rio menatap Bian yang baru saja kembali dari depan untuk hafalan.
"Bisa dong, Bian gitu loh" Sombong Bian sambil membusungkan dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIO ADHLINO (Pindah)
RandomHidup sebatang kara bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan, begitu banyak rintangan dan cobaan karena harus terbiasa mandiri. Rio di umur 13 tahun sudah harus merasakan pahitnya kehidupan, dia dituntut untuk hidup mandiri dan bekerja walaupun usia...