Keputusan

918 131 22
                                    

Laki-laki separuh baya itu duduk dihadapan putra kesayangannya yang kini sedang bergelut dengan laptopnya diruang keluarga. Matanya tampak sangat lelah, sudah berapa hari ia lupa istirahat karena harus mengejar skripsinya dan menyelesaikannya dengan segera.

Lelaki itu tampak tersenyum bangga dengan tekat dan kerja keras anaknya yang sama dengannya dulu. Jero ternyata sama dengan dirinya dimasa muda.

Kopi panas itu ia taruh didepan Jero dan ia juga meniup cangkir yang ia bawa.

"Alleina gimana kabarnya?"

"Baik, Jero lagi sibuk banget jadi gak bisa bawa dia kesini. Anaknya juga lagi sibuk ambil obervasi" Jelas Jero sembari mengambil cangkir kopi yang dibuatkan oleh ayahnya.

"Kalo Jero gimana kabarnya?"

Putranya hanya menahan tawa, ia tak pernah mendengarkan perkataan itu dari mulut ayahnya. Selama ini tuan Wilson sangatlah cuek. Ia hanya mengawasi Jero diam-diam.

"Bagus pa, tenang aja bentar lagi Jero ganti in papa"

"Eitss enak aja"

"Hahaha"

Sudah lama Jero tak berbicara berdua dengan ayahnya. Biasanya Nala lah yang mengumpulkan kedua lelaki dingin ini.

"Papa tau masalah kamu, Nala dan Johnny"

"Hah?" Jero menaruh kopinya. "Maksud papa?"

"Nala bakal tunangan sama Johnny 7 bulan lagi setelah Johnny wisuda dan diangkat menjadi direktur"

"Papa tau?" Jero menatap terkejut. Ia tak tahu tentang ini. Bahkan Nala juga tak tahu.

"Itu sudah bukan rahasia lagi disemua perusahaan besar dijakarta. Itu sudah dibahas dan dari pertunangan itu, ayah Nala mendapat banyak keuntungan" tuan Wilson menaruh cangkir panasnya dan menatap lamat sang putra.

"Papa ada tawaran buat kamu, kamu bisa pilih nantinya.."

"Apa?" Tanya Jero panik.

"Sesuatu yang bisa mengembalikan keadaan dan membawa Nala sepenuhnya jadi milik kamu"

Semenjak malam itu, Jero semakin berfikir. Pilihan yang ayahnya berikan sama sekali tak pernah ia duga. Ia harus bagaimana? Jika ia menolak maka ia akan kehilangan Nala. Namun jika ia berjuang, apakah Nala menerimanya?

Pikirannya kacau, semua terbelah begitu saja. Bahkan terkadang ia merasa sangat pusing memikirkannya.

Tes.. tes..

Hidung Jero mengeluarkan banyak darah menetes. Ia mencoba untuk duduk dan menahan tetesan itu.

Jero kelelahan.

"SAYANGGG!" Nala panik melihat darah mengalir di telapak tangan Jero.

Dia melepaskan cardigannya sambil berlari kearah sang kekasih yang menunduk.

Cardigan putih itu berubah jadi merah. Nala mengangkat dagu Jero dan mencoba menekan darahnya.

Jero hanya bisa diam sambil memperhatikan bagaimana paniknya Nala.

"Kamu kenapa sih?! Kalo kecapekan istirahat dulu. Dah berapa lama kamu gak tidur?! Kenapa sih harus buru-buru?! Aku tau kamu pinter, tapi jangan paksain diri kalo capek..." omel Nala yang hanya dibalas senyuman tipis Jero.

"Apa salahnya sih istirahat dulu.." lirih Nala penuh dengan rasa khawatir.

Jero mengangkat tangannya dan mengenggam pergelangan tangan Nala.

"Udah sayang, ini dah berhenti kok" ucap Jero bahwa mimisannya sudah berhenti.

Nala dengan cepat mengambil tisu basah ditasnya. Dengan lembut ia membersihkan sisa darah Jero. Lututnya masih menumpu untuk melihat sang kekasih dari dekat.

Hold MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang