Hancurnya Nala

1.2K 122 20
                                    

Tak pernah Nala bayangkan terbangun dengan keadaan semuanya telah berubah dan menghilang. Sesuatu yang berharga dari hidupnya tiba-tiba tak tahu pergi kemana. Tanpa alasan, tanpa aba-aba dan tanpa ia ketahui.

Isakan tangis sendu menyayat hati siapapun yang mendengarnya.

Memeluk erat secarik surat yang bertuliskan permohonan maaf dan permintaan untuk menunggunya sedikit saja. Nala, hancur.

Joe hanya bisa diam tak tahu harus apa, sedari tadi ia menahan dirinya untuk tidak mengucapkan apa yang ia janjikan pada Jero. Ia tak tega dengan Nala tapi ia tak bisa mengingkari janjinya. Beribu maaf ia ucapkan untuk adik kecilnya yang kini terluka.

Nala menekuk lututnya dan menelusupkan wajahnya, ia menangis memberontak meminta Jero kembali untuk menjelaskan apa yang terjadi.

"Kenapaa? Kenapa?" Tanyanya sendiri. Harusnya ia tak tertidur malam itu. Harusnya ia mengikat Jero untuk terus disisinya dan harusnya ia bilang pada Johnny bahwa ia memiliki pilihannya sendiri.

Nala memukuli dadanya yang sesak. Ia tak tahu harus berapa lama menunggu? Ia tak tahu harus menemukan Jero dimana? Dan ia tak tahu Jero ada dimana?

Joe menundukkan kepalanya melihat bertapa hancurnya Nala.

"Gue harap lo tepatin janji Jer" lirihnya sambil mengepalkan tangannya.

●●●

5 bulan tanpa Jero, kehidupan Nala seperti mayat hidup. Tubuhnya semakin kurus dengan wajah yang pucat. Setiap malamnya dihabiskan dengan tangisan tangisan sendu penuh kerinduan. Pesan, telfon bahkan semua tentang Jero terasa menghilang.

Tak ada satupun yang tahu pikirnya. Padahal mereka tahu, hanya saja mereka menyembunyikan itu.

Tak tega rasanya hingga Wenda, Ressa, Jina, Mely, Gea dan Lyra bergantian tinggal bersama Nala.

Bagaimana dengan Johnny? Iya, ia tahu semuanya. Namun ia lebih memilih menutup telinganya dan terus mencoba membuka hati Nala yang ternyata sudah dimiliki sahabatnya.

Johnny tak bodoh, ia memahami situasi dengan cepat. Apalagi sejak menghilangnya Jero, ia semakin mendekati Nala lebih dari biasanya.

"Makan dulu" Nala hanya mengeleng, membiarkan Johnny duduk disampingnya. Kakinya menekuk dan memeluk erat keduanya diatas sofa yang menghadap keluar jendela. Dengan kain yang sering ia gunakan dan Jero saat duduk santai, ia mengenang semua kenangan itu dalam ingatannya.

Johnny tak menyerah, ia mencoba memberikan suapan. Namun Nala justru menyembunyikan wajahnya diantara lututnya.

"Sampai kapan? Dia ngilang La.. kamu harus terus berjalan maju. Lupain dia"

Nala hanya menghembuskan nafasnya panjang. Ia mengalihkan dirinya dan menghindari Johnny yang ingin mendekat.

Sudahlah, Johnny lebih memilih pergi. Ia tak mau Nala melihatnya yang sudah tersulut emosi.

Nala sendiri memejamkan matanya. Ia merasa sesak didadanya tak kunjung hilang.

●●●

1 tahun berlalu, Johnny bahkan sudah mendapatkan pekerjaan untuk mengantikan posisi ayahnya. Nala sendiri juga sibuk sebagai mahasiswa akhir semester yang dikejar skripsi.

Kesibukannya itu membuatnya sedikit melupakan Jero bahkan ia kini sudah menerima Johnny. Walaupun tidak sepenuhnya. Bahkan seminggu lagi rencana pertunangan itu akan terjadi.

Beberapa sahabat mereka juga kalang kabut mencari dimana keberadaan Jero. Sejak saat itu mereka kehilangan kabarnya. Tak tahu dimana Jero. Sama seperti Nala.

Hold MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang