Irina merebahkan diri ke atas ranjangnya setelah meletakkan tas-tas belanjaan. Sven baru saja mengajaknya berbelanja di Flawless. Peri setengah vampir itu benar-benar gila belanja. Setelah mengetahui Siagren memberi Irina banyak uang, wanita itu lantas menarik Irina ke kota. Flawless adalah butik paling tersohor di seluruh penjuru Elyxir. Tempat itu terkenal karena desainernya adalah mantan perancang busana kerajaan, tepatnya busana ratu terdahulu. Wanita itu memilihkan Irina berbagai macam gaun dan perhiasan yang harganya Irina yakin dapat memenuhi setengah kebutuhan selama hidupnya.
Irina bangkit lantas menuju meja rias. Baju khas Negeri Cahaya berwarna putih gading melekat di tubuhnya. Perempuan itu melepas anting lantas mengurai rambutnya yang semula dijalin. Ia sedang tak ingin menggangu Dharan dan Lamina karena waktu telah menunjukkan larut malam. Kedua pelayan baik hatinya itu tentu sedang beristirahat setelah menyiapkan Irina seharian dan mengurus segala keperluannya yang sejujurnya dapat Irina lakukan sendiri.
Ia memandangi sosoknya di cermin. Kulitnya bercahaya, berbeda dengan dirinya selama di Gelanggang, sebab Dharan dan Lamina selalu mencampurkan rempah-rempah ke dalam bak mandinya. Kantung mata Irina menghilang. Rambutnya tampak berkilau. Berada di Istana Napas dengan seluruh pelayanannya membuat Irina dirawat dengan baik. Ia memikirkan Sean di Gelanggang. Bagaimana keadaan pria itu? Dengan kehidupan serba nyaman yang sekarang Irina miliki, tak seharusnya ia meninggalkan Sean begitu saja.
"Temanmu telah menjadi anggota ksatria khusus. Aku menawarinya secara langsung dan menjamin kehidupannya atas nama Raja Negeri Cahaya. Kau tak perlu mengkhawatirkannya," Siagren bersandar di daun pintu kamar Irina. Pria itu mengenakan jubah tidur satin berwarna hitam.
Irina mendengus ketika lagi-lagi Siagren membaca pikirannya. Namun, ia cukup lega karena Sean berada di tempat yang aman dan terjamin. Benar bahwa Irina menyadari bahwa jauh dalam diri Sean, pria itu memiliki kesetiaan terhadap suatu hal yang ditekuninya dan ia benar-benar bersyukur jika keahlian pria itu berada di tangan yang tepat. Setidaknya, Irina tak akan bersalah jikalau nanti jarak memisahkan mereka.
"Bagaimana dengan Negeri Musim setelah berlian merah yang kita terima?" Irina memandang Siagren melalui cermin yang memantulkan bayangan dirinya. Iris mata pria itu memancarkan suatu hal yang janggal.
Pria itu melangkahkan kaki ke arah ranjang Irina lantas mendudukkan diri di sana, "tak perlu khawatir, Vartan hanya main-main. Kemarin aku telah bernegosiasi dengannya, bahwa aku menginginkan berlian biru untuk Batseba dan akan berinvestasi pada Negeri Musim. Beberapa tahun yang lalu ilmuwan Negeri Musim menemukan semacam tambang di lepas pantai. Namun, mereka tak punya dana untuk melanjutkan proyek itu. Aku berinvestasi di sana dan proyek itu akan segera dimulai."
Irina mengernyit, lantas mengikat rambutnya yang tergerai, "kau mengeluarkan banyak uang karena menginginkan berlian biru?"
"Tentu saja tidak, Irina. Itu adalah peluang yang besar. Aku dan Vartan akan mendapatkan keuntungan atas hal itu."
Tentu saja Siagren tahu peluang semacam itu. Ada alasan yang membuat pria itu tetap menjadi yang terkaya di seluruh penjuru Alfheimr setelah beratus-ratus tahun lamanya. Tak ada kekayaan yang didapat dengan cuma-cuma dan Siagren terlampau lihai layaknya seekor rubah yang menyembunyikan berlian dalam sarang.
"Terima kasih atas pujiannya," Siagren mengerling.
"Kubilang berhenti membacaku, Siagren," Irina berujar sinis.
"Kalau begitu latih pertahananmu. Jangan izinkan aku membacamu," Siagren melangkah mendekat ke arah Irina. Langkah kaki pria itu tak bersuara dan begitu taktis layaknya kucing. Lantas bersedekap tangan di belakang perempuan itu, "rasakan pikiranmu. Pikiran peri layaknya cangkang telur yang mudah pecah. Jika aku memecahkan cangkang itu, maka peri akan menjadi gila. Jika aku menyusup masuk, maka peri itu akan melakukan apa pun yang kuperintahkan. Jika aku menghancurkan isi dari cangkang itu, maka peri akan mati. Kuncinya ada di cangkang, Irina. Latih pertahanan pikiranmu, jangan biarkan siapa pun masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Sword (Tamat)
FantasyIrina Eärwen adalah pembunuh bayaran dan ahli pedang yang berjiwa bebas. Hari-harinya diisi dengan berlatih bersama Sean, teman sehidup sematinya di Gelanggang. Suatu malam, sosok yang tak disebutkan namanya membayar mereka untuk menghabisi pria be...