Berlayar pada musim dingin sangatlah riskan. Seringkali salju dan hujan turun secara bergantian. Begitulah kendala yang dihadapi Irina dan Sean. Waktu menunjukkan tengah malam ketika hujan turun dengan begitu lebat. Angin berembus kencang. Sean berusaha menaklukkan badai di balik kemudi kapal. Hawa dingin menusuk tulang. Manakali ombak mengombang-ambingkan kapal mereka, Irina Menurunkan tiga layar kapal mereka. Kilat menyambar-nyambar seiring dengan malam yang menjadi semakin mecekam.
"IRIN, BERHATI-HATILAH DENGAN PIJAKANMU!" Sean berteriak dari ruang kemudi lantai dua.
Irina selesai menurunkan layar setelah ia menarik tali. Kapal yang semula terombang-ambing menjadi sedikit tenang. Namun, hujan yang turun begitu deras membuat perempuan itu basah kuyup. Tubuhnya begitu menggigil. Perempuan mengucek matanya menngembalikan penglihatan yang semula kabur karena air lantas menaiki undakan tangga, berniat mencari baju ganti di kabinnya.
"Sean, uruslah badai ini. Aku akan berganti baju. Jika tidak, aku akan mati konyol karena kedinginan," Irina berujar malas. Ia berjalan ke sudut kapal tempat kabinnya dimana ia meletakkan semua barangnya.
Sean hanya mengangguk sembari memberikan senyum lima jari. Setidaknya, mereka bisa bernapas lega karena badai mulai jinak. Cuaca di musim yang buruk seperti sekarang begitu merepotkan bagi Irina. Butuh tenaga yang lebih besar dari biasanya untuk mengorganisasikan kapal.
Irina menuruni tangga. Cahaya api yang digantung di dinding menerangi langkahnya. Hangat menyelimuti diri Iriba tatkala perempuan itu telah sampai di kabin. Kabin milik Sean berjarak sepuluh kaki dari miliknya. Di dalamnya hanya berisi satu kasur yang cukup ditiduri satu orang. Tak ada meja atau perkakas yang lain. Hanya lilin yang digunakan untuk penerangan tergantung di pojok ruangan mungil itu. Irina menutup pintu lantas melepas pakaian basahnya. Ia hanya membawa tiga baju. Baju yang barusan ia pakai adalah yang paling nyaman, sebab memudahkannya untuk bergerak. Setelan yang lain berupa tunik dan ia taj terlalu menyukainya. Namun, daripada ia hipotermia, maka Irina lebih baik memakai tunik yang membatasi gerakannya.
Ia memakai tunik hitam yang panjangnya di bawah lutut. Sepatu bot tinggi melindungi kakinya. Ia memakai korset berwarna senada dengan bajunya. Karena musim dingin begitu menusuk tulang, Irina memutuskan melapisi tubuhnya menggunakan mantel kulit yang di dalamnya dilapisi bulu, sehingga lebih dari mampu untuk menghalau udara dingin merasuk ke dalam kulitnya. Ia mengeringkan rambut yang basah dan memutuskan untuk tidak mengikatnya.
Irina telah siap. Badai di luar sana telah mereda. Ia akan membantu Sean mengendalikan kapal dan membaca peta. Irina meraih kompas dan peta di atas tempat tidurnya lantas berjalan ke ruang kemudi. Badai telah benar-benar jinak. Irina beruntung memiliki Sean sebagai nahkodanya. Jika tidak memiliki keahlian, semua kapal akan tenggelam dimakan badai ganas seperti yang baru mereka alami.
Sebelum ia benar-benar mendekat, Irina melihat orang lain yang tak asing berhadapan dengan Sean. Pria itu Raja Negeri Cahaya. Siagren menenggelamkan kedua tangannya ke dalam saku. Setelan navy membalut tubuhnya. Kemeja dan celana bahan melingkupi tubuh tegap pria itu. Bagian lengannya ia gulung sampai saku. Rambutnya disisir ke belakang. Anting tanpa mata menggantung di salah satu telinganya. Ekspresinya begitu dingin. Raut yang tidak pernah dapat Irina baca—yang tak yakin pula ia memiliki keberanian untuk itu.
Di belakang pria itu Helios dan Dante berdiri layaknya patung yang dipahat Sang Kaldron. Kedua tangan mereka saling menggenggam di belakang tubuh masing-masing. Baju kulit Negeri Cahaya melekat di tubuh mereka. Keduanya tak repot-repot menyembunyikan bibirnya yang berwarna gelap. Sama-sama memandang Sean yang sedikit pun tak gentar berhadapan dengan ketiganya.
"Ini kali terakhir aku berbelas kasih, Tuan O'Brien. Lain kali jika kau membawa lari pengantinku, aku benar-benar tak akan mengampunimu," Siagren menatap tajam Sean yang tersenyum miring.
![](https://img.wattpad.com/cover/304624702-288-k243508.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Sword (Tamat)
FantasíaIrina Eärwen adalah pembunuh bayaran dan ahli pedang yang berjiwa bebas. Hari-harinya diisi dengan berlatih bersama Sean, teman sehidup sematinya di Gelanggang. Suatu malam, sosok yang tak disebutkan namanya membayar mereka untuk menghabisi pria be...