𝐐𝐨𝐒☽ xi. The Storyteller

652 136 0
                                    

Irina berendam di kolam sebatas leher. Salju di luar turun melingkupi daratan Elyxir. Air panas mengepul dari kolam mandinya, menantang minus derajat celcius di luar bangunan Istana Napas. Ia sempat berpikir bahwa kamar yang disediakan oleh Siagren untuknya—yang lebih cocok digunakan untuk kamar kaisar—akan begitu dingin di musim-musim tak bersahabat seperti sekarang. Namun, dugaannya salah. Siagren tahu bagaimana cara menghamburkan uangnya, salah satunya untuk kamar yang ditempati Irina. Dinding dan lantai pualamnya menghalau hawa dingin dan panas, sehingga membuat suhu di dalam ruangan tetap stabil meskipun pada setengah bagian kamar Irina hanya dihalau pilar-pilar.

Dua kali ketukan sabar melambai di indera pendengaran perempuan itu. Sebelum ketukan ketiga Irina menyilakannya masuk. Sebelum benar-benar melihat siapa yang mendatangi Irina di pagi khidmatnya, ia terlebih dahulu meraih jubah mandi untuk menutupi ketelanjangannya.

"Selamat pagi, Nona," Dharan menyapa sembari mengambil baju kulit Negeri Cahaya.

Lamina hanya tersenyum sembari menggeser mundur kursi meja riasnya. Irina duduk setelah membalas salam itu. Lamina mengeringkan rambutnya menyiapkan Irina untuk menghadapi hari.

Pagi ini Irina dan Siagren akan mendatangi sang Pendongeng. Mereka tak mau membuang waktu, sebab kekosongan takhta Vallahan terlalu lama membuat roda pemerintahan negeri tersebut terhambat. Irina benar-benar menyiapkan diri untuk menghadapi sang Pendongeng.

Dharan dan Lamina menyiapkan Irina tanpa menyinggung sedikit pun perihal kepergian perempuan itu. Mereka berlagak seakan-akan tak ada yang terjadi selama beberapa hari terakhir. Dharan memakaikan Irina baju kulit Negeri Cahaya yang menghalau dinginnya suhu. Lamina mengikat rambutnya tinggi-tinggi, tanpa mengepang atau menggulungnya.

Irina bangkit setelah selesai memakan sarapan yang dikirimkan seorang pelayan beberapa waktu lalu. "Kalian tahu kisah sang Pendongeng?"

Dharan menghentikan gerakan mengikat sepatu bot Irina, peri dengan kulit keabu-abuan itu mengernyit menatap perempuan bersurai perak di hadapannya. "Maksudmu makhluk yang memerangkap jiwa-jiwa peri ke dalam buku untuk menceritakan kisah hidupnya?"

Lamina duduk di hadapan Irina setelah menarik kursi lain, "kau akan menemuinya, Nona? Demi Sang Kaldron, ketika kau masuk ke dalam gubuknya jangan membuat suara sedikit pun. Sang Pendongeng memiliki telinga yang sensitif."

Irina mengangguk sembari memikirkan belati dan pedang mana yang akan ia bawa untuk menghadapi makhluk mengerikan itu, sebab meskipun Siagren pergi bersamanya tentu pria itu tak dapat mendekat. Bau peri agung apalagi seorang raja akan tercium dengan jelas oleh sang Pendongeng.

"Masalahnya adalah aku ingin mengambil sebuah cincin milik kerajaan. Namun, aku tidak tahu wujud dari cincin itu."

"Setiap benda kerajaan memiliki daya magisnya dan cenderung mencari pemiliknya, Nona. Cukup ikuti kata hatimu maka benda itu akan memanggilmu dengan sendirinya. Jika memang benar cincin itu memilih Nona, maka kau akan tahu dalam sekali lihat," Dharan menjelaskan.

Irina mengangguk. Tentu saja ia berharap seperti itu. Namun, apakah bisa seorang peri rendahan yang bahkan bukan anggota dari Negeri Cahaya menemukan cincin milik kerajaan? Irina menghela napas dalam-dalam. Itu akan ia pikirkan nanti.

"Terima kasih sudah menyiapkanku," Irina tersenyum kepada dua pelayan itu lantas melangkah keluar kamar setelah memeluk Dharan dan Lamina. Semalam Siagren mengatakan mereka akan pergi setelah sarapan. Tak lupa Irina membawa pedang yang ia silangkan di punggung dan belati di paha kanannya.

Perempuan itu melangkah di sepanjang selasar Istana Napas. Di sekat yang memisahkan istana dengan halaman, Siagren bersandar di dindingnya sembari bersedekap tangan. Pria itu menggunakan baju kulit Negeri Cahaya serupa dengan milik Irina. Namun, versi yang lebih maskulin. Setengah wajahnya tertutup topi hitam. Tak ada belati atau pedang yang melekat pada diri pria itu, sebab Irina tahu betul bahwa senjata Siagren adalah dirinya sendiri. Ada kesaktian mematikan tersembunyi yang Siagren sebunyikan dari publik.

Queen of Sword (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang