𝐐𝐨𝐒☽ vi. The Blood Covenant

795 148 13
                                    

Irina tak terlalu lama berada dalam ruang cahaya yang diciptakan oleh Siagren. Di dalamnya, ia dapat merasakan pusaran tanah yang menyapu kulitnya, barangkali kemampuan teleportasi milik Daimon atau Dante. Tidak mungkin milik Sven, sebab seingat Irina Vampir tidak memiliki kesaktian semacam itu kecuali lari dengan begitu cepat layaknya kilat. Beberapa kali ia ingin membuka mata. Namun, Siagren melarang Irina, sebab cahaya yang diciptakan pria itu begitu silau hingga mampu membutakan.

Pusaran itu berhenti. Irina membuka mata dan yang pertama kali ditangkap oleh netranya adalah badan tegap Siagren. Pria itu mengenakan jas putih yang seperti biasa menempel di tubuhnya. Akan tetapi tanpa mantel lain bertakhtakan rantai emas serta ornamen kerajaan. Mata tajamnya memandang Irina. Rambutnya disisir ke belakang. Anting mata panah seakan menjadi ciri khas Siagren. Kerupawanan, keanggunan, serta sensualitas pria itu sungguh mematahkan hati.

Irina menyapukan pandangan ke sekitar. Mereka berada di dalam ruangan yang begitu luas. Di atapnya, kubah berwarna hijau dari kristal bercorakkan lukisan asap hitam. Ruangan itu berbentuk lingkaran, dengan tembok yang berlapiskan kaca. Di sisi kanannya, undakan membawa mereka ke mimbar. Di atas mimbar itu, Irina dapat melihat kuali hitam dengan mulut begitu lebar yang memiliki tiga kaki. Di mulutnya mengepul asap kehijauan; kuali itu adalah Kaldron. Benda yang diyakini seluruh penduduk Elyxir yang memuntahkan seluruh dunia beserta isinya. Konon, Sang Dewa mulanya menciptakan Kaldron sebagai alat untuk memenuhi semua kebutuhannya. Namun, karena kelalaiannya Kaldron memuntahkan dunia yang seharusnya tidak ada. Irina mendengus manakala memikirkan bahwa sejak awal keberadaan mereka adalah kesalahan.

"Anda telah sampai," Irina mengalihkan pandangan pada Sinala yang tersenyum hangat ke arahnya. Wanita itu mengenakan tudung dan jubah putih tulang seperti yang biasa ia pakai, hanya saja bordirnya berwarna keperakan. "Dapat kita lakukan sekarang upacaranya?"

Siagren menatap Irina lamat-lamat. Iris matanya seakan dapat menguliti wanita rupawan itu dengan cepat, "sekali kau melakukan ini, maka tidak ada jalan untuk kembali, Irina. Tidak ada jalan untuk kita kembali. Kau tidak boleh menyesalinya karena apa yang kami lakukan untuk dirimu; untuk masa depan Alfheimr."

Helios berdehem manakala Sven berjalan mendekat ke arah Irina. "Irina, satu kebenaran terkadang harus dibayar dengan pengorbanan besar."

Irina mengerutkan dahinya. Jika untuk keselamatan Sean ia harus menukarkan hidupnya dengan kematian, maka Irina akan melakukannya. Entah perjanjian apa yang diinginkan oleh Siagren dan mengapa hal tersebut melindungi Alfheimr, Irina tak terlalu memikirkan, sebab yang dibutuhkannya adalah kebenaran. Kebenaran telanjang sebagai satu jawaban atas keberadaan dirinya di antara orang-orang ini.

"Lakukanlah. Tapi aku mengajukan satu syarat, yaitu jangan pernah membaca pikiranku tanpa seizinku lagi," Irina berujar menggunakan nada rendah dan hanya dijawab Siagren dengan senyuman singkat sebagai tanda persetujuan.

Sinala membimbing Irina untuk menaiki undakan, begitu pula Siagren. Pria itu melepas satu sarung tangan kulitnya manakala kaki jenjangnya menapaki lantai pualam. Mereka semakin dekat dengan Kaldron, tapi Irina tak gentar. Tepat ketika Irina berdiri di samping kuali itu, ia dapat melihat asap bergumul di dalamnya layaknya air yang mendidih. Irina dan Siagren berhadapan, keberadaan mereka dipisahkan oleh Kaldron. Sinala berada di samping mereka. Imam wanita itu merapalkan mantra-mantra sebelum mengeluarkan belati bertakhtakan permata dari balik jubahnya. Sinala meminta tangan kanan Siagren dan Irina, menyayat keduanya dan menyatukan mereka tepat di atas mulut Kaldron. Darah keduanya melebur menjadi satu, menetes ke dalam kuali itu.

"Under a serene sky and lighter, a blood covenant between man and woman made by suffer. There is no one can beat them further, but death comes and whisper¹."

Asap-asap di dalam Kaldron membumbung, beberapa membentuk pusaran. Warna hijau menyatu dengan warna merah darah milik Raja Negeri Cahaya dan Irina. Melebur menjadi satu, menghitam sebelum kembali ke warna semula. Lalu di leher belakang Siagren timbul tato sayap berwarna emas yang ujungnya sedikit terlihat dari depan. Setelahnya, rasa panas muncul di punggung atas Irina, tepat di bawah tengkuknya. Jika prediksinya benar, maka tato itu juga muncul pada dirinya.

Queen of Sword (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang