Terhitung telah empat hari Irina dan Sean mendapatkan misi untuk menghabisi Sang Raja. Selama jarum jam berputar waktu itu, mereka berdua menyusun siasat, yaitu: pertama, masuk ke Istana Napas melalui saluran pembuangan air di tepi sungai tepatnya di bawah Istana Pemancar; kedua, tiba di istana tepat ketika tengah malam saat Sang Raja sedang tertidur; ketiga, habisi pria itu di atas ranjangnya; keempat, keluar melalui gudang istana; kelima, misi selesai. Selebihnya mereka berusaha menjalankan dengan rapi. Penjagaan ketat di dalam istana perlu dilumpuhkan dengan hati-hati. Misi dilakukan tanpa suara dan tanpa bertanya. Bahkan beberapa senjata mereka perbarui. Sean dengan empat belatinya dan dua pisau, sedangkan Irina mengandalkan dua pedang yang bersilangan di punggung dan satu belati yang terselip di paha. Selain itu, keduanya telah menyiapkan rencana cadangan untuk berjaga jika rencana utama tak dapat dijalankan dengan baik.
"Ingat, jangan bertanya, Sean. Jika aku tertangkap kau harus kabur," Irina berujar ringan. Ia memilin-milin anak rambutnya yang jatuh.
Sean mengernyit, "tentu saja aku akan menolongmu."
"Aku tak butuh itu. Lagi pula jika kau tertangkap aku juga akan kabur," Irina memutar bola matanya malas.
Sean yang mendengarnya menghentikan langkah, mengelus dada dengan hiperbola, "wanita jahat."
Mereka berdua memiliki prinsip kerja sama tim yang tak pernah berubah. Sean melindungi manakala Irina menghabisi. Hanya dengan satu kalimat itu mereka mampu memiliki kerja tim yang solid, sehingga tatkala Viper berjalan beriringan di dalam saluran air, mereka tahu apa yang harus dilakukan. Saluran itu berbentuk seperti gua yang di dalamnya mengalir sungai. Di sisi kanan dan kirinya terdapat daratan untuk berpijak. Dindingnya mengeras dan begitu kasar, lumpur menempel di sana. Irina dan Sean mengayunkan tungkai tanpa suara. Perempuan itu menyembunyikan rambut peraknya. Ia mengenakan baju kulit hitam yang nyaman digunakan untuk bergerak, senada dengan Sean. Suara gemericik air meredam langkah kaki. Hawa lembab memeluk dua insan yang sedang menjalankan misi. Tak lupa penutup wajah menyembunyikan setengah rupa mereka.
Istana Napas dan Istana Pemancar adalah tempat resmi kerajaan. Bedanya, Raja lebih sering berada di Istana Napas. Untuk urusan resmi bersama kolega-kolega dari negeri lain seringkali dilakukan di Istana Pemancar karena ukurannya lebih kecil dengan benteng yang begitu tinggi, sehingga tempatnya yang tidak strategis membuat kerahasiaan terjamin.
Selama dua hari mereka berjalan ditelan gua saluran air. Terhitung jarak yang sudah ditempuh Viper adalah beberapa puluh mil. Mereka telah memperkirakan waktu berangkat dan waktu tiba, sehingga manakala mencapai ujung gua, Sean menilik jam yang ada di genggamannya, tiga jam lagi tengah malam. Mereka harus bergegas. Di ujung saluran air, terdapat tangga besi yang menggantung dari lubang besi di lantai istana. Irina bergegas terlebih dahulu. Ia menaiki tangga besi itu lantas membuka penutup saluran air dengan hati-hati. Tatkala penutup air itu terbuka, Irina mengawasi keadaan sekitar. Tepat seperti pada peta, mereka berada di dapur kerajaan. Ruangan itu begitu luas dan sepi. Beberapa cahaya lilin menerangi di pojok ruangan.
Irina bergegas, Sean menyusul setelahnya. Mereka mengendap ke arah tangga untuk naik. Sebab Raja tinggal di sayap kiri istana dan dapur terletak di bagian belakang, mereka harus berjalan memutar seperti kesepakatan Viper bahwa akan mengambil rute di luar bangunan istana. Dikarenakan akan sulit melumpuhkan penjagaan jika mereka mengambil bagian dalam.
Irina dan Sean mengendap melewati selasar. Istana Napas adalah yang paling mewah di seluruh penjuru Álfheimr. Raja Negeri Cahaya adalah peri dan Raja yang paling kaya. Jika melihat betapa agungnya istana yang pria itu tinggali, Irina tak heran. Semua ornamen istana berkilauan. Guci-guci mahal berusia ribuan tahun diletakkan di selasar seakan-akan tak terlalu berharga.
Irina menunduk menyembunyikan diri di antara pepohonan. Istana Napas memiliki ornamen putih dan emas; warna Negeri Cahaya. Bagian dindingnya yang berwarna krem sedikit mempersulit penyamaran mereka sebab kontras dengan baju kulit Viper. Mereka melangkah dengan pasti, lolos dari prajurit yang memakai baju besi layaknya patung yang berdiri kokoh. Pada setiap pintu terdapat seorang penjaga yang berdiri tegap dengan tombak di tangan kanan mereka. Anehnya, penjagaan di istana tak seketat yang mereka duga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Sword (Tamat)
FantastikIrina Eärwen adalah pembunuh bayaran dan ahli pedang yang berjiwa bebas. Hari-harinya diisi dengan berlatih bersama Sean, teman sehidup sematinya di Gelanggang. Suatu malam, sosok yang tak disebutkan namanya membayar mereka untuk menghabisi pria be...