CPN-19

533 60 4
                                    

"Bagaimana, Dok? Istri saya sakit apa?"

"Winter tidak apa-apa, dia tidak sakit."

"Terus kenapa bisa berdarah begitu?"

"Ingat dengan apa yang dialami sama manta istri kamu dulu, Jaem? Ini kasus yang sama."

"Mantan istri? Maksudnya karena hamil muda?"

"Ya, sama persis."

"Tapi darahnya banyak sampai mengalir, calon anak kami tidak apa-apa kan?"

"Tidak apa-apa, kamu tenang saja. Sebagian memang ada yang seperti itu, tapi yang paling banyak memang cuma berupa flek saja."

Jaemin termenung beberapa saat. Pikirannya berkecamuk membuat rasa khawatirnya semakin menjadi-jadi. Jaemin tentu bahagia dengan kabar kehamilan Winter, tapi Jaemin juga takut dengan kemungkinan sesuatu yang buruk menjadi kenyataan.

"Jaemin?"

"Ah iya, Dok?"

"Kehamilan Winter lebih beresiko keguguran kalau kamu tidak lebih memperhatikan Winter. Ini bukan hanya soal darah Na, dari awal rahim Winter tidak sekuat itu."

"Aku mengerti, Dok. Aku sudah menyiapkan dari jauh-jauh hari soal ini."

"Baguslah. Aku harap kali ini berhasil."

"Kami sekeluarga juga mengharapkan hal itu."

_^_

"Huwaaa .... Jaemin Oppa."

Jaemin yang baru masuk langsung panik melihat istrinya menangis histeris. "Sayang kenapa? Ada yang sakit?"

Bukannya menjawab, Winter malah menangis makin kencang.

"Oppa panggil dokter saja ya, kamu sakit sekali sepertinya." Winter langsung menggeleng, terus dia meluk pinggang Jaemin dan masih lanjut menangis. Hal itu membuat Jaemin kebingungan.

"Sayang jangan begini, kasih tahu Oppa ada apa?"

"Kata suster tadi aku ada adik bayi disini." Winter mengelus perutnya. Mendengar jawaban itu Jaemin bernapas lega.

"Terus kenapa kamu menangis? Apa kamu tidak senang ada adik bayi?"

"Senang kok!" Seru Winter tegas. Winter menatap Jaemin sinis ditanya seperti itu. Apa-apaan pertanyaan itu?!

Jaemin yang ditatap begitu jadi gelagapan. Salah tanya nih.

"Selamat ya Sayang, sebentar lagi kamu menjadi mama." Jaemin menjabat tangan Winter, ceritanya memberi selamat dalam bentuk formal.

"Bukan mama, tapi buna. Aku mau dipanggil buna."

"Oh Buna, Buna cantik begitu?"

"Ah Oppa bisa aja~" Winter jadi salah tingkah mendengarnya.

Plak

Winter menampar pelan lengan Jaemin.

"Buna cantik~" Jaemin gemas mencubit pipi Winter pelan yang kian hari kian membulat.

"Sini, cium sini." Winter menyodorkan wajahnya dengan senang hati.

Jaemin menangkup pipi Winter terus mencium seluruh wajah Winter dari kening, hidung, kedua pipi bulatnya, dagu, yang terakhir bibir kesukaan Jaemin.

Selesai acara cium-ciuman mereka berdua saling tatap, tidak ada yang membuka suara hingga beberapa menit berlalu. Tatap-tatapan itu berhenti ketika Winter nyeletuk

"Oppa, ayo beli mobil. Aku bosan sama mobil di garasi."

Jaemin melongok mendengarnya. Secara Winter yang Jaemin kenal tidak suka sama yang namanya pemborosan.

"Kok melamun?" Winter mengguncang tubuh Jaemin, sampai si pemilik tubuh terlonjak kaget.

"Oppa kenapa?"

"Tidak, tidak apa-apa. Oppa cuma berpikir mau beli mobil yang mana untuk mengganti koleksi Oppa."

"Oh soal itu, Oppa tenang saja, nanti aku bantu pilih kok."

Jaemin cuma tersenyum mendengarnya. Mau bertanya tumben mau menghambur-hamburkan uang, tapi tidak berani, takut kena omel.

Perempuan seram kalau sudah mengomel.

"Kamu sudah memberi kabar sama keluarga kita belum?"

"Lah iya, aku lupa."

"Sana kasih tahu."

"Iya, Oppa."

_^_

_^_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_^_

_^_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_^_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_^_

_^_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Calon Pewaris Na (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang