15.

907 110 7
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡





"Haruto, ayah bisa bicara?"
"Boleh." Jawab Haruto setelah mengesampingkan kunyahannya.

"Kamu kan udah masuk semester dua.." Suho menggantungkan ucapannya.

Iya, Haruto udah kuliah selama satu semester dan selama itu juga Junkyu sudah mulai membantu perusahaan ayahnya.

Walaupun hanya membantu hal-hal kecil tapi Junkyu sudah mulai berperan untuk pekerjaan nya, dia cuma ikut memeriksa berkas laporan, bantu ngasih saran untuk ambil keputusan kerjasama dan terkadang juga dia menggantikan ayahnya untuk rapat dengan beberapa divisi perusahaan.

Junkyu belum mau langsung ambil jabatan tinggi, dia masih pengen bertahap dan untungnya beberapa orang kantor paham itu tapi yah, enggak jarang jugalah Junkyu denger segelintir orang yang ngomongin dia.

Tapi Junkyu berusaha bodo amat, lagian yang pada begitu rata-rata pegawai senior jadi Junkyu takut kualat kalo ngebales. Untungnya perusahaan ayah dia memberlakukan batasan usia untuk setiap pekerja tetapnya, kalo gitu bisa Junkyu pastikan orang-orang itu gak bakal lama lagi kok di perusahaan.

Nah, karena Haruto udah di semester dua jadi ayahnya mau ngomong sesuatu. Junkyu juga gak tahu mau ngomongin apa, tapi dari auranya sih kayak serius gitu.

Yaudah, dengerin aja dulu deh biar Junkyu tahu juga.

"Mendiang orangtua kamu kan punya perusahaan, nah kamu udah mau ambil alih perusahaan itu? Enggak usah langsung ambil semua !! Pelan-pelan aja, sambil belajar." Sambung Suho.

"Bukannya itu di Jepang?" Tanya Doyoung, dan itu membuat Junkyu langsung sadar.

Kalo Haruto ambil alih perusahaan peninggalan orangtuanya, berarti dia harus pindah ke Jepang? Mata bulat Junkyu langsung membola.

Selama ini hubungan Haruto sama Junkyu berjalan lancar kok, walaupun tetap tanpa status yang pasti tapi semuanya mulus.

Tapi kalo sampe harus pisah, duh. Junkyu belum sanggup, apalagi Haruto selama ini selalu bantuin Junkyu dalam kerjaan.

Haruto sering jadi teman diskusi Junkyu dalam membahas berkas perusahaan, bahkan Haruto juga sering jadi teman bergadang sampe teman tidur Junkyu kalo kerjaan lagi padet banget terus kalo tiba-tiba Haruto pergi, Junkyu gimana?

"Iya, tapi kamu bisa coba buat belajar dari sini dulu !! Kamu juga harus tahu diranah mana perusahaan yang akan kamu tangani itu bergerak." Haruto mengangguk.

Lalu dia melirik Junkyu yang masih anteng duduk sambil megang mangkuk isi blueberry nya, lucu banget pas Haruto liat apalagi sambil bengong gitu.

"Ruto belajar dulu aja disini, nanti kalo udah selesai baru ambil keputusan lagi." Suho menganguk, dia ngerasa puas dengan jawaban anak bungsunya itu.





(ᵔᴥᵔ)





Udah makan malem dan sekarang Junkyu tengah membaca beberapa berkas laporan dan kerjasama, dia rasanya pengen muntah kalo ngeliat deretan huruf yang harus dia baca.

Junkyu membenarkan letak kacamatanya, sambil sesekali memijat ujung kening dia yang terasa pusing.

"Masih belum selesai?" Suara familiar itu terdengar dari arah yang sudah tidak aneh lagi bagi Junkyu, lalu tak lama si pemilik suara berdiri di belakang kursi Junkyu.

Brother CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang