Ada kabar kuliah akan offline, tapi tak semua memilih offline. Malah kebanyakan para dosen masih memilih online. Pandemi belum benar-benar berakhir, meski gaungnya tak sehebat bulan Juli lalu. Sekarang yang bergaung adalah KPK yang seolah dimatikan? Entahlah, tapi aku pernah melihat film Siapa di Atas Presiden? dan di sana ada sebuah memo yang salah satu isinya bubarkan KPK. It's kinda relate tho. Pantes filmnya bener-bener di bawah radar, bau-bau dilarang tayang.
Kelas-kelasku tak ada yang minat offline, tapi banyak juga temen-temen yang sudah ke kampus, ngekos. Urusan organisasi kebanyakan, ada juga yang lomba. Kayak si Rahma yang tiba-tiba nongol di postingan Instagram BEM FH, diselametin karena menang lomba. Kek... kita bener-bener makin nggak tahu apa yang dihadepin orang di real life kalau hidup full daring kayak gini. Yang kita lihat bener-bener cuma permukaan doang, nggak ada latar belakang yang gamblang, niat yang tersurat, makna yang kentara. Kadang isinya penuh bias dan asumsi pikiran sendiri. Kalau posting galau cuma buat senang-senang aja, kalau posting seru-seruan niatnya healing aja. Sebenernya aku juga sering gitu sih, implisit. Yangg eksplisit paling cuma gagasan, pertanyaan atau pendapat.
Sebenernya kehidupan kuliah online tuh isinya duel sama diri sendiri sih. Overthinking, fomo, mageran, per-ghosting-an, virtual relationship (eh) dan lain-lain. Karena kita kebanyakan sendirian ketika menghadapi sesuatu, bekerja sama dengan pikiran, berkonflik dengan pikiran. Ya bisa dibilang realnya hidup tuh kan apa-apa sendiri. Kontradiktif ya sama manusia yang dibilang makhluk sosial.
UTS udah selesai, tapi lihat nilainya baru bisa di akhir semester. Kepo sih, tapi kemarin di gform sempet lihat agak mengenaskan. Rasanya cukup susah menyamakan nilai kuliah dengan nilai SMA. Selain adanya faktor keaktifan kadang faktor good looking bisa nambah nilai lho. Terdengar antagonis sih, tapi ya namanya juga kuliah, sebut salah satu stiker WA.
Tapi asiknya FH itu nggak banyak tugas kayak prodi saintek yang lapraknya istiqomah sepekan tiga kali bahkan lebih. Tugasnya paling cuma numpuk aja pas deket-deket ujian, mati satu tumbuh seribu. Mungkin yang banyak ditekankan di FH itu ke public speaking sama analisis penalarannya. Gimana kita kudu berani dan pede menyampaikan pendapat sama gimana substansi pendapat tersebut bisa sampai dan diterima sama orang. Nggak perlu diterima juga sih, tapi kebanyakan argumen isinya rada persuasif gitu.
Kayak kalau pas diskusi sama Kak Zayyan tuh apa-apa yang dibilang kakaknya sering terasa benar. Entah akunya yang bodo atau emang semeyakinkan itu argumennya. Kayak misal aku nanya, kenapa masyarakat nggak suka sama mahasiswa yang abis demo terus naik ke pemerintahan? kayak peristiwa '98 itu, kenapa banyak yang hilang respek sama mereka, padahal kan kita nggak tau niatnya, bisa jadi niatnya baik tapi nggak kelihatan. Dan jawaban Kak Zayyan simpel, ada yang suka magang, ada yang suka lomba, ada yang suka organisasi, ada yang suka bisnis, ada yang suka tapi nggak disukai balik wkwk. Bebas kok kita nentuin pilihan, tinggal mana yang menurut kita membantu untuk terus berkembang. Eh, baru juga scroll roomchat ada pesan masuk dari kakaknya. Aku udah kaget gegara otomatis langsung centang biru, untung kan kakaknya matiin centang biru jadi sama-sama nggak kelihatan. Udah hampir jantungan ini, takut dikira nungguin pesan-pesannya. Padahal sebenernya iya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath
General FictionSetiap orang yang hidup itu bernapas, tapi tidak semua orang yang bernapas itu hidup. #sliceoflife-campuslife