-crazystupidlove-
Tidak banyak yang terjadi saat itu. Tidak banyak memori yang bisa di ulang. Memang sedikit, tapi sangat berkesan. Hingga terkadang, Jennie akan mengulang memori itu di dalam kepala sebagai obat pereda rasa sakit yang sering nya tidak bisa dia bagi.
Jennie tidak mengira kalau memori itu bukan dia saja yang menyimpan. Jennie tidak mengira kalau superstar seperti Taehyung bisa mengingat kejadian—yang mungkin untuk sebagian banyak orang hanya menjadi sesuatu yang tidak terlalu penting.
"Saat kita bertemu beberapa bulan yang lalu.. kau tidak terlihat seperti bisa mengingatku." Ucap Jennie padanya, "Ku kira hanya aku yang ingat, ku kira kau bahkan tidak mengenaliku."
Pertemuan mereka yang membuat Jennie sadar, bahwa baiknya memang harus ada tempat tersendiri untuk masa lalu.
Baginya yang masih rookie, Taehyung terasa sangat jauh. Dia berjuang dan telah berhasil menjadi salah satu member group paling besar di dunia saat ini. Jennie sadar dia bukan siapa-siapa. Berbeda dengan saat itu, di 2013 dimana mereka memiliki status yang setara. Dimana mereka masih berangan-angan tentang mimpi mereka.
Kini Taehyung dan Bangtan punya sekat yang sangat yang tinggi. Jennie dan teman-teman nya masih berjalan pincang dalam industry hiburan ini. Sedang Bangtan dan Taehyung sudah berlari menuju gerbang kesuksesan yang Jennie yakin sudah terbuka lebar.
Sadar akan kenyataan, Jennie memutuskan untuk menjalani hari nya—seolah kenangan yang menjadi sumber kekuatan itu tidak ada. Masa lalu itu ia tempatkan jauh di dalam lubuk hati nya. Tempat dimana kenangan itu tidak akan mengganggu kehidupan nya sekarang. Atau hadir sesukanya, melambungkan harapan. Sederhana nya, Jennie ingin hidupnya berjalan beriringan dengan baik bersama kenangan itu. Tanpa berharap pada sesuatu yang menurutnya semu.
"Aku mengakui, sebelumnya aku tidak ingat. Tidak ingat bukan berarti aku melupakan nya." Ungkap nya pada Jennie. Kemudian Taehyung mengeluarkan sesuatu dari saku celana nya. "Gara-gara benda ini. Karena aku melihatnya lagi, aku jadi ingat kembali. Ini bukan kali pertama kita bertemu."
Itu sapu tangan. Hadiah dari ibu nya dulu. Jennie menatapnya lekat-lekat. Kenapa Taehyung masih menyimpan nya? Jennie penasaran.
Bahkan jahitan bordir bertuliskan inisial nama nya masih terlihat cantik. Tidak ada benang yang berantakan, seolah Taehyung telah menyimpan nya dengan baik.
"Kau penasaran kenapa aku masih menyimpan nya?" Jennie mengangguk, mata nya tiba-tiba saja berair lagi. Dia mengerjab cepat, berusaha agar tidak menangis. "..benda ini adalah sesuatu yang berharga untukmu, dan kau memberikan nya padaku."
"Karena saat itu kau menangis."
"Lalu kau tidak?" tanya nya, "Kau bahkan menangis lebih banyak dariku."
Jennie tersenyum. "Air mata kita berdua ada di sapu tangan ini." ucapnya kemudian. "Aneh sekali, sudah tiga tahun tapi rasanya seperti baru mengalami nya kemarin."
"Dan akhirnya kau berhasil," ucap Taehyung sambil tersenyum.
Jennie menggeleng, "Tidak. Bukan hanya aku. Kita.. kita berhasil."
Jennie tertawa lepas, dan Taehyung menatapnya penuh perhatian. Senyuman dan tawa itu masih tetap sama. Dia merasa telah akrab dengan suara tawa itu. Potongan peristiwa berkelebat dalam bayangan nya, menarik Taehyung pada kenangan mereka di umur enam belas.
Enam belas.
Dua remaja ingusan yang saat itu dipaksa bersahabat dengan realita kehidupan. Realita yang jelas tidak akan bisa indah-indah saja. Itu hari yang singkat, tapi benar-benar membekas di dalam ingatan mereka.