-crazystupidlove-
Berapa kali lagi sesuatu yang sama akan terus melukai hatinya? Jennie bertanya dalam hati. Ini bahkan baru awal, tapi sudah terlalu banyak hal yang membuat dia mempertanyaan rasa nyaman dan aman yang dia cari pada awal hubungan itu di bangun.
Jennie merasa salah strategi. Nyatanya kita tidak bisa mencari rasa nyaman dan aman pada diri orang lain. Langkah yang benar adalah membuat dirimu sendiri merasakan hal itu. Betapa bodoh dia? Sudah banyak pengalaman yang mengajari nya untuk tidak terlalu melambungkan ekspektasi. Kenapa dia lupa? Jennie tertawa, ya—karena Taehyung yang membuatnya lupa.
"Kau tidak mengangkat nya?" Ucap Jisoo padanya.
Dia hanya menggeleng. Melihat sebentar layar ponsel tersebut sebelum menyimpan nya kembali ke dalam tas. Dia tidak baik-baik saja sekarang. Bohong sekali kalau tidak kecewa, bohong sekali kalau tidak sakit. Tapi karena akting nya yang luar biasa itu, dia terlihat baik-baik saja sekarang. Gurat kesedihan pun tak ada. Dia tampak riang membaur dengan riuh pesta ulang tahun kecil-kecilan yang diadakan untuk sahabatnya, Im Nayeon.
"Aku ingin ke toilet sebentar. Jangan meniup lilin nya tanpa aku, ya!"
Begitu pamit nya pada orang-orang. Dia menarik kedua sudut bibirnya, berakting seolah dia baik-baik saja. Jisoo ingin mengikuti, tapi niat itu di halangi oleh orang lain.
"Biar aku saja yang menyusulnya, unnie." Ucap Sana kepada Jisoo. "Ada hal lain yang ingin ku katakan pada Jennie."
"Baiklah. Ku harap Jennie akan mengerti kalau kalian bicara berdua."
Sana mengangguk. Dia menyusul Jennie ke toilet. Tapi dia tidak masuk. Dia berdiri di sebalah pintu menunggu wanita yang seumuran dengan nya itu keluar. Dia menghela napas dalam, merasa bersalah karena telah mengatakan hal yang seharusnya tidak dia umbar itu di depan banyak orang.
"Seharusnya aku tidak berkata seperti itu dan membuatnya sebagai bahan candaan." Ucapnya penuh sesal, "Aku tidak tahu kalau brengsek itu sudah membuatnya jatuh cinta."
Krieett..
Pintu di buka. Menampilkan air muka Jennie yang kaget mendapati seseorang telah menunggu nya di depan pintu. Sana mengulurkan tangan nya, meminta pelukan dari Jennie yang berdiri mematung dengan kelopak mata yang masih berair.
"Aku tahu hatimu sedang terluka." bibir nya menyebik, air mata itu terkumpul lagi saat dia menyambut pelukan hangat dari Sana. "Oh, Jennie.. Aku sungguh tidak bermaksud menyakiti mu."
"Bagaimana ini, aku—aku sudah mencintainya." ucapnya seperti itu, membuat Sana menggeleng. "Aku harus apa?"
Sana melepaskan pelukan mereka. Dia menggeleng sambil menghapus air mata Jennie yang basah pada pipi.
"Jangan di lanjutkan." Tegas gadis Jepang itu. "Jangan melanjutkan perasaan itu lagi. Buang mereka."
"Apa.."
"Taehyung tidak suka komitmen. Dia adalah laki-laki rumit." Tegas nya sekali lagi, "Dia tahu Jeongyeon menyukai nya. Tapi dengan keadaan sadar dia mengajakku tidur. Aku baru mengetahui nya saat Jeongyeon menamparku. Si rubah itu—dia dengan bangga mengatakan nya pada Jeongyeon sendiri kalau kami berdua sudah tidur bersama. Kau bisa membayangkan nya? Pertemanan ku dengan Jeongyeon hampir saja hancur."
"Tapi—"
"Jangan memotongku dulu." Ungkapnya, "Ada hal lain yang ingin ku katakan, tapi ini akan lebih menyakitimu."
"Katakan saja, aku tidak apa-apa."
"Dia tidak normal."
"Apa maksudnya?"