crazystupidlove
Ada begitu banyak kata yang ingin di ucapkan, tapi rasanya semua kata-kata itu hanya bisa sampai pada tenggorokan tanpa mampu di biarkan keluar. Dua-dua nya duduk dengan canggung, bedanya—mata pria itu tidak lepas menghujani pujaan hatinya dengan rindu yang ia punya dengan cara menatapnya. Sedangkan Jennie, dia masih belum bisa menghentikan air matanya dan lebih memilih menangis dalam hening.
'Aku tidak apa-apa' diucapkan Taehyung beberapa kali tapi hal itu tidak bisa menghentikan tangis nya yang tidak mau berhenti. Jennie merasa bersalah. Do'a-do'a yang ia panjatkan pada pemilik langit untuk memberi karma paling jahat untuk Taehyung ternyata menjadi kenyataan.Ya dia memang mengharapkan nya, agar karma memberi Taehyung pelajaran—tapi jika seperti ini jenis karma nya, Jennie memilih tidak usah saja. Dia menangis lagi, merasa telah menjadi manusia jahat karena telah mengharapkan keadaan nya jadi seperti ini.
Taehyung tersenyum melihatnya, suara tangis yang samar-samar terderam itu membuat hatinya damai. Perlahan-lahan dia membenahi posisi punggung nya, lalu meraih telapak tangan nya yang basah dengan keringat.
"Nanti wajah mu bengkak kalau telalu banyak menangis."
"Kenapa?"
"Hm?"
"Kenapa harus jahat pada diri sendiri? Itu hobiku, kenapa kau ikut-ikutan seperti itu?"
"Sayang.. kau bertanya karena tidak tahu, atau kau hanya sedang basa-basi saja sekarang?" Pertanyaan ini membuat Jennie kembali menangis. "Baby?"
"Lihat di cermin!" bentakknya keras. "Kau itu pria paling tampan se-Korea Selatan. Gunakan wajah mu untuk melampiaskan sedih! Memang tidak bisa? Kenapa harus jahat pada diri sendiri, dan berakhir seperti ini?! Hiks.. dasar bodoh! Aku benci padamu!"
Taehyung tertawa dengan pedih pada kalimat yang Jennie ucapkan. Kenapa? Taehyung tidak tahu, dia tidak punya jawaban nya. Yang jelas, dia merasa gila sejak ketiadaan gadis itu. Semuanya jadi gelap, semuanya lenyap; begitupun tujuan nya. Pernah sekali dia mencoba beradaptasi, mengikhlaskan pergi nya dengan berteman dengan ramai—tapi justru hampa yang dia rasa. Dia melihat dirinya dalam lautan orang, orang-orang keren, dengan pikiran, pendapat dan penampilan tapi ya.. dia tetap merasa kurang.
Tentunya dengan popularitas yang Taehyung punya, banyak sekali gadis yang tertarik kepadanya. Mencoba mendekati, menawarkan wadah sementara untuk pedih hati ketika ditinggalkan Jennie. Tapi kemudian dia bertanya-tanya pada diri sendiri, seberapa cepat dia akan bosan pada wanita-wanita ini? Tentang kebiasaan, sifat, kepribadian—bukan hanya tentang seberapa cantik wajah itu. Bukan seberapa menarik mereka. Karena Taehyung ingat dia adalah seorang pemilih, dia ingat betapa tidak mudah nya bagi dia untuk 'menetap'. Taehyung hanya tidak mau menciptakan kehampaan baru karena telah kehilangan Jennie. Lagipula, dia merasa pantas untuk mendapatkan karma ini.
Setiap ada wanita yang mendekati nya, pikiran nya akan otomatis kembali pada Jennie. Ya, ada banyak ikan di laut—tapi tidak banyak orang yang bisa membuatnya merasakan perasaan seperti apa yang dia rasakan ketika bersama gadis yang sedang menangisi nya ini. Tidak munafik, kepergian nya yang tanpa kata sempat membuat Taehyung marah dibandingkan patah. Dia berpikir untuk membuktikan bahwa Jennie tidak seperti apa yang dia yakini, bahwa Jennie tidak seistimewa yang dia kira, bahwa Jennie mudah digantikan, bahwa Jennie hanyalah wanita biasa yang Taehyung percaya bahwa sebentar lagi dia akan bosan. Tapi sudah setahun lebih, dan kemanapun Taehyung pergi—rela dan ikhlas yang dia inginkan selalu berakhir gagal. Saat itu dia sadar kalau cinta nya akan kekal, sakit yang dia rasa akan hilang hanya saat Jennie kembali.
"Bagaimana bisa, sayang?"
"Bisa!" bentakknya keras untuk kedua kali. Masih menangis. "Kau kan mantan playboy!"