BAGIAN LIMA

109 14 1
                                    

Haruna bangun lebih pagi dari biasanya, gadis itu sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Sarapan sederhana yang dibuat Haruna juga sudah siap, gadis itu mengambil tas sekolah dan note kecil yang ada di nakas dekat tempat tidurnya. Berkaca sebentar untuk menatap penampilannya, tak lupa memakai kaca matanya. Sebenarnya ia jarang mengenakan kaca matanya tapi karena hari ini matanya sedikit iritasi ia memilih untuk memakai kaca mata dari pada softlens seperti sebelumnya. Suara bel apartementnya membuat gadis itu mengernyit bingung, sepertinya ia tahu siapa orang yang bertamu pagi hari seperti ini. Haruna berlari kecil kearah pintu apartment-nya, lantas membuka pintu tersebut melihat Aksara yang masih mengenakan pakaian rumah. "Kamu belum mandi?" Tanya Haruna tanpa basa-basi. "Udah jam setengah tujuh loh."

Aksara memutar bola matanya malas, "Gue udah mandi, emangnyaa gue keliatan kucel banget apa sampai lo nggak bisa bedain gue udah mandi atau belum." Kata Aksara kasar. Haruna menggerutu pelan, siapa suruh lelaki di depannya ini mengenakan pakaian rumah, jadi bukan salah dirinya yang mengira bahwa Aksara belum mandi. "Ngapain pagi-pagi kesini?" Tanya Haruna.

"Numpang sarapan dong." Kata Aksara dengan polos. Haruna menatap lelaki itu horor, bisa-bisanya berkata seperti itu dengan wajah polos dan santai sekali.

"Heh! Kamu santai banget ya ngomongnya, lagian aku nggak ada sarapan apa. Adanya cuman nato, nasi putih, sama roti doang. Kamu mau?" Tanya Haruna, tak urung gadis itu tetep menerima keinginan Aksara yang meminta sarapan pada dirinya.

"Yaudah roti aja nggak apa, lagian gue nggak bisa makan berat kalau pagi-pagi." Kata Aksara dan langsung masuk ke-apartment gadis itu. Haruna mengeram pelan, kesal dengan Aksara yang sangat senang mengerjainya.

Haruna melihat Aksara yang sudah duduk manis di meja dapurnya, sambil memainkan ponsel lelaki itu. "Mau roti yang dipanggang atau yang biasa?" Tanya Haruna.

Aksara menoleh, menatap penampilan Haruna yang sedikit berbeda. Gadis itu mengenakan kaca mata, ia baru pertama kali melihat Haruna mengenakan kaca mata. Cantik. "Panggang." Ucap Aksara sambil terus menatap pergerakan Haruna yang sibuk dengan roti dan pemanggangan.

"Mau nutella atau peanut butter?" Tanya Gadis itu lagi. Aksara tersenyum kecil. "Mau lo." Kata lelaki itu menggoda.

"Yang bener ih." Haruna menghela nafasnya lelah dan menatap kesal kearah lelaki itu. "Come on, cepetan biar nggak keburu lembek lagi rotinya."

Aksara tertawa kali ini, "Nutela aja. Gue alergi kacang."

"Harusnya aku nggak nanya, kasih aja peanut butter. Biar kapok minta makanan." Gerutu Haruna keras sengaja agar di dengar lelaki itu.

"Gue denger ya." Ucap Aksara pelan. Haruna tak membalas, ia diam. Malas membalas ucapan lelaki itu yang ada mereka akan adu mulut dan berakhir dirinya yang kesal karena tingkah Aksara.

Haruna meletakan piring yang berisi roti panggang di depan Aksara, meninggalkan lelaki di ruang makan. Ia masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil parfume yang tertinggal. Lalu kembali ke ruang makan dan duduk di depan Aksara. "Cepetin makan, aku mau ke sekolah." Kata Gadis itu menatap Aksara kesal. Aksara hanya memenggumam untuk menanggapi permintaan Haruna. Ia tetap sibuk dengan sarapannya, ia tipikal orang yang jarang untuk sarapan pagi bahkan sangat jarang.

"Lo bareng gue aja berangkatnya." Kata Aksara setelah menyelesaikan sarapannya.

Haruna menggeleng cepat, "Nggak!" Seru gadis itu cepat. "Aku nggak mau bareng kamu. Aku sendiri aja, kalau udah kamu keluar dari apartment. Aku bakalan berangkat sekarang,"

Aksara mengangguk, tak ingin memaksa Haruna. Ia tidak mau gadis itu malah menjadi risih karenanya. "Kalau gitu baliknya bareng gue. Hemat uang loh," Haruna mempertimbangkan ajakan menggiurkan dari Aksara. Lantas mengangguk menyetujuinya. "Tapi tunggu di halte depan ya, biar nggak terlalu mencolok." Minta Haruna. Aksara mengangguk, setelahnya barulah lelaki itu meninggalkan apartment Haruna untuk kembali ke apartmentnya. Begitupun Haruna yang meninggalkan apartmentnya.

THE END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang