BAGIAN DELAPAN

52 10 0
                                    

Haruna memilih berangkat ke sekolahnya pagi-pagi sekali untuk menghindari Aksara. Seharusnya dirinya tidak terlalu dekat dengan Aksara. Taxi bukan pilahan buruk dari pada harus bersama dengan Aksara. Ya, ia harus mulai membatasi dirinya dari lelaki bernama Aksara.

Haruna sampai dikelasnya saat kelasnya masih kosong tidak ada teman kelasnya sama sekali. Saat dilorong menuju kelasnya juga dirinya hanya melihat beberapa murid yang lewat—ya dirinya datang terlalu pagi.

Haruna mengambil ponselnya yang berdering, perasaan menjadi tidak karuan saat melihat nama yang tertera dilayar ponselnya. "Tch, kenapa dia nelpon sih?" Tanya Haruna pada dirinya. Gadis itu mereject panggilan dari Aksara.

Dua kali dirinya mereject panggilan dari Aksara dan tidak ada lagi panggilan lainnya. Ia mulai bernafas lega untuk seminit terakhir karena setelahnya spam chat mulai terlihat di layar ponselnya.

Aksara: Apaan-apaan lo ngereject telpon gue?
Aksara: Gue ada salah?
Aksara: Lo dimana?
Aksara: Lo udah disekolah?
Aksara: Gue ada salah?
Aksara: Lo marah na?

Haruna gemas sekali ingin membalas chat dari lelaki itu tetapi dirinya menahan diri untuk tidak membalas chat tersebut dan membiarkannya begitu saja.

Haruna menoleh saat suara yang dikenalinya terdengar, Elina menyapanya dengan ceria seperti biasanya. "Hi, Haruna. Lo pagi banget berangkatnya, lo ada piket?"

Haruna menggeleng pelan. "Nggak, cuman aku bangunnya kepagian terus dari pada bosen jadi aku datang pagi aja." Kata gadis itu. 'Kebohong pertamanya hari ini' Kata Haruna dalam hatinya.

"Gue jadi lo bakalan lebih milih diem di rumah dari pada harus pagi-pagi datang ke sekolah, mana sepi banget lagi." Kata Elina tak sejalan dengan Haruna.

Haruna tertawa pelan mendengarnya. "Kamu piket sendirian?"

"Nggak, bareng Edo, Gilang sama Shafa tapi tiga orang itu banyak alasan paling telat. Nanti gue suruh untuk pulang lambat, enak aja gue datang pagi gini mereka masih tidur." Kata Elina tak terima.

Suara gesekan pintu kelas membuat keduanya menoleh, memperlihatkan Aksara yang masuk ke dalam kelas dengan penampilan seperti biasa tanpa dasi dan baju yang dikeluarkan. Elina yang notabenya anak osis mulai gemas ingin mengomentari penampilan lelaki itu. "Aksara, lo itu ganteng tapi coba deh dasinya dipake terus bajunya dimasukin pasti makin ganteng. Terus nilai kedisiplianan dan ketaatan lo dalam berpakain juga nggak bakal terjun bebas." Kata Elina kesal. "Ya kan, Na?" Tanya gadis itu meminta persetujuan temannya. Haruna hanya mengangguk dan tertawa canggung.

Aksara tak mengidahkan perkataan Elina, lelaki itu berjalan mendekati mereka berdua dan kini sudah berada di samping Haruna yang duduk di bangkunya. "Gue ada salah sama lo, Na?" Tanya Aksara to the point.

Haruna yang ditanya hanya diam dan tak mebalas pertanyaan Aksara. Berbeda dengan Elina yang langsung syok dan bereaksi heboh. "Wait!! Maksud lo apaan, Sa?" Tanya Elina heboh. "Hubungan lo berdua udah sedeket ini? Sampai mana hubungan lo?" Tanyanya lagi.

"Tch, lo piketkan, Lin. Lo lanjut bersihin kelas aja, gue mau minjem temen lo bentar." Kata Aksara yang langsung mengaitkan tangannya dengan tangan Haruna dan membawa gadis itu pergi dari kelas, meninggalkan Elina yang menatap curiga kedua teman kelasnya itu. "Sial, anak kelas ini bakalan jadi bahan gosip sesekolah ni." Guman Elina.

Aksara masih terus berjalan melewati lorong kelas yang mulai ramai, masih dengan tangannya dan Haruna yang bertautan. Semua mata memandang mereka berdua yang siap bergosip tentang mereka berdua. "Aksara, kita diliatin. Lepasin tangan aku." Bisik gadis itu pelan yang tak digubris sama sekali oleh lelaki yang berjalan di depannya.

THE END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang