BAGIAN SEBELAS

24 3 0
                                    

Aksara mengeluarkan ponselnya untuk mengambil gambar—dirinya ingin menerjemahkan arti dari bahasa jepang yang ditulis Haruna. Belum sempat dirinya mengambil foto, nama ayahnya terlihat dilayar ponselnya. Lelaki itu menunggu beberapa detik dan barulah menjawab panggilan dari ayahnya.

"Hallo, ayah." Aksara yang berbicara terlebih dahulu.

"Hallo, nak. Kamu bisa ke rumah sakit sekarang? Bunda masuk rumah sakit, nak." Kata Ayahnya sedikit panik.

"Oke, Ayah. Sekarang aku nyusul." Kata Aksara sedikit panik. Lelaki itu langsung bergegas mengambil jaket jeans dan kunci motornya untuk menyusul ayahnya yang sudah berada di rumah sakit terlebih dahulu.

Lima belas menit waktu yang dibutuhkan untuknya datang ke rumah sakit tersebut. Aksara berjalan dengan cepat setelah memarkiran kendaraannya, lelaki itu menyusuri lorong rumah sakit dengan tidak tenang.

Ruangan 304

Ia menemukan ruangan dimana bundanya dirawat dan langkahnya semakin cepat karena ingin masuk ke dalam ruangan tersebut. Aksara membuka pintunya dengan pelan, menemukan ayahnya yang duduk di kursi dekat ranjang dan bundanya yang terlelap di ranjang tersebut.

Aksara menghampiri ayahnya, ia berdiri tepat di belakang tubuh ayahnya. "Bunda kenapa, Yah?" Tanya Aksara pelan.

Arjuna—Ayahnya menoleh padanya tanpa menjawab pertanyaannya. Arjuna menyuruh anaknya itu untuk duduk di sebelahnya dan Aksara menurut, ikut duduk di tempat ayahnya. "Ada apa?" Tanya Aksara lagi sekali.

"Maafin ayah, Nak." Kata Arjuna pelan. "Maaf karena membuat kalian kecewa—kamu dan bunda."

Aksara tak mengerti maksud ayahnya, "Ada apa, Yah? Bunda kenapa?" Tanyanya lagi, kini sedikit kasar

"Bunda terkena lupus, nak." Kata Arjuna pelan.

Aksara tak mengatakan apapun, lelaki itu hanya diam menatap bundanya yang tertidur pulas. "Ayah istirahat, aku yang gantian jaga bunda." Aksara mengatakannya dengan helaan nafas pelan. Kali ini rasanya beban yang ia tanggung benar-benar sudah menumpuk.

"Ayah saja yang jaga, bunda. Kamu yang harusnya istirahat, besok kanu sekolah pagi, nak." Kata Arjuna.

"Nggak apa, aku bisa izin. Ayah aja yang istirahat," Aksara duduk di sofa yang ada di dalam ruangan itu. Lelaki itu hanya diam dengan matanya yang terus memandang bundanya. Aksara benar-benar tidak tahu harus merespon kabar-kabar buruk yang selalu menghampirinya.

Aksara mengeluarkan ponselnya, membuka pesan untuk mengabari seseorang. Ya, besok dan mungkin beberapa hari kedepan dirinya akan tidak bersekolah.

You: Gue minta tolong bisa?

Tak perlu menunggu lama notifikasi balasan dari seseorang muncul.

Haruna: Minta tolong apa? Kalau sewajarnya mungkin bisa.

Aksara tersenyum kecil melihat balasan dari gadis itu, apa yang sedang dipikirkan Haruna saat membalas pesannya.

You: Gue besok nggak sekolah, izinin gue ke bendahara.

Haruna: Kenapa?
Haruna: Bukannya aku mau tahu urusan kamu tapi kalau ditanya alasan kamu izin setidaknya aku bisa kasih jawaban sama orang lain.

Lagi-lagi Aksara tertawa melhat balasan dari Haruna, gadis itu benar-benar berani mengutara apa yang ada dipikirannya. Kenapa orang tuanya membiarkan Haruna untuk ikut pertukaran pelajar, apa orang tua gadis itu tidak takut.

You: Bilang aja gue ada acara keluarga di Bali.

Haruna: Okey, have fun!

You: Sleep well, Na.
read.

THE END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang