BAGIAN SEMBILAN

39 7 0
                                        

Haruna berjalan dengan cepat menuju apartmentnya, Aksara mengikuti dibelakangnya. Lelaki itu dengan santai berjalan di belakangnya. Haruna masukan pin apartmentnya dengan cepat, awalnya ia mengira Aksara akan menahannya tetapi dirinya salah. Lelaki itu melewatinya begitu saja dan ikut memasukan pin apartment milik lelaki itu. Aksara masuk ke dalam apartmentnya tanpa mengatakan apapun, meninggalkan Haruna yang masih berdiri di depan pintu apartmentnya.

Haruna merasa kecewa dan kesal pada dirinya sendiri. Kenapa dirinya seolah-olah ingin dikejar, bukankah seharusnya dirinya lega karena Aksara tidak mengejarnya. Tetepi perasaan dan egonya saling berargumen. Setidaknya lelaki itu menyapanya bukan seolah-olah tidak melihatnya bahkan menganggapnya tidak ada. Dilain sisi, egonya mengatakan dirinya lega karena lelaki itu tidak mengganggunya lagi.

Haruna bingung pada dirinya. Sebenarnya dirinya kenapa, apa yang terjadi dengan dirinya. Haruna bimbang dengan apa yang ia lakukan saat ini.

Sama seperti Haruna, Aksara yang sudah berada di kamarnya langsung memikirkan apa yang ia lakukan tadi. Benar-benar kekanakan dan dirinya malah malu menganguki ia menyukai ekspresi yang ditunjukan Haruna—ekspresi kaget, kesal, dan marah yang ditunjukannya.

Aksara ingin sekali menyapa, ingin berbicara dengan gadis itu. Tetapi mungkin memang lebih baik menjaga jarak mulai dari sekarang. Mungkin itu yang diinginkan Haruna dan Aksara berusaha untuk mengikuti apa yang gadis itu inginkan.

Senyum yang tampil saat memikirkan Haruna lenyap saat dirinya membaca pesan yang ada dilayar ponselnya. Desahan nafas lelah dari lelaki itu terdengar.

Kelani: You have time? I need you.
Kelani: Aksara, I need you.
Kelani: Aku akan ke apartmentmu... see you

Aksara: ya.

Aksara melempar ponselnya setelah membalas pesan dari Kelani, gadis yang ia asuh—bukan seperti yang orang pikirkan. Gadis itu selalu menganggunya dan mengancamnya sampai dirinya lelah. Sialnya ia tak bisa menolak apapun yang diminta oleh Kelani.

Aksara menunggu Kelani di lobby apartmentnya, gadis itu memintanya untuk menunggunya dilobby dan lagi-lagi ia menurutinya. Ia menunggu tiga puluh menit lebih dari perjanjiannya dengan gadis itu. Kelani datang masih dengan pakaian kuliahnya.

"Gue telat ya? Sorry, Sa. Gue abis beli makan buat lo sama gue. Ayo kita ke apartment lo." Kata Kelahi yang langsung merangkul lengan Aksara.

Aksara membiarkan gadis itu melakukan sesuka hatinya, apapun yang dilakukan gadis itu kepadanya dirinya akan tetap diam. Aksara seakan-akan bisu jika berhadapan dengan gadis itu, dirinya seperti dihipnotis oleh Kelani.

Keduanya keluar dari lift bersamaan dengan Haruna yang sedang menunggu lift dengan kantong plastik hitam yang dibawanya.

Haruna terkejut melihat seorang gadis yang sepertinya seumuran dengannya merangkul tangan Aksara. Dengan cepat dirinya langsung mengontrol ekspresinya. Seolah-olah tak terjadi apapun, dengan santai Haruna masuk ke dalam lift tersebut dan gadis itu menarik pelan lengan Aksara, dengan cepat Haruna menutup pintu liftnya. Hanya punggung Aksara yang dilihatnya, lelaki itu tak menoleh sama sekali.

Kini dirinya benar-benar resah dengan apa yang dilihatnya. Tebakan-tebakan tentang siapa gadis itu mulai bermunculan dipikirannya.

Mereka masuk ke dalam apartment Aksara dan Kelani mulai menyiapkan makan yang dibawanya. "Cewek yang tadi kamu kenal, Sa?" Tanya Kelani. "She's cute. Kayaknya di bukan orang Indonesia, penghuni baru mungkin ya. Lagian nggak mungkin banget kamu ngurusin tetangga apartment kamu." Aksara hanya bergumam kecil sebagai jawaban malas untuk menanggapi Kelani.

Aksara: cewek yang lo lihat tadi temen gue naa.

Untuk apa dirinya mengirim pesan yang berisi kalimat seperti itu dan kini ia menganggap dirinya benar-benar aneh. Lagi pula apa yang akan Haruna pikirkan tentang pesan aneh seperti dirinya sedang berselingkuh.

***

Sejak pertemuannya dengan Haruna di lift siang tadi Aksara benar-benar resah dengan dirinya. Seolah-olah dirinya melakukan sesuatu yang salah sejak tadi, ia berusaha untuk mengenyahkan pikiran dan perasaan resah yang ia rasakan sejak tadi tapi sayangnya perasaan itu tidak bisa teralihkan.

Kelani sudah kembali sejak dua jam yang lalu dan kini dirinya berada di depan pintu apartment Haruna. Sepertinya gadis itu ada di apartmentnya. Ia meletakan totebag yang berisi sandwich dan sebuah novel yang baru dibelinya—novel random yang tak sengaja ia baca sebelumnya dan ternyata isi cerita menarik dan tadi dirinya kembali membeli novel yang sama untuk diberikan Haruna.

Aksara menekan dua kali bel apartment Haruna dan setelahnya berjalan cepat untuk memasuki apartmentnya. Meninggalkan totebag itu di depan apartment Haruna.

Di dalam apartment gadis itu, Haruna baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya. Suara bel apartmentnya terdengar dan mau tak mau gadis itu berjalan menuju pintu apartmentnya untuk melihat siapa yang datang.

Haruna melihat dari monitor dan tak ada seseorang pun yang berada di depan apartmentnya. Dengan perlahan gadis itu membuka pintu apartmentnya dan melihat sekeliling lorong tak ada siapa pun. Tepat di depannya ada totebag berwarna pink, ia mengambil totebag tersebut untuk dibawanya ke dalam.

Novel dan sandwich, isi dari totebag tersebut.

Haruna mengambil sebuah amplop yang berwarna sama dengan totebag tersebut. Gadis itu tersenyum kecil mengetahui siapa yang memberikannya ini. Senyumnya langsung pudar saat mengingat lelaki itu baru saja mengajak seorang gadis.

'Haruna dia baru saja mengajak seorang gadis ke apartmentnya'

Haruna tetap membaca isi dari surat tersebut. Gadis itu mulai membacanya dengan pelan dan meresapi isi dari surat tersebut.

Haruna Mizuki,

Gue nggak begitu mengerti cara nulis surat karena gue nggak pernah ngelakuin hal se-clingy ini, tapi karena lo nggak bales pesan dan telpon gue jadi gue mencoba untuk ngelakuin ini. Gue nggak tahu ini bakalan lo baca atau nggak.

Gue masih bingung tentang kenapa lo tiba-tiba berubah dalam satu hari, bahkan sebelumnya kita sempat ngobrol. Mungkin ada sesuatu yang salah di gue atau gue buat lo nggak nyaman selama gue ada di deket lo. Gue cuman mau bilang maaf kalau gue bikin lo nggak nyaman.

Soal cewek tadi, dia temen gue jadi jangan salah paham—maksudnya gue takut lo ngira gue cowok ganjen yang sering ngajak cewek ke apartment.

Oh gue bawa novel karena lo suka baca sama sandwich semoga lo suka.

Have a good day, Haruna.

-Aksara

Haruna menyelesaikan bacaanya dengan senyum yang tercetak di bibirnya. Mungkin besok dirinya akan lebih canggung dari sebelumnya—seperti saat mereka pertama kali bertemu atau mungkin lebih dari itu.

Ia mengambil sandwich tersebut dan mulai memakannya. Mengambil novel yang masih terbungkus. Ia membaca judul novel tersebut yang langsung membuatnya tertarik, setelah menyelesaikan kegiatannya mungkin dirinya akan membaca novel ini. Semi 'Bunga' yang datang setelah dingin.

Haruna meletakan sandwich yang belum selesai ia makan, mengambil kertas kosong dan pulpen. Mulai menuliskan sesuatu di kertas tersebut sambil melanjutkan makannya.

Aksara,

Terima kasih untuk novel dan sandwichnya.

私を不快にしているのはあなたではなく、私の感情です。(1)

Lagi sekali terima kasih, Aksara.

-Haruna


***

(1) bukan kamu yang membuatku tidak nyaman, tetapi perasaanku.

THE END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang