IA 2.

389 25 9
                                    

Lebih cepat lebih baik menjadi motto Krisna yang membuatnya terjaga dini hari itu. Ia mengetik e-mail pengunduran dirinya dari Rumah Sakit Cinta Sejati. Kebetulan kakak angkatannya sudah lama menawarkan lowongan dokter umum di sebuah LSM yang akan menugaskan tenaga kesehatan ke daerah terpencil dan ia memutuskan mengambil tugas itu.

Bekerja di Rumah Sakit Cinta Sejati tidaklah buruk. Itu rumah sakit yang sangat modern dan terpercaya. Banyak dokter ternama praktik di tempat itu. Pekerjaannya juga tidak bermasalah, hanya saja minatnya tiba-tiba memudar saat yang dibahas rekan sejawatnya di sana selalu bagaimana caranya mencapai posisi atau jabatan bergengsi di rumah sakit tersebut. Setiap hari mereka hanya memikirkan meningkatkan karier, berlomba-lomba menangani pasien yang berasal dari kalangan atas atau penyakit yang memerlukan penelitian serta penanganan khusus. Seolah mereka lupa untuk apa dahulu mereka disumpah.

Selain itu, teman-teman dalam lingkaran pergaulannya juga melakukan hal serupa. Pembicaraan mereka seputar bagaimana caranya supaya lebih kaya, lebih terkenal, lebih sukses, lebih mentereng, agar selalu ada yang dipamerkan. Mulai dari karier, rumah apartemen, kendaraan, pasangan hidup, kekasih, sampai nilai investasi dan besaran nominal di rekening tabungan. Itu menjadi sebuah kompetisi tiada akhir. Lingkaran egoisme tanpa jeda. Membutakan hati nurani. Menimbulkan anxiety, depresi, dan segudang bentuk gangguan jiwa lainnya. Itu membuat kepala rasanya mau pecah dan kau tidak akan bisa tidur nyenyak.

Sekarang menjadi jelas dalam benak Krisna, bahwa yang dibutuhkannya adalah meninggalkan semua itu, termasuk meninggalkan orang tua yang mengontrol seluruh hidupnya. Ia adalah kebanggaan mereka sebagai anak laki-laki dalam keluarga. Meskipun ia memiliki seorang kakak perempuan yang sukses mengelola perusahaan, tetap saja tidak sama dengan anak laki-laki. Ia yang diharapkan membawa nama besar dan meneruskan garis keturunan keluarga Adimulya.

Sangat kolot dan patriarkis.

Ya, ia akan pergi dari lingkungan toksik itu dan menjalani hari-hari sebagaimana yang diinginkannya. Tidak ada seorang pun yang akan mendiktenya. Ia tidak akan mengejar posisi direktur rumah sakit. Ia juga tidak akan menikah dengan gadis pilihan orang tuanya. Tidak. Ia tidak akan mau. Ia tidak bisa menatap Paula dan berpikir menggaulinya. Tidak sedetik pun. Dan begitu Paula mengatakan ia harus pergi ke tempat baru, inilah saatnya. Ia akan keluar dari zona amannya.

Sebenarnya, Paula menjadi ragu dengan ucapannya sendiri. Ia ingin yang terbaik untuk Krisna, akan tetapi jika itu membuat Krisna jauh darinya ... itu bukan hal yang menyenangkan untuk dijalani. Hal itu membuat Paula menelepon Wirya Adimulya, ayah Krisna, dan memberitahukan rencana Krisna lebih dulu dari pria itu.

Wirya tidak terkejut lagi ketika pagi hari Krisna mengutarakan niatnya berhenti dari Rumah Sakit Cinta Sejati. Namun, ia tetap marah. "Apa-apaan kamu, Krisna? Apa kau sudah hilang akal sehat?" hardik Wirya yang masih terlihat prima di usianya yang kepala 5.

"Tidak, Ayah. Justru aku melakukan ini demi kesehatan mentalku. Aku yakin Paula sudah menjelaskan apa yang terjadi padaku belakangan ini. Aku perlu penyegaran, Ayah."

"Kalau kau perlu penyegaran dalam hidupmu, menikahlah dengan Paula dan hasilkan keturunan. Percayalah, kau akan tahu betapa berbedanya hidupmu setelah itu."

Krisna menghela napas dalam, berusaha mendinginkan kepala agar tidak terjadi perdebatan yang memperkeruh suasana.  "Ayah, jika kau menginginkan aku dan Paula bahagia, beri kami kesempatan melakukan apa yang ingin kami lakukan sebelum terikat dalam pernikahan."

Wirya selalu punya petuah yang tak bisa dibantah Krisna. "Kebahagiaan anak ada pada ridho orang tuanya. Jika kau melakukan apa yang disuruh orang tuamu, maka sudah pasti kau akan bahagia!"

"Oh, Ayah!" Krisna berseloroh menahan kesal.

Pagi itu, Paula datang ke rumah Krisna dan melihat perdebatan mereka. Itu pertama kalinya Paula melihat Krisna melakukan sesuatu yang berlawanan dengan keinginan ayahnya. Paula merasa jika ia wanita yang layak untuk menjadi istri Krisna, maka ia haruslah menjadi pendukung utama calon suaminya itu.

Impromptu Affair/MENDADAK PELAKOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang