10.

275 20 6
                                    

***Story ini juga tayang di Karyakarsa (akun Chamomile Tea), Innovel/Dreame (akun Sisiliaarista) dan Wattpad***
Sebaiknya baca di Innovel dan Karyakarsa lebih membantu insight Sisil yaa. Thanks
-----

Ia sudah menikah, terjadi begitu saja dalam ucapan dengan satu tarikan napas. Ia seorang suami dan wanita yang bersamanya sekarang menyandang gelar istri. Dan rasanya ternyata menyenangkan. Lebih menyenangkan lagi, Adiba adalah pilihannya sendiri, tanpa ada embel-embel gengsi, kongsi, maupun negosiasi. Boleh dikatakan ia membuka mystery box dan isinya Adiba yang unik, sangat berbeda dari stereotipe wanita-wanita yang dikenalnya.

Krisna merasa lega mengikuti saran Fahmi bahwa klinik tutup saja dulu selama 3 hari, jadi akan buka kembali seperti biasa hari Kamis. Tulisan pengumuman itu dipasang di pintu klinik. Kalau tidak, Krisna akan kelimpungan akibat bangun kesiangan sementara pasien memanggil-manggilnya. Soalnya, malam pertamanya langsung forsir cetak gol sebanyak-banyaknya.

Jam menuju pukul 11 siang, Krisna lihat di layar ponselnya. Ia membuka mata malas-malasan. Ada pesan SMS masuk dari ibunya dan Paula yang ter-delay karena kendala jaringan. Menurutnya, dua orang itu pasti merasakan sesuatu tentangnya sehingga mengirimkan pesan tersebut. Krisna tidak membukanya. Ia letakkan ponsel di lantai lalu memilih menyusuri helaian rambut keriting Adiba yang tidur meringkuk dempet ke dadanya. Mereka tidak mengenakan pakaian sehelai pun dan tidur berdekatan seperti itu memberikan kehangatan alami.

Krisna tersenyum sekaligus heran melihat posisi tidur istrinya itu. Meringkuknya sangat dalam seperti posisi janin dalam rahim. Jari jemari menyentuh bibir. Seolah dalam jangka waktu lama Adiba tidur dalam wadah yang sempit atau berdesakan. Terpikir ia pernah dijual ayahnya, mungkin yang terjadi Adiba sempat dikumpulkan bersama korban lainnya dan mereka harus mendekam dalam sel atau sejenisnya. Krisna gamang menanyakan hal itu. Ia tidak ingin Adiba mengungkit masa lalu yang menyakitkan. Lihat saja dari cara tidurnya, Adiba masih terkekang trauma. Wajar saja Adiba takut memiliki perasaan mendalam pada seseorang.

Apa pun yang terjadi, Krisna yakin mantan Adiba tidak bisa melindunginya, apalagi membahagiakannya. Melihat Adiba tidur nyenyak bersamanya, Krisna bisa berbangga hati. Ia menarik napas dalam, memperbesar rongga dadanya, lalu ia dekap Adiba, ia cium keningnya, ia sosor bibirnya. Namun, bukannya terlena, Adiba malah tersentak dan bangun langsung panik. "Oh, tidak! Aku kesiangan!"

"Oi oi oi, sabar ...," gumam Krisna yang terpaksa membuka dekapannya.

Adiba bergegas hendak berdiri, akan tetapi kakinya lemas dan dehidrasi membuat kepalanya pusing tiba-tiba. Adiba kembali jatuh ke dekapan Krisna. "Ahh ...," desah Adiba seraya memijit kening dan memejamkan mata karena gelap mendadak.

"Makanya jangan buru-buru bangun. Tenang dulu. Memangnya kenapa?" tanya Krisna penuh perhatian.

Adiba teringat kebiasaan dalam penjara harus bangun pagi, bersih-bersih, dan bertugas di bagian laundry. Setelahnya mereka akan mengikuti pelatihan kerja seperti menjahit, merias pengantin, kerajinan tangan anyaman, dan sebagainya. Adiba menjawab Krisna dengan kikuk. "Aku ... aku mau pipis ... dan ... aku mau makan. Aku lapar."

"Ooh, soal itu. Oke, kau bisa ke kamar mandi dan bersihkan dirimu sementara aku menyiapkan makanan, tapi aku minta satu hal."

Adiba diam dengan sepasang mata amber menatap tajam Krisna seolah tahu pria itu akan mengerjainya. Dan memang iya. Krisna menyengir sembari mengungkapkan keinginannya. "Berbicaralah lebih sopan padaku karena aku ini suamimu. Setiap kau punya keinginan, jangan lupa sebut Mas."

Adiba garuk-garuk pelipis. "Baiklah," katanya. "Aku pergi dulu." Adiba bangun dan hendak berdiri, tetapi jatuh lagi ke dekapan Krisna karena ditariknya. "Ah, aduh! Apaan sih?" ringis Adiba.

Impromptu Affair/MENDADAK PELAKOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang