Prolog

11 1 0
                                    

Dimulai pada zaman dahulu kala, di Sumatera Selatan, dikisahkan, seorang lelaki bernama Serunting memiliki watak yang sombong dan angkuh, merasa paling hebat karena memiliki kesaktian yang tak bisa dikalahkan siapapun.

Disisi lain hadir seorang lelaki bernama Aria Tebing yang adalah adik iparnya sendiri. Aria bukanlah lelaki yang sakti namun ia memiliki kebaikan hati, ketekunan yang tak di miliki Serunting.

Suatu hari, pohon yang membatasi ladang mereka menumbuhkan cendawan berlainan.

Cendawan yang mengarah ke ladang Serunting hanyalah tumbuhan parasit yang tak berguna sedang cendawan yang mengarah ke ladang Aria Tebing tumbuh menjadi logam emas.

Bukanlah sebuah kebetulan hal ini terjadi. Tanpa mereka sadari Bathara Guru sang Dewa yang telah memperhatikan mereka sejak lama sudah mengatur semuanya.

Seperti dugaannya, hati Serunting di penuhi dengki terhadap adik iparnya. Setiap hari ia menyimpan kepahitan dan selalu berburuk sangka terhadap adik iparnya sendiri.

“mengapa cendawan yang tumbuh di ladangku menjadi parasit yang tak berguna sedangkan yang tumbuh ke arah ladang Aria Tebing menjadi logam emas. Aku sangat yakin pasti ada yang tak beres. Berani-beraninya Aria Tebing berlaku curang padaku.” Batinnya.

Dengan penuh amarah Serunting menghampiri Aria Tebing dan langsung berkata,
“aku tahu ada sesuatu yang tidak beres yang kau lakukan pada ladangmu. Apa rahasiamu? Apa kau sengaja melakukan kecurangan untuk mempermalukan ku?”

“tapi, aku tidak pernah berbuat curang!“ sahut Aria Tebing.

“pembohong! Aku tahu kamu pasti menyembunyikan banyak hal. Jangan-jangan kamu telah melakukan perjanjian dengan orang pintar untuk menyaingi ku? Heh, kamu pikir bisa mengalahkanku?”

“aku tidak,”

“aku menantang mu, Aria Tebing!”
ancam Serunting menunjuk penuh amarah “datanglah besok dan berduel lah denganku. Maka kita akan lihat siapa yang akan menang di antara kita.” Seringainya.

Maka takut dan bingung lah Aria Tebing karena telah mengetahui keperkasaan Serunting.

Dalam ketakutannya itu Aria Tebing pun berdoa kepada Dewa dengan putus asa memohon perlindungan.

Bathara Guru yang mendengar seruan doanya pun merasa iba dan memberikan sebuah ide cemerlang kepada Aria Tebing.

Maka ingatlah Aria tebing akan kakaknya yang adalah istri dari Serunting
“iya! Benar! Kakak ku pasti mengetahui kelemahan Serunting! Aku harus menemuinya!“ batinnya.

Akhirnya ia pun menemui Kakaknya dan menceritakan semuanya
“kak, aku kesini untuk meminta pertolongan darimu. Aku sangat ketakutan dan kebingungan sekarang! Jika Kakak tak membantuku, maka besok aku akan mati di tangan suamimu!“

“apa yang bisa ku bantu?“

“katakan padaku, apa kelemahan Serunting?“

Mendengar pertanyaan Aria Tebing membuat istri Serunting terkejut serta ketakutan
“aku tak bisa memberitahumu, Aria! Aku tak mau mengkhianati suamiku!“

“kenapa kak? Apa Kakak mau melihat adik kandungmu sendiri mati di tangan suamimu?“

Istri Serunting yang sangat menyayangi adiknya pun merasa iba dan tak bisa kehilangan adiknya “tapi, jika aku memberitahukan kepadamu kelemahan suamiku, berjanjilah kau takkan membunuhnya.“

Si Pahit Lidah Keturunan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang