"Ya!" Cegat Bima menghalangi jalan Satria pergi ke sebelah tirai yang lain. Lelaki bergaya rambut pompadour itu lantas melirik tajam akan temannya.
"Ya, Adelardo juga butuh istirahat." Nasihat Bima lalu menoleh ke arah Oryza yang sudah tertidur.
Sejenak Satria memandang sendu sahabat perempuannya, "aku harus bicara sama si pahit lidah itu!" Tegasnya pergi.
Lantas Bima pun turut ikut mencoba menenangkan emosi temannya. Sedang kedua kembar tetap menjaga sahabat perempuan mereka.
Hanya melewati lima kain pemisah ruangan, sampailah Satria di bilik inap Adelardo.
Nisa yang juga berada disitu cukup terkejut akan kedatangan Satria dan Bima.
Tanpa disangka, Satria berlaku kasar terhadap Adelardo dengan cara menggoyangkan tubuh lelaki jangkung itu agar terbangun.
"Ya! Apa- apaan?!" Tarik Bima sampai mendorong temannya itu.
Bahkan Nisa pun melotot marah akan lelaki pompadour itu, "gila lo?!" Lirihnya menahan diri.
Atas aksi singkat itu, Adelardo pun terbangun dari tidurnya.
Masih dengan pandangan buram ia memandang sekeliling lalu tiba-tiba tersentak duduk dan menanyakan seseorang, "Oryza? Dimana Oryza? Dia baik-baik aja kan?" Paniknya menatap Nisa yang terkesiap tak bisa menjawab."Gara-gara lo bangsat!" Maki Satria melayangkan tinjunya langsung di tampik oleh Bima.
"Nggak waras kamu, Ya!" Bentak Bima hampir menyandarkan wajahnya dengan wajah kawannya,
"ini rumah sakit, Ya! Jangan bikin keributan!" Bisiknya geram menepuk-nepuk dada Satria
"Bukan cuma kamu yang marah disini. Kita juga! Pake akal sehat kamu, Ya! Tenang!" Tegurnya menepuk punggung Satria sekali lagi, "ngomong baik-baik!""Ngomong baik-baik?" Timpal Nisa naik pitam mencengkram leher baju Satria, "pergi lo dari sini bangsat!" Geramnya berbisik.
"Nis, maaf, Nis. Kita nggak bakal pergi." Ucap Bima "kamu juga harus ngerti, Nis kenapa Satria kayak gini." Sambungnya lantas melepas genggaman Nisa.
"Pengecut lo!" Ketus Nisa mendorong Satria.
Spontan Bima menahan tubuh temannya dan kembali berucap, "tahan emosi kamu, Ya." Tegurnya untuk terakhir kalinya.
Sejenak gadis bersurai lurus dan lelaki berambut pompadour itu bertukar pandang dalam diam hingga akhirnya Satria memberanikan maju mendekati tempat tidur pasien,
"kita udah tau siapa kamu sebenarnya!" Ungkapnya menunjuk marah akan Adelardo,
"si pahit lidah keturunan terakhir!" Singkapnya tanpa bertele-tele.Lantas Adelardo terkesiap mendelik Satria.
"Semua peristiwa mengerikan ini terjadi karena ulah kamu! Kamu pikir aku nggak tau tentang kamu berhentiin waktu dua bulan yang lalu saat Oryza hampir tertabrak truk. Bahkan dengan sepelenya kamu mengembalikan waktu dengan sepatah kata. Kamu penyebab bencana dalam hidup Oryza!" Geramnya menodongkan telunjuknya,
"kamu membuat kami hampir kehilangan sahabat kami!" Lirihnya marah.
"Oh, kayaknya kamu udah tau siapa Oryza sebenarnya." Duganya.Kali ini Bima berjalan mendekat, berdiri membelakangi Satria, "Maaf, Do." Ia pun angkat bicara "jujur aja kami sebagai teman Oryza, nggak akan biarin kamu deketin dia. Kamu terlalu berbahaya buat dia. Kami akan bawa Oryza pulang ke Malang dan ambil semua barang-barangnya. Karena tubuh kamu masih lemah, minta tolong sama Nisa buat bukain kontrakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Pahit Lidah Keturunan Terakhir
FantasyCerita ini fiksi. Semua karakter, lokasi, organisasi, kepercayaan dan peristiwa tidak berkaitan dengan kejadian bersejarah.