16

5 0 0
                                    

"Ya! Bim! Nis!.. Satria! Bima! Nisa! Woy!"

"Hahhh!" Hela nafas berat Nisa seketika tersadar dari alam bawah sadarnya.

Satria dan Bima pun melepas genggaman mereka dengan masih terkejut.

"Kalian ngapain? Telepati cinta segitiga?" Bingung Candra memperhatikan ketiga manusia yang mematung sedari tadi.

"Ada apa sih ini? Kalian kayak syok gitu? Kenapa sih?" Penasaran Catra lantas hendak memegang tangan Bima.

Refleks ketiga kawan itu kompak menjauhkan tangan mereka. Tak ada yang berani melihat satu sama lain.

Tiba-tiba Nisa termengap-mengap mengalami panik attack. Nafasnya begitu sesak hingga tumpuan kakinya melemah.

Dengan cekatan Satria menopang tubuh gadis itu yang perlahan terduduk di tanah, "Nis!" Ketakutan lelaki pompadour itu.

Kedua kembar bersama Bima pun mencoba membantu. Namun Nisa mengelak mereka semua tak mau disentuh.

Satria yang melihat keadaan Nisa pun begitu terpukul dan langsung mengambil alih menyentuh bahu gadis itu sambil berkata, "bernafas, Nis. Huhhhh.. ayo bernafas, Nis.. huhhhhh.."

Nisa pun mencoba mengikuti arahan lelaki dihadapannya, "huhhhh.. hots, host.." walaupun sulit namun ia berusaha tenang.

Satria mengangguk-angguk membenarkan meski air mata tak dapat ditahannya, "benafas, Nis. Huhhhh.. kamu akan baik-baik saja. Bernafas.. huhhhh.."

Nisa pun terus melakukan perintah itu sampai akhirnya menangis dalam pelukan Satria.

***

Di rumah oma.

"Gimana keadaan Nisa?" Perhatian Satria yang sudah menunggu sedari tadi di depan pintu kamar.

Dara yang menjaga Nisa pun menjawab, "udah mendingan. Kak Nisa lagi istirahat."

"Syukurlah." Legah Satria walau keningnya masih mengerut cemas.

"Emang tadi ada kejadian apa sih? Ini pertama kalinya loh aku lihat kak Nisa kayak gitu."

Satria menunduk berpikir bagaimana ia harus menjawab pertanyaan Dara.

"Ya udahlah kalau nggak mau cerita. Nanti aku pasti bakal tau sendiri." Pasrah gadis berambut pendek itu,
"kalau kamu sekhawatir itu sama kak Nisa, mending kamu aja yang jagain di dalem. Aku mau keluar bentar." Lanjutnya mengejutkan Satria.

Lantas Dara cekikikan menangkap ekspresi wajah Satria, "ternyata ada juga pasangan cinta lokasi." Gelengnya heran sekalian pamit pergi meninggalkan lelaki berambut pompadour itu.

***

Dara sudah berada di rumah sakit.
Sedang Aden kembali sebentar ke rumahnya untuk membersihkan diri setelah beberapa jam lamanya menjaga adiknya di rumah sakit.

Kedatangan Dara kali ini tidak dengan sepengetahuan Aden. Karena Dara mempunyai tujuan lain. Seharusnya ia tak melakukan hal ini. Sejak awal ia berusaha untuk tak mencari tahu pasien yang begitu berarti bagi Aden karena Aden sendiri menolak untuk mempertemukannya dengan adik perempuannya. Entah apa masalahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Si Pahit Lidah Keturunan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang