Kampus UNSRAT, Fakultas Pertanian.
Pfffft!
Air yang baru saja di teguk Aden lantas memuncrat keluar dari mulutnya,
"ohok, ohok, ohok." Batuknya kaget memandang Adelardo,
"Kamu hamilin Oryza?"Lelaki jangkung itu pun menyapu-nyapu tubuhnya yang terkena pancaran air,
"itu fitnah!" Ketusnya.Lantas Aden tergelak-gelak saking lucunya mendengar tentang kejadian di pasar tadi pagi.
"t'rus kamu langsung klarifikasi?" terkanya penasaran."Percuma! Paling mereka nggak percaya." Tutur Adelardo.
"Waduh, berarti kamu t'rima dong dibilang kayak gitu. Sumpah lo keren banget bertanggung jawab." kagum Aden bertepuk tangan.
Sedang Adelardo menatap jengkel padanya.
"Iya, iya, iya. Becanda, Del." Potong Aden mengangguk-angguk mengerti walau masih tercengar-cengir memandang temannya yang mendadak merenung memikirkan sesuatu.
Setelah kejadian di pasar saat perjalanan pulang, tingkah Oryza agak sedikit berbeda dan terlalu pendiam. Pertanyaan yang ia lontarkan sama s'kali tak mendapat jawaban dari gadis berambut layer itu. Entah apa yang membuat gadis bernama latin padi itu begitu ketakutan.
***
Jam istirahat.
Dara pergi makan ke kantin sedang Oryza menyendiri dalam kelas.
Ia mengambil telepon genggamnya, menekan nomor kontak Satria dan langsung menghubunginya.
Tuuut..tuuut.. tuuut, tit.
"Hallo, Za. Gimana kabar kamu? Lagi ngapain?" nyerocos Satria.
Oryza pun tertawa, "Aku baik. Lagi duduk di kelas. Kabar kalian gimana?"
"Kirain cuma Satria aja yang ditanya. Syukur deh kalau masih ingat kita." Celoteh Candra yang duduk bersama kawan-kawan lainnya.
"Kita baik kok, Za." Sahut Bima, "kita juga kangen berat sama kamu." Timpal Catra.
"hahaha, kalian lagi ngumpul bareng, ya." Senang Oryza.
"Gimana-gimana nih, apa ada hal yang perlu dibicarakan? Atau cuma say hallo doang?" Tanya Bima selagi menyantap camilannya.
Mendadak Oryza terdiam membuat keempat lelaki itu saling memandang heran, "ini ngomongin hal serius?" Terka Satria.
"Mn." Singkat Oryza mengangguk, "boleh nggak cari tempat yang hanya ada kalian berempat, biar enak aja aku ngobrolnya." Pinta Oryza.
"Ngomong aja, Za. Kita lagi di kelas kok. Cuma ada kita disini. Nggak apa-apa." Jelas Satria mulai penasaran begitupun ketiga temannya.
Oryza menarik nafas dalam lalu mulai bercerita, "tadi pagi aku lihat hal yang aneh dari seseorang."
"Siapa?"
"Kak Adelardo." Jelasnya lantas menanapkan Satria yang langsung mendapat perhatian dari ketiga temannya.
"Za, boleh nggak ngomongnya sejelas-jelasnya biar nggak ada yang motong cerita kamu." Pinta Bima memperhatikan ekspresi wajah Satria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Pahit Lidah Keturunan Terakhir
FantasyCerita ini fiksi. Semua karakter, lokasi, organisasi, kepercayaan dan peristiwa tidak berkaitan dengan kejadian bersejarah.