Hari terakhir kegiatan penerimaan mahasiswa baru telah usai.
Seorang gadis berkucir dua dengan pita hijau menghiasi rambutnya, lengkap memakai seragam mahasiswa baru, rok hitam mekar selutut, kaus kaki serta sepatu hitam. Ia duduk melepas lelah di taman kampus. Wajahnya kusam lesu.
Kali ini Oryza tak ditemani Dara karena memang ingin sendiri. Ia merenung tertunduk menatap kosong tanaman penutup berwarna-warni yang bergetar tertiup angin.
Tak di sangka keputusan yang ia ambil membawanya ke kota asing, rumah yang baru, bertemu dengan orang baru lalu mencoba menyesuaikan diri dengan suasana baru. Segalanya begitu baru dan ia harus memulai semuanya dari nol.
Hampir dua bulan lamanya Oryza tinggal menetap di kontrakan bersama Dara, Adelardo dan Aden.
Mengenai keempat temannya, sempat mereka masih menawari Oryza untuk kembali ke Malang dan sekali lagi Oryza menolak. Ia mengerti akan kecemasan Satria, Candra, Catra dan Bima. Tantangannya terlalu menyusahkan untuk tinggal bersama orang-orang baru yang entah mengapa sulit untuk Oryza abaikan.
"Hahhhhh.." desahnya berat seiring menunduk menyembunyikan wajah di kedua pahanya.
Dari kejauhan seorang lelaki berdiri memperhatikannya cukup lama sembari menelvon. Setelah mengakhiri pembicaraannya, ia segera menghampiri Oryza dan duduk disampingnya.
Oryza yang merasakan kehadiran seseorang pun mengangkat wajah, menoleh siapa sosok yang duduk disisinya. Sekonyong-konyong terbeliak lah kedua matanya tak percaya akan penampakan pria yang duduk menatapnya.
Refleks Oryza mengosok-gosok mata dan sekali lagi tercengang akan lelaki yang kini ikut heran menatapnya.
"Astaga!!!" Pekik gadis itu sontak menekap mulut dengan kedua tangannya.
"Kamu orang yang nggak bisa bohong kayaknya." Tutur Adelardo yang sejauh ini mengenal Oryza.
"Kok, kakak disini?" Gumamnya terheran-heran "angin... Aku pikir tadi salah denger. Beneran ya? Kok, bisa?" Gelagapan gadis bernama latin padi itu.
"Dara nungguin kamu. Katanya kamu nggak mau pulang." Ungkap Adelardo mengarahkan pandangan Oryza keseberang.
Tentu saja itu ide Dara agar Oryza menurut dan ikut pulang bersamanya.
"Oooh, Dara ya yang nyuruh kakak." Lantas ia tertunduk manyun.
Adelardo tersenyum simpul dan berkata, "pulang gih. Aku mau balik lagi ke tempat kegiatan. Mau beres-beres." Jelasnya disertai anggukan iya dari Oryza.
Perlahan gadis semampai itu berdiri tersipu dan berpamitan katanya, "aku pergi dulu ya, kak. Daa."
"Mn." Gumam Adelardo mengangguk sekali dan ikut beranjak dari duduknya.
Dari kejauhan Dara terbahak tanpa suara melihat Oryza yang salah tingkah, "kasian banget." Ratapnya kembali tertawa.
***
"Bener-bener ya kamu." Malu Oryza menempelkan tangan di kedua pipinya.
Dara masih belum puas menertawai tingkah temannya, "gimana tadi? Romantis banget kan?" Godanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Pahit Lidah Keturunan Terakhir
FantasyCerita ini fiksi. Semua karakter, lokasi, organisasi, kepercayaan dan peristiwa tidak berkaitan dengan kejadian bersejarah.